Sempena Hari Penglihatan Sedunia, IROPIN Riau Taja Bakti Sosial di Salah Satu Sekolah Pekanbaru

PEKANBARU – Ikatan Profesi Optometris Indonesia (Iropin) Riau bekerja sama dengan Lions Club dan Rumah Sakit Bina Kasih menggelar bakti sosial di SDN 84 Tenayan Raya, sabtu (21/10).

Bakti sosial tersebut dilangsungkan dalam rangka hari penglihatan sedunia (World Siight Day) yang jatuh pada 12 oktober lalu.

Ketua panitia Vina Pramita AMd RO, SKM menyampaikan kepada haluanriau.co, kegiatan sosial yang dilakukan dalam rangka hari penglihatan sedunia tahun ini bertujuan untuk memberikan solusi terhadap permasalahan nyata yang terjadi ditengah masyarakat, khususnya penanggulangan kelainan refraksi dan mengantisipasi Myopia Booming.

“Ini merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat, ini berhubungan dengan aktifitas anggota profesi tenaga kesehatan dalam bentuk pengurus maupun organisasi profesinya, bakti sosial, dan penyuluhan ketengah masyarakat yang membutuhkan,” katanya.

“Jadi kegiatn yang kami taja kali ini menyasar ke salah satu sekolah yakni SDN 84 yang berada di Tenayan Raya Kota Pekanbaru,” ujar Vina.

Menurut vina, pihaknya menyadari betapa pentingnya membantu kesehatan mata bagi anak-anak di negeri ini. Semoga melalui kegiatan sosial ini maka calon generasi penerus bangsa akan mampu melanjutkan cita-citanya untuk membangun diri, keluarga dan bangsa tercinta.

Lebih jauh Vina menyampaikan, berdasarkan data yang dirangkum dari kementrian kesehatan RI, penyebab utama kebutaan di indonesia adalah katarak, yakni 70 hingga 80 persen.

“Kendati demikian, penyebab utama gang menyebabkan gangguan penglihatan adalah kelainan redraksi berdasarkan data 10 hingga 15 persen,” sambungnya.

Sementara survei kebutaan rapid assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang dilakukan litbangkes pada 2014 lalu di 15 provinsi pada penduduk diatas usia 50 tahun menunjukkan prevalensi kebutaan sebesar 3%. Sebanyak 15 provinsi itu sudah mencakup 65 % orang indonesia. Sedangkan untuk sekali survey dibutuhkan dana sekitar kurang lebih Rp 15 jt.

Vina juga mengatakan, kelainan refraksi merupakan penyebab utama gangguan penglihatan yang saat ini banyak terjadi pada anak-anak. Kondisi tersebut tentunya berpengaruh pada kecerdasan siswa dan proses penerimaan informasi dalam kegiatan belajar.

Menurut Vina, gangguan penglihatan dan kebutaan dapat mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas masyarakat indonesia.



Posting Terkait

Jangan Lewatkan