Mediapatriot.co.id Jakarta 01 Januari 2025 – Jumlah kejahatan atau kejahatan total di wilayah hukum Polda Metro Jaya pada tahun 2024 meningkat sebanyak 2 persen dari tahun sebelumnya, hal itu di ungkapkan Kapolda langsung dalam acara Jumpa pers Di Mapolda Jakarta 31 Desember 2024
“Jumlah kejahatan atau kejahatan total sebanyak 58.055 perkara, lebih banyak 898 perkara dari tahun 2023,” ucap Kapolda dalam konferensi pers rilis akhir tahun kinerja wilayah hukum Polda Metro Jaya pada Selasa, 31 Desember 2024.
Berbanding terbalik, jumlah perkara yang diselesaikan justru lebih sedikit dari jumlah perkara yang ada. Karyoto menyebut, dari 58.055 kasus, hanya 40.750 perkara yang tuntas.
“Mengalami penurunan 3% atau 1200 kasus dari tahun 2023,” ucap Karyoto.
Menurutnya, peningkatan tingkat kejahatan di masyarakat ini dilatar belakangi faktor ekonomi yang melemahkan dan maraknya kemiskinan.
“Seperti ketika ekonomi sudah sulit, seseorang ingin mencari jalan pintas, dia mencuri tabung gas, mencuri beras di dalam sebuah toko,” ujar Karyoto.
Karyoto menjelaskan, di wilayah hukum Polda Metro Jaya, kejahatan atau tindak kriminal paling banyak terjadi di wilayah Polres Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.
“Nanti bisa dilihat kembali ke belakang, apakah memang jumlah penduduknya lebih banyak dibandingkan Jakarta Pusat yang relatif lebih kecil wilayahnya. Jakarta Timur lebih luas ke arah Bekasi dan menyusul Bekasi Kota,” tutur Karyoto.
Ketika ditanya soal tingkat penyelesaian perkara ( crime clearance) yang lebih sedikit dibandingkan dengan total kejahatan (crime total), Karyoto beralasan karena kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang ia miliki.
“Jumlah perkaranya naik, penyidiknya tetap, ya beban per orang akan meningkat, pasti penyelesaiannya akan menurun,” ucap dia.
Karyoto menuturkan, meski setiap tahun Polri menambah personel, namun jumlah tersebut sebanding dengan jumlah anggota yang pensiun, sehingga jumlah anggota kepolisian tidak pernah lebih dari 400 ribu personel.
“Kalau misalnya kita mau garap sawah satu hektar, butuh lima puluh petani. Kita punya sawah 10 hektar, akhirnya kita butuh 500 petani. Itu kita belum bisa,” tutur dia memberikan perumpamaan.
Kontributor :(Indra Permana)