Oleh: Hamdanil Asykar
Lahir sebagai anak ke-6 dari 8 bersaudara di sebuah desa sederhana, Hamdanil Asykar — atau yang akrab disapa Ade — tumbuh dalam suasana penuh keterbatasan. Namun di balik sempitnya ekonomi dan kerasnya hidup kampung, tumbuh seorang anak laki-laki yang kelak dikenal sebagai sosok pekerja keras, tekun, dan visioner dalam dunia informasi, teknologi, hingga seni peran.
“Saya tidak pernah merasa miskin, karena sejak kecil saya sudah belajar cara bertahan.”
Kalimat itu bukan sekadar kutipan, melainkan cerminan dari sebuah perjalanan panjang dan jujur yang ia jalani sejak usia dini.
Membantu Ibu Jualan Pelas Sejak Umur 5 Tahun
Sejak usia lima tahun, Ade sudah mengenal tanggung jawab. Ia ikut membantu ibunya menjual pelas, makanan tradisional yang dibungkus daun pisang. Sementara anak-anak lain bermain, Ade sudah berjalan keliling kampung menenteng dagangan.
“Pelanggan itu enggak datang sendiri, harus dijemput,” pesan ibunya.
Prinsip sederhana yang kemudian menjadi fondasi cara berpikir dan bertindak Ade hingga dewasa.
Usia 14 Tahun: Kerja Keras, Tanpa Kompromi
Pada usia 14 tahun, Ade menjalani kehidupan seperti orang dewasa. Ia terbiasa ngajolang (mengumpulkan pakan), nyair (menangkap ikan), hingga nyetrum ikan — keahlian yang tidak semua anak bisa lakukan dengan aman.
Ia tak pernah malu berkeringat. Justru dari semua itu, ia merasa hidupnya lebih berarti.
“Nyetrum ikan itu bukan cuma cari makan. Itu belajar teknik, alam, dan keberanian.”
Kejeniusan Otodidak: Komputer dan Logika
Di saat teman-temannya bermain game, Ade belajar komputer otodidak. Ia meminjam komputer tetangga, belajar mengetik dan bahkan mengenal dasar coding. Ia juga dikenal unggul di bidang matematika, terutama logika dan kalkulus.
“Saya belajar bukan demi nilai, tapi untuk memahami dunia.”
Dari Alat Setrum ke Sistem Pulsa
Setelah memahami kelistrikan dari alat setrum ikan, Ade mengembangkan sistem top-up pulsa mandiri dan menjualnya seharga 20 juta rupiah — prestasi luar biasa untuk remaja kampung.
Ia menggunakan hasil itu bukan untuk foya-foya, melainkan membantu keluarga dan mengembangkan usaha.
Mendirikan Media dan Membina Talenta
Ade ikut mendirikan media seperti MediaPatriot.co.id, Artis6.com, dan lainnya. Ia juga aktif sebagai manajer talenta, membantu membangun citra dan peluang banyak artis muda.
“Saya tidak cuma cari untung. Saya ingin orang-orang tumbuh.”
Dunia Peran: Dari Figuran ke Komandan Polisi
Awalnya figuran, Ade dipercaya memerankan Komandan Polisi dalam film layar lebar Setengah Hati. Ia menyiapkan peran itu dengan penuh kesungguhan dan detail.
Tidak Kaya Harta, Tapi Kaya Rasa
Sekarang, Ade hidup sederhana tapi damai. Ia tidak mengejar gaya hidup mewah, tapi memperkaya hidupnya dengan ilmu dan manfaat bagi orang lain.
“Saya bukan orang kaya, tapi saya tidak takut kekurangan.”
Penutup
Kisah hidup Ade adalah bukti bahwa perjuangan dari bawah bukan penghalang untuk berhasil. Dari pelas hingga ke layar digital, ia menunjukkan bahwa ketekunan, keikhlasan, dan rasa ingin tahu mampu membuka jalan yang tak terduga.
Catatan Penulis – Bab 1
Bab pertama ini saya tulis bukan untuk pamer masa lalu, tapi sebagai pengingat bahwa setiap orang punya awal yang berbeda-beda. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa perjuangan tidak selalu dimulai dari panggung megah, kadang justru dari gang kecil, dari jualan pelas, dari kabel setrum, atau dari jari-jari anak kecil yang mengetik diam-diam di komputer pinjaman.
Saya percaya, keterbatasan bukanlah penghalang untuk tumbuh, asal kita mau belajar, bekerja, dan tidak cepat menyerah.
Terima kasih sudah membaca kisah masa kecil saya. Semoga bisa jadi pengingat bahwa langkah kecil, jika dilakukan terus-menerus, suatu hari akan membentuk jalan besar.
Hamdanil Asykar
### Catatan Penulis – Bab 1
Bab pertama ini saya tulis bukan untuk pamer masa lalu, tapi sebagai pengingat bahwa setiap orang punya awal yang berbeda-beda. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa perjuangan tidak selalu dimulai dari panggung megah, kadang justru dari gang kecil, dari jualan pelas, dari kabel setrum, atau dari jari-jari anak kecil yang mengetik diam-diam di komputer pinjaman.
Saya tahu, banyak orang mungkin tak punya akses besar. Tapi dari keterbatasan itu justru muncul ide-ide yang tidak biasa. Saya percaya, keterbatasan bukanlah penghalang untuk tumbuh, asal kita mau belajar, bekerja, dan tidak cepat menyerah.
Terima kasih sudah membaca kisah masa kecil saya di bab ini. Semoga kisah ini bisa menjadi pengingat bahwa setiap langkah kecil, jika dilakukan terus-menerus, suatu hari akan membentuk jalan yang besar.
Sampai jumpa di bab selanjutnya — di mana perjuangan akan terus bertumbuh, dan semangat akan semakin diuji.
Salam hangat,
**Hamdanil Asykar**