Sumedang,mediapateiot.co.id – Menjelang Musda Golkar Sumedang September 2025, Ketua DPRD sekaligus Ketua DPD Golkar Sidik Jafar menghadapi serangan politik yang menguji ketahanan mentalnya. Musyawarah Daerah (Musda) DPD Partai Golkar Kabupaten Sumedang baru akan digelar pada September 2025. Namun, tensi politik internal partai beringin ini sudah memanas sejak jauh hari, layaknya stadion yang riuh sebelum kick-off pertandingan.
Sorotan publik kini tertuju pada Sidik Jafar, Ketua DPRD Sumedang yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Golkar sekaligus mantan pemain Persib. Bukan operan manis yang diterimanya, melainkan “tekel keras” berupa serangan opini dari media online. Fenomena ini bukan kali pertama terjadi. Pola serupa pernah dialami Sidik saat menjelang pelantikannya sebagai Ketua DPRD beberapa waktu lalu.
Pengamat politik menilai situasi ini sebagai deja vu. Dalam kacamata mereka, lawan-lawan politik cenderung menargetkan figur dengan performa terbaik untuk dijatuhkan lebih dulu, sebelum mencapai puncak momentum. Sidik dinilai sebagai salah satu “penyerang” paling berbahaya di kancah politik Sumedang.
Prestasi Sidik selama memimpin Golkar Sumedang memang mencolok. Di bawah kepemimpinannya, perolehan kursi partai di DPRD naik dari 7 menjadi 10. Jumlah suara pun melonjak signifikan, dari lebih dari 83 ribu menjadi lebih dari 143 ribu suara. Atas capaian tersebut, ia meraih penghargaan dari Ketua Umum Golkar berkat prestasi rekrutmen kader yang menempatkan Golkar Sumedang di peringkat ke-8 nasional dari 530 kabupaten/kota.
Dengan catatan prestasi itu, serangan politik menjelang Musda menjadi hal yang tidak mengejutkan. Serangan tersebut disebut-sebut mencakup upaya menggiring opini publik, menyebarkan kabar miring, hingga membentuk tekanan psikologis. Semua dilakukan untuk menguras energi sang incumbent sebelum laga utama dimulai.
“Dalam politik, wasitnya tidak selalu terlihat dan peluitnya bisa dibunyikan kapan saja,” ungkap seorang pengamat lokal. “Yang bertahan bukan hanya yang kuat, tapi juga yang mampu mengendalikan permainan meski lawan bermain keras.”
Musda Golkar Sumedang September mendatang diprediksi menjadi pertarungan sengit. Pertanyaannya, mampukah Sidik Jafar tetap menguasai “bola” dan menjaga konsolidasi kader di tengah tekanan yang terus datang dari berbagai arah? Jawabannya akan terungkap di “lapangan” Musda, saat peluit panjang dibunyikan.(Asep Apendi)
Komentar