Menurut Tommy Karwur, MA, pengalaman berharga yang tak pernah ia lupakan terjadi pada 25 September 2017, ketika ia hadir di acara Pertemuan Orang Tua Mahasiswa Politeknik Pos Indonesia (POLTEKPOS) Bandung.
Awalnya, Tommy datang sebagai orang tua mahasiswa untuk menghadiri kegiatan yang diikuti sekitar 1.500 orang tua dari berbagai jurusan. Namun, di tengah jalannya acara, sebuah kejadian tak terduga pun terjadi.
Diminta Mewakili Belgium Foundation
Saat acara berlangsung, tiba-tiba Ketua Prodi, Bapak Rachmat universitas Poltek Pos Indonesia Bandung memohon agar ia bersedia memberikan sambutan kepada seluruh hadirin. Permintaan tersebut muncul karena sejak awal ia meminta izin masuk dan berbincang menggunakan bahasa Inggris, bukan bahasa Indonesia.
Pihak kampus menganggap hal ini selaras dengan kehadiran tamu undangan internasional yang seharusnya hadir, yaitu Belgium Foundation, namun berhalangan datang. Maka, Tommy diminta mewakili lembaga tersebut untuk memberikan pidato dalam bahasa Inggris.
Dialog dengan Rektor dan Penolakan Awal
Pada awalnya, Tommy menolak dengan alasan dirinya tidak termasuk dalam rundown acara panitia. Namun karena permintaan datang dengan sangat memohon, ia kemudian dibawa langsung menemui Direktur Utama POLTEKPOS, Dr. Agus Purnomo, yang duduk di kursi depan acara.
Di hadapan Dr. Agus Purnomo, Tommy kembali menyampaikan keberatannya. Namun, Rektor POLTEKPOS justru menyampaikan bahwa tanggung jawab sepenuhnya ada pada beliau dan berharap Tommy bersedia mewakili Belgium Foundation.
Dialog ini bahkan berlangsung saat acara sedang berjalan, tepat ketika Ketua Yayasan sedang berpidato di atas panggung. Setelah berdiskusi singkat, Dr. Agus memberikan isyarat kepada MC agar Tommy segera dipanggil naik ke panggung.
Pidato Mendadak dalam Bahasa Inggris
Akhirnya, setelah Ketua Yayasan selesai menyampaikan pidatonya, MC memanggil nama Tommy Karwur untuk naik ke panggung. Tanpa persiapan tertulis, Tommy berdiri di hadapan ribuan orang tua mahasiswa dan memberikan pidato dalam bahasa Inggris.
Meski mendadak, sambutannya mendapat sambutan hangat dari para hadirin. Para dosen, pimpinan kampus, hingga orang tua mahasiswa merasa kagum dengan keberaniannya berbicara dalam bahasa Inggris dengan penuh percaya diri.
Catatan Pribadi
Tommy sendiri mengaku, momen itu sangat membekas dalam hidupnya. Pasalnya, ia datang ke acara tersebut hanya untuk menyaksikan cucunya mengikuti masa orientasi lingkungan di lapangan. Namun, tanpa diduga ia justru diminta mewakili tamu internasional untuk berbicara di forum resmi.
“Awalnya saya hanya hadir sebagai orang tua mahasiswa. Namun, karena alasan bahasa, saya akhirnya diminta mewakili Belgium Foundation yang tidak hadir. Itu momen yang tak pernah saya lupakan, bagaimana sambutan spontan bisa terjadi di hadapan ribuan orang tua mahasiswa,” tutur Tommy mengenang pengalaman tersebut.(Hamdanil)
Komentar