Kota Tegal – Media Nasional. Jumat malam hingga Sabtu dini hari (29 Agustus 2025), Tegal Art Festival yang digelar di Makom Lanal Tegal resmi ditutup lebih awal dari jadwal semula. Penutupan mendadak ini bukan karena kurangnya antusiasme pengunjung, justru sebaliknya, melainkan karena situasi di luar gedung yang diwarnai aksi unjuk rasa ribuan pengemudi ojek online (ojol).
Festival seni rupa bertajuk “Sanu Bahari” tersebut awalnya dijadwalkan berakhir dengan acara penutupan resmi hingga larut malam. Namun, Ketua Dewan Kesenian Kota Tegal Andi Suriali, bersama penasehat kegiatan Wowok Legowo, mengambil keputusan penting untuk menghentikan acara lebih awal demi keselamatan peserta, seniman, maupun ribuan pengunjung yang hadir.
“Target 5000 pengunjung sudah kami capai bahkan terlampaui. Alhamdulillah, hingga malam penutupan tercatat 7.117 pengunjung yang telah hadir dan mengapresiasi karya-karya seni rupa. Ini pencapaian luar biasa. Namun karena kondisi situasional di luar gedung, kami memilih menutup lebih awal,” ujar Andi Suriali di sela-sela penutupan.
Kronologi Penutupan Lebih Awal
Sekitar pukul 21.00 WIB, suasana di dalam gedung pameran masih dipenuhi riuh rendah penonton yang menikmati karya-karya terakhir. Namun di luar gedung, ribuan massa ojol yang sedang melakukan aksi solidaritas mulai memenuhi area sekitar Makom Lanal.
Pukul 21.15 WIB, sesuai arahan panitia dan pertimbangan keamanan, aliran listrik dan AC dimatikan. Pengunjung diarahkan keluar dengan tertib oleh pihak keamanan Lanal Tegal agar tidak bersinggungan dengan massa aksi.
Namun situasi semakin memanas ketika aparat mulai menembakkan gas air mata untuk mengurai demonstrasi di sekitar perempatan depan kantor Pos dan Giro Kota Tegal. Asap menyebar hingga masuk ke area dalam pameran, membuat suasana panik.
“Kami harus berlari keluar, mata perih, hidung pedih, semua berhamburan menyelamatkan diri. Benar-benar pengalaman yang tidak terlupakan,” ujar seorang mahasiswa seni yang hadir di lokasi.
Wowok Legowo, penasehat kegiatan, tetap menenangkan para panitia.
“Kita harus bersabar hingga kondisi kembali normal. Jaga ruang pameran dari luar, jangan sampai ada kerusakan pada karya seni,” serunya kepada seluruh seniman dan panitia.
Menjelang tengah malam, situasi mulai mereda setelah aparat Yonif 407 bergerak menenangkan massa. Tepat pukul 00.00 WIB, kondisi berangsur aman, massa demonstran membubarkan diri, dan Kota Tegal kembali tenang.
Catatan Pencapaian Tegal Art Festival 2025
Meski ditutup lebih awal, Tegal Art Festival 2025 mencatat sejumlah prestasi penting. Target 5000 pengunjung bukan hanya tercapai, tetapi terlampaui dengan 7.117 pengunjung resmi dalam daftar hadir harian. Angka ini menjadi bukti bahwa seni rupa di Kota Tegal mendapat tempat istimewa di hati masyarakat.
Menurut catatan panitia, festival kali ini berhasil menghadirkan karya-karya lintas generasi, dari seniman lokal hingga mahasiswa seni rupa. Kegiatan ini bukan sekadar pameran, tetapi juga sarana edukasi bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.
“Tegal Art Festival adalah kegiatan edukasi yang memberi pencerahan betapa pentingnya seni rupa bagi pendidikan karakter bangsa, sekaligus ikut membangun kecerdasan lewat kesenian,” jelas Andi Suriali.
Ide Unik Mbak Rias: Catatan Kesan-Pesan Pengunjung
Salah satu yang menarik perhatian media adalah gagasan Mbak Rias, panitia festival, yang meminta setiap pengunjung menuliskan kesan dan pesan di selembar sobekan kertas. Meskipun terlihat sederhana, ide ini menjadi catatan berharga bagi penyelenggaraan pameran.
Beberapa pengunjung menulis komentar jujur yang menghibur sekaligus menyentuh. Salah satunya menuliskan:
“Aku jan ora paham, tapi pameran kie unik lan menarik.”
Ungkapan polos ini menunjukkan bahwa seni rupa mampu menyentuh siapa saja, bahkan mereka yang mungkin belum akrab dengan dunia seni sekalipun.
Mbak Rias menuturkan bahwa seluruh catatan pengunjung akan dikumpulkan dan dibukukan sebagai arsip penting festival.
“Ini ide sederhana, tapi punya nilai tinggi. Kami ingin menjadikan komentar pengunjung sebagai cermin untuk memperbaiki dan mengembangkan acara berikutnya,” ungkapnya.
Seni Rupa dan Pendidikan Karakter Bangsa
Festival ini bukan hanya ajang hiburan, tetapi juga sarana edukasi seni rupa yang penting bagi generasi muda. Para guru, dosen, hingga pelajar yang hadir mengakui bahwa karya seni rupa mampu membangun kepekaan sosial, kreativitas, dan kecerdasan emosional.
Kota Tegal dengan sejarah panjangnya di bidang seni budaya membuktikan bahwa masyarakatnya tetap haus akan kegiatan kesenian. Dalam era digital dan arus globalisasi, kegiatan semacam ini dianggap vital untuk menjaga jati diri bangsa.
“Seni rupa adalah cermin peradaban. Kalau anak muda bisa memahami seni, mereka juga bisa belajar tentang nilai-nilai kejujuran, empati, dan semangat kebersamaan,” kata Wowok Legowo.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Selain aspek seni, Tegal Art Festival juga berdampak pada ekonomi lokal. Ribuan pengunjung yang hadir selama festival mendorong aktivitas UMKM, pedagang kaki lima, hingga sektor pariwisata Kota Tegal. Hotel, restoran, hingga transportasi lokal merasakan dampak positif dari acara ini.
Meski pada penutupan terjadi insiden yang tidak diinginkan, panitia memastikan bahwa festival tetap meninggalkan kesan positif bagi masyarakat.
Analisis Media Nasional
Dari sudut pandang media, Tegal Art Festival 2025 menunjukkan dua hal penting:
- Seni rupa mampu menarik minat ribuan masyarakat lintas kalangan. Fakta bahwa 7.117 orang datang menunjukkan seni bukan hal eksklusif, tetapi milik bersama.
- Penyelenggaraan acara budaya rentan terhadap kondisi sosial politik di luar. Keputusan menutup lebih awal adalah langkah bijak agar seni tidak menjadi korban kericuhan.
Kombinasi antara antusiasme seni dan dinamika sosial inilah yang membuat Tegal Art Festival 2025 menjadi salah satu festival paling berkesan di Indonesia tahun ini.
Penutup: Seni, Solidaritas, dan Harapan
Malam penutupan Tegal Art Festival 2025 memang tidak berakhir sesuai rencana. Namun justru karena kejadian inilah, festival ini akan dikenang lebih lama. Seni rupa bukan hanya dipajang di ruang pamer, tetapi juga diuji oleh dinamika sosial masyarakat di luar gedung.
Ketua panitia dan Dewan Kesenian Kota Tegal tetap optimis bahwa festival berikutnya akan lebih baik, lebih aman, dan lebih berkesan.
“Kami akan belajar dari pengalaman ini. Tahun depan, Tegal Art Festival harus lebih matang, dengan dukungan semua pihak agar tetap aman, nyaman, dan bermanfaat,” tutup Andi Suriali.
Dengan semangat itu, meski berakhir dengan gas air mata dan suasana ricuh, Tegal Art Festival 2025 tetap menjadi catatan emas dalam perjalanan seni rupa Indonesia.(Nurdibyo)
Komentar