Disusun Oleh:
Nama: Alifah Kayana Tanugroho
NIM: 165251076
PDB: 43
Kelompok: 9
Pendahuluan
Pendidikan merupakan faktor penting dalam perkembangan suatu bangsa. Namun, di Indonesia, masih banyak sekolah negeri yang tidak memiliki fasilitas yang memadai. Perbedaan fasilitas belajar, kualitas guru, dan dukungan ekonomi di berbagai daerah menyebabkan kesenjangan yang cukup signifikan antara sekolah-sekolah di kota besar dengan sekolah-sekolah di pelosok. Kondisi ini menjadi tantangan besar dalam mewujudkan pemerataan pendidikan bagi seluruh anak bangsa.
Isi
1. Keterbatasan Fasilitas Fisik
Masih ada sekolah negeri yang tidak memiliki gedung yang layak. Beberapa bahkan harus menggunakan tempat lain atau mengajar di ruang terbuka, sehingga proses belajar-mengajar sangat bergantung pada kondisi cuaca. Hal ini terjadi meskipun Indonesia kaya akan sumber daya alam, namun alokasi anggaran pendidikan sering kali tidak tepat sasaran (Linimasa News, 2024).
2. Ketimpangan antara Kota dan Desa
Sekolah-sekolah di daerah perkotaan umumnya dilengkapi dengan fasilitas seperti laboratorium, perpustakaan, akses internet, dan fasilitas olahraga. Sebaliknya, banyak sekolah di daerah pedesaan masih kekurangan ruang kelas yang memadai, memiliki akses air bersih yang terbatas, dan pasokan listrik yang tidak stabil. Kekurangan guru lebih terasa di daerah terpencil, di mana satu guru sering kali harus mengajar beberapa mata pelajaran sekaligus (Kumparan, 2025).
3. Faktor Ekonomi dan Angka Putus Sekolah
Selain masalah infrastruktur, kondisi ekonomi keluarga juga menjadi penyebab utama ketidaksetaraan pendidikan. Banyak siswa terpaksa putus sekolah karena tidak mampu membayar biaya pendidikan, meskipun ada subsidi dari pemerintah. Beberapa dari mereka memilih untuk bekerja demi membantu menghidupi keluarga. Data menunjukkan bahwa mayoritas kasus putus sekolah disebabkan oleh kendala biaya (Kumparan, 2025).
4. Upaya Pemerintah melalui Program Sekolah Rakyat 2025
Untuk mengatasi kesenjangan ini, pemerintah meluncurkan program Sekolah Rakyat 2025, yang menyediakan pendidikan gratis dan fasilitas asrama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Program ini bertujuan agar siswa dapat melanjutkan pendidikan tanpa terbebani biaya. Namun, program ini dikritik karena belum menyelesaikan akar masalah, yaitu meningkatkan kualitas sekolah yang ada dan kompetensi guru (Kumparan, 2025).
5. Pendidikan Inklusif dan Akses bagi Penyandang Disabilitas
Di beberapa daerah, fasilitas untuk siswa penyandang disabilitas masih sangat terbatas. Banyak sekolah yang tidak menyediakan akses kursi roda atau tenaga pendidik khusus. Kondisi ini menyulitkan siswa penyandang disabilitas untuk mendapatkan kesempatan belajar yang setara dengan teman sebayanya. Pemerintah daerah telah berupaya memberikan bantuan pendidikan, namun fasilitas ramah disabilitas masih jauh dari memadai (UINSI Repository, 2021).
6. Kesenjangan Akses Digital
Perbedaan juga terlihat dalam pemanfaatan teknologi. Sekolah-sekolah di perkotaan mulai mengintegrasikan perangkat digital dan internet ke dalam proses pembelajaran. Namun, di daerah dengan infrastruktur terbatas, siswa dan guru kesulitan mengakses sumber belajar daring, sehingga tertinggal dalam literasi digital.
Penutup
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesenjangan pendidikan di sekolah-sekolah negeri di Indonesia tidak hanya terkait dengan kondisi fisik sekolah, tetapi juga meliputi aspek ekonomi, kualitas tenaga pengajar, dukungan terhadap penyandang disabilitas, dan akses teknologi.
Berbagai kebijakan, seperti program Sekolah Rakyat 2025, menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun, solusi yang lebih komprehensif masih diperlukan, terutama terkait distribusi anggaran, peningkatan kualitas guru, dan pengembangan fasilitas sekolah. Dengan langkah-langkah konkret dan berkelanjutan, kesenjangan pendidikan dapat diminimalisir sehingga setiap anak, tanpa memandang latar belakang, memiliki hak yang sama untuk belajar dan berkembang.
Komentar