Dosen Pengampu: Tania Ardiani Saleh, Dra., M.S.
Disusun oleh:
Savanda Aura Nasya (172251080)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Administrasi Publik
Email: savanda.aura.nasya-2025@fisip.unair.ac.id
MATA KULIAH LOGIKA DAN PEMIKIRAN KRITIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2025
Ketidakmerataan Akses Pendidikan Dasar dan Literasi Siswa Sekolah Dasar di Kota dan Desa sebagai Cermin Kesenjangan Sosial
Oleh: Savanda Aura Nasya

Pendidikan dasar merupakan salah satu pilar penting dalam pembangunan bangsa. Melalui pendidikan yang berkualitas, anak-anak dapat mengembangkan potensi diri sekaligus mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Akan tetapi, kondisi pendidikan dasar di Indonesia masih menghadapi tantangan serius berupa ketidakmerataan akses antara kota dan desa. Perbedaan tersebut tidak hanya mencerminkan persoalan teknis dalam dunia pendidikan, tetapi juga menunjukkan adanya kesenjangan sosial yang lebih luas di tengah masyarakat.
Sekolah dasar di kota umumnya memiliki fasilitas lengkap, tenaga pengajar yang memadai, serta dukungan teknologi yang menunjang proses pembelajaran. Sementara itu, sekolah di desa masih berjuang dengan keterbatasan infrastruktur, jumlah guru yang minim, serta akses sumber belajar yang terbatas. Situasi ini semakin memperlihatkan adanya jarak yang cukup lebar antara anak-anak kota dan desa dalam memperoleh kesempatan pendidikan yang layak.
Permasalahan kesenjangan pendidikan ini tidak berhenti pada persoalan sarana dan prasarana, tetapi juga berdampak langsung pada kemampuan literasi siswa. Literasi yang rendah berpengaruh terhadap pencapaian akademik, menghambat keterampilan berpikir kritis, serta membatasi ruang gerak anak-anak untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan perkotaan cenderung lebih unggul karena mendapat dukungan fasilitas, sementara anak-anak di pedesaan sering kali tertinggal akibat hambatan struktural. Ketidakmerataan inilah yang pada akhirnya menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kesenjangan sosial, karena pendidikan sejatinya merupakan sarana mobilitas sosial yang memungkinkan seseorang untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.
Pendidikan sebagai Masalah Multidimensi
Ketidakmerataan pendidikan dasar di Indonesia merupakan masalah multidimensi yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai faktor di luar kelas. Pendidikan memang menjadi fokus utama, tetapi kualitasnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan belajar, kondisi ekonomi, kesehatan anak, serta kemampuan literasi.
Lingkungan dan Infrastruktur
Lingkungan sekolah di wilayah pedesaan sering kali berada jauh dari pusat pemukiman. Akses jalan yang rusak, transportasi terbatas, dan infrastruktur pendukung yang minim membuat anak-anak di desa harus menempuh perjalanan panjang hanya untuk sampai ke sekolah. Hal ini tidak jarang menurunkan motivasi belajar dan meningkatkan angka ketidakhadiran.
Selain itu, keterbatasan listrik dan internet menghambat pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran modern. Hal berbeda dialami oleh siswa di kota yang belajar dalam lingkungan dengan fasilitas lengkap, ruang kelas yang memadai, serta dukungan teknologi. Ketidaksetaraan lingkungan ini memperkuat jurang pendidikan antara kota dan desa (Winandar et al., 2022).
Faktor Ekonomi dan Kesehatan
Selain lingkungan, faktor ekonomi juga memengaruhi. Pendidikan sering kali dianggap sebagai investasi jangka panjang, tetapi bagi keluarga di pedesaan, kebutuhan sehari-hari jauh lebih mendesak. Walaupun pemerintah telah memberikan berbagai bantuan, kenyataannya masih banyak keluarga di desa yang kesulitan menanggung biaya transportasi, perlengkapan sekolah, hingga uang saku anak. Tidak jarang anak-anak harus membantu orang tua bekerja, sehingga waktu belajar mereka terabaikan.
Sementara itu, keluarga di perkotaan yang relatif lebih mapan memungkinkan anak-anak mereka belajar tanpa terbebani masalah ekonomi. Perbedaan kondisi ekonomi tersebut semakin memperlebar kesenjangan akses pendidikan dasar (Maharani et al., 2024).
Aspek kesehatan anak juga tidak bisa diabaikan. Anak-anak yang mengalami gizi buruk, kekurangan nutrisi, atau sering sakit tentu menghadapi hambatan dalam proses belajar. Rendahnya kualitas kesehatan menyebabkan menurunnya konsentrasi, tingginya angka ketidakhadiran, hingga rendahnya capaian akademik. Permasalahan ini lebih banyak ditemukan di pedesaan karena akses layanan kesehatan terbatas dan kesadaran masyarakat mengenai gizi seimbang masih rendah.
Literasi sebagai Permasalahan Utama
Di samping itu, literasi menjadi masalah yang paling kentara. Anak-anak di kota lebih unggul dalam keterampilan literasi karena mereka memiliki akses terhadap berbagai sumber bacaan, perpustakaan, dan teknologi digital. Sebaliknya, anak-anak di desa harus puas dengan bahan bacaan terbatas, bahkan tidak jarang sekolah tidak memiliki perpustakaan yang memadai.
Perbedaan ini berdampak luas pada perkembangan kognitif siswa. Literasi yang rendah tidak hanya memengaruhi prestasi akademik, tetapi juga menghambat perkembangan keterampilan berpikir kritis dan kreativitas. Penelitian menunjukkan bahwa perbedaan kemampuan literasi antara siswa perkotaan dan pedesaan semakin memperlebar jurang kesenjangan pendidikan dasar (Yudiana et al., 2023).
Literasi sebagai Pintu Akses Pengetahuan
Lebih jauh, literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga pintu masuk untuk mengakses informasi, memperluas wawasan, dan mengembangkan pola pikir kritis. Anak-anak desa yang tidak terbiasa dengan budaya literasi akan mengalami keterbatasan dalam menyerap pengetahuan baru, yang pada akhirnya berdampak pada masa depan mereka.
Hal ini menegaskan bahwa literasi merupakan cermin nyata dari belum meratanya akses pendidikan yang berkualitas.
Distribusi dan Kualitas Guru
Kesenjangan pendidikan juga dipengaruhi distribusi tenaga pendidik. Guru yang ditempatkan di desa sering kali menghadapi tantangan lebih besar, mulai dari keterbatasan fasilitas hingga beban mengajar yang berlebihan. Hal ini berbeda dengan sekolah di kota yang relatif memiliki jumlah guru mencukupi serta dukungan sarana pembelajaran yang lebih baik. Ketimpangan distribusi guru semakin memperlebar perbedaan kualitas pendidikan (Ananda et al., 2025).
Selain itu, kualitas guru juga tidak dapat diabaikan. Sekolah di wilayah perkotaan umumnya memiliki tenaga pendidik dengan kualifikasi yang lebih baik serta akses terhadap pelatihan berkelanjutan. Sebaliknya, sekolah di pedesaan sering kali menghadapi kekurangan guru dan terbatasnya kesempatan pengembangan profesional.
Kondisi ini berdampak langsung pada kualitas pembelajaran yang diterima siswa. Guru yang kurang mendapatkan pelatihan akan kesulitan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif, sehingga anak-anak desa semakin tertinggal dalam hal penguasaan materi maupun keterampilan literasi.
Keterkaitan Berbagai Faktor
Keterkaitan antara pendidikan dengan lingkungan, ekonomi, kesehatan, dan literasi menunjukkan bahwa ketidakmerataan ini tidak dapat diselesaikan dengan satu kebijakan saja. Sebaliknya, permasalahan tersebut harus dipandang sebagai rangkaian persoalan yang saling memengaruhi.
Rendahnya kualitas infrastruktur memperburuk keterbatasan ekonomi keluarga, masalah kesehatan memperparah ketertinggalan akademik, rendahnya literasi memperkuat lingkaran kemiskinan, dan ketimpangan distribusi guru memperdalam kesenjangan kualitas pendidikan. Semua aspek tersebut saling terkait dan berkontribusi terhadap munculnya kesenjangan sosial yang semakin nyata.
Gambaran Nyata Kesenjangan Sosial
Ketidakmerataan akses pendidikan dasar dan kemampuan literasi siswa sekolah dasar antara kota dan desa menjadi gambaran nyata dari kesenjangan sosial di Indonesia. Pendidikan seharusnya menjadi sarana pemerataan kesempatan, namun kenyataannya masih menjadi faktor yang memperkuat jurang perbedaan antarwilayah.
Perbedaan kondisi lingkungan, ekonomi keluarga, kesehatan anak, serta literasi menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia belum dapat diakses dengan adil oleh seluruh masyarakat.
Upaya dan Harapan Masa Depan
Upaya untuk mengatasi masalah ini membutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Pemerintah perlu memperkuat pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan, memperhatikan distribusi guru, serta meningkatkan layanan kesehatan anak. Dukungan ekonomi bagi keluarga kurang mampu juga perlu diperluas agar anak-anak tidak terbebani oleh biaya pendidikan.
Sementara itu, masyarakat dan sektor swasta dapat berperan aktif dengan menyediakan bahan bacaan, fasilitas belajar, serta lingkungan yang mendorong perkembangan literasi anak.
Dengan adanya langkah-langkah yang menyeluruh dan berkesinambungan, ketidakmerataan pendidikan dapat dikurangi. Setiap anak Indonesia, baik yang tinggal di kota maupun desa, akan memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, berkembang, dan meraih masa depan yang lebih baik.
Pemerataan pendidikan bukan hanya investasi untuk individu, melainkan juga menjadi kunci utama dalam mewujudkan keadilan sosial dan kemajuan bangsa di masa depan.
Daftar Pustaka
- Ananda, R., Sulistiya, A., Zulhafmi, A., Hamda, N. A., & Abdullah, R. (2025). Masalah kesenjangan (gap) pendidikan sekolah dasar antara sekolah di perkotaan dan daerah 3T. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar.
- Winandar, A., Supriatna, E., & Nurjanah, I. (2022). Analisis Pengelolaan Sarana dan Prasana Pendidikan Sekolah Dasar di Desa dan di Kota. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia.
- Maharani, N., Khoirunnisa, N., & Putri, S. P. (2024). Analisis masalah kesenjangan sosial di sekolah dasar. PARADIGM: Journal of Multidisciplinary Research and Innovation.
- Yudiana, K., Putri, N. N. C. A., & Antara, I. G. W. S. (2023). Kesenjangan kemampuan literasi siswa sekolah dasar di daerah perkotaan, pinggiran kota, dan pedesaan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan.
- Pendidikan.id. (n.d.). Semangat dan Harapan SDN 078516 Hilimoasio II untuk Pendidikan dan Digitalisasi Sekolah.Diakses dari https://pendidikan.id/news/semangat-dan-harapan-sdn-078516-hilimoasio-ii-untuk-pendidikan-dan-digitalisasi-sekolah/
- Bidik Tangsel. (2025). Pemerintah Kota Tangerang Luncurkan Program English Day.Diakses dari https://www.bidiktangsel.com/banten-raya/9709589455/pemerintah-kota-tangerang-luncurkan-program-english-day



















