Penulis: Shafiqa Aqila Rizky Herwanto
Dosen Pengampu : Tania Ardiani Saleh, Dra., M.S.
Surabaya dikenal dengan semangat pantang menyerah dan laju pembangunan yang pesat. Namun, di balik geliat pembangunan tersebut, ada situasi memprihatinkan: sungai-sungai yang menjadi sumber kehidupan masyarakat perlahan kehilangan fungsinya. Air yang seharusnya jernih kini membawa beban berat berupa tumpukan sampah, busa deterjen, hingga limbah industri.
Masalah ini bukan hanya mengganggu estetika, tetapi juga menjadi ancaman nyata bagi kesehatan, ekonomi, lingkungan, dan pendidikan. Ekosistem sungai terganggu, air berbau tidak sedap, sementara kesehatan masyarakat ikut terancam. Hal ini tidak bisa dibiarkan. Kita perlu mencari akar masalah dan solusi agar sungai-sungai Surabaya kembali menjadi sumber kehidupan yang sehat bagi generasi mendatang.
Sumber Pencemaran
Menurut Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, sekitar 80% pencemar sungai berasal dari limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga adalah sisa bahan dari aktivitas domestik, baik cair maupun padat, seperti:
- Air bekas mencuci (grey water)
- Air buangan dari kamar mandi
- Sisa sabun, deterjen, dan bahan kimia lainnya
- Limbah dapur dan makanan
Menurut Kementerian Kesehatan RI, air tercemar biasanya mengandung mikroorganisme patogen dan zat kimia berbahaya yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, mulai dari diare, kolera, hingga tifus. Dalam jangka panjang, paparan air kotor bisa memicu gangguan kulit maupun pernapasan.
Dampak Lingkungan dan Ekonomi
Dampak lingkungan terlihat jelas. Bahan kimia beracun menurunkan kadar oksigen dalam air, yang berujung pada kematian organisme akuatik. Kondisi ini secara tidak langsung memukul ekonomi masyarakat, terutama kelompok yang menggantungkan hidup dari hasil tangkapan ikan.
Selain itu, UMKM yang beroperasi di sekitar sungai juga menghadapi tantangan besar. Lingkungan kotor membuat produk mereka dianggap kurang higienis, sehingga penjualan menurun. Beban ekonomi semakin berat karena biaya kesehatan keluarga ikut meningkat akibat penyakit yang dipicu pencemaran air.
Dampak pada Pendidikan
Terganggunya ekonomi keluarga berdampak pada sektor pendidikan. Banyak orang tua kesulitan membiayai sekolah anak-anak mereka. Di sisi lain, sekolah di sekitar sungai juga sering kekurangan air bersih. Minimnya sanitasi tidak hanya menciptakan lingkungan belajar yang tidak sehat, tetapi juga menurunkan kenyamanan dan konsentrasi siswa. Akibatnya, kualitas pendidikan pun ikut terganggu.
Upaya Solusi
Limbah yang mencemari sungai di Surabaya bukan hanya mengancam ekosistem, tetapi juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu solusi sederhana adalah edukasi masyarakat tentang pemilahan sampah organik dan nonorganik. Sampah organik, seperti sisa sayur, kulit buah, atau ampas kopi, bisa dimanfaatkan untuk membuat eco-enzyme sebagai alternatif pengurangan limbah rumah tangga.
Kesadaran dan partisipasi masyarakat sangat penting untuk menjaga kebersihan sungai. Dimulai dari hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan, hingga keterlibatan dalam program kesehatan lingkungan. Pemerintah perlu mendukung langkah ini dengan edukasi berkelanjutan dan pengawasan yang ketat.
Penutup
Dengan langkah nyata dan komitmen bersama, sungai-sungai Surabaya dapat dikembalikan menjadi sumber kehidupan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Setiap tindakan kecil memberi dampak besar. Mari kita pastikan sungai mengalirkan kehidupan, bukan pencemaran.
Referensi
- Budiyanto, dr., MARS. (20 Mei 2025). Air Kotor, Hidup Sengsara: Dampak Pencemaran Air. halodoc.com. Diakses 28 Agustus 2025, link
- Gamma Safina. (11 Juni 2023). Mayoritas Sungai di Indonesia Tercemar Ringan pada 2022. data.goodstats.id. Diakses 28 Agustus 2025, link
- Shafira Cendra A. (16 Juni 2025). Duh 60% Sungai di RI Tercemar Limbah Domestik-Sampah Plastik. finance.detik.com. Diakses 28 Agustus 2025, link
Komentar