ARTIKEL PENUGASAN Angka Stunting di Indonesia Turun, Namun Tantangan Belum Berakhir

Dosen Pengampu : Tania Ardiani Saleh, Dra., M.S.


Disusun oleh : Herlina Chintya Dewi (002251094)

📲 Simak Berita Terpercaya Langsung di Ponselmu!

Ikuti MediaPatriot.CO.ID lewat WhatsApp Channel resmi kami:
👉 Klik di sini untuk bergabung


<<<<Ada Lowongan Kepala Biro Media Online Nasional di Pencarian Google Hari Ini>>>


MATA KULIAH LOGIKA DAN PEMIKIRAN KRITIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2025


“Angka Stunting di Indonesia Turun, Namun Tantangan Belum Berakhir”

Oleh: Herlina Chintya Dewi

Pendahuluan

Jakarta, 2025 – Indonesia terus berupaya menekan angka stunting yang selama ini menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi stunting nasional sebesar 21,6 persen, turun dari 24,4 persen pada 2021 (Kemenkes RI, 2023).

Penurunan ini patut diapresiasi, tetapi angka tersebut masih berada di atas ambang batas global yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20 persen (WHO, 2020).


Mengapa Stunting Berbahaya?

Stunting tidak sekadar soal tinggi badan yang lebih pendek dari standar usia. Kondisi ini merupakan dampak kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Dampaknya tidak hanya pada fisik, tetapi juga pada perkembangan otak, daya tahan tubuh, dan potensi ekonomi di masa depan.

“Stunting bukan hanya persoalan kesehatan, tetapi menyangkut kualitas sumber daya manusia. Anak yang stunting lebih rentan sakit, kesulitan belajar, dan berisiko memiliki produktivitas rendah saat dewasa,” ujar seorang dokter spesialis anak di Jakarta, Sabtu (21/9).

Temuan ini sejalan dengan laporan World Bank (2021) yang menyebutkan stunting dapat menurunkan potensi pendapatan individu hingga 22 persen sepanjang hidupnya. Dengan kata lain, stunting juga merupakan ancaman bagi pembangunan ekonomi bangsa.


Faktor Penyebab Masih Kompleks

Penyebab stunting di Indonesia sangat beragam dan saling terkait.

  1. Anemia pada ibu hamil
    Data Kemenkes RI (2021) menunjukkan prevalensi anemia pada ibu hamil mencapai 48,9 persen. Anemia meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah, yang rentan mengalami stunting. Studi Rahman et al. (2021, BMC Public Health) menegaskan hubungan signifikan antara anemia ibu hamil dan stunting anak di Indonesia.
  2. Sanitasi buruk
    UNICEF (2022) melaporkan sekitar 25 persen rumah tangga di Indonesia belum memiliki akses sanitasi layak. Lingkungan yang tidak sehat memicu penyakit infeksi berulang seperti diare, yang menghambat penyerapan gizi. Studi Chambers et al. (2020, The Lancet Global Health) juga menunjukkan sanitasi buruk sebagai faktor utama penghambat pertumbuhan anak.
  3. Pola konsumsi tidak seimbang
    Banyak anak terbiasa mengonsumsi jajanan rendah gizi, sementara asupan protein hewani masih minim. Padahal, protein hewani (ikan, telur, daging) sangat penting untuk pertumbuhan. Penelitian Titaley et al. (2022, Nutrients) menemukan pemberian MP-ASI yang tidak tepat menjadi faktor signifikan penyebab stunting di Indonesia.

Upaya Pemerintah

Untuk menekan angka stunting, pemerintah menjalankan program melalui Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (Bappenas, 2021). Program ini menargetkan prevalensi stunting turun di bawah 14 persen dalam beberapa tahun ke depan.

Strategi yang dijalankan meliputi:

  • Intervensi gizi spesifik: pemberian makanan tambahan (PMT), suplementasi zat besi & asam folat bagi ibu hamil, serta ASI eksklusif enam bulan.
  • Intervensi gizi sensitif: peningkatan akses air bersih, sanitasi layak, edukasi gizi masyarakat, dan penguatan ketahanan pangan lokal (FAO, 2021).
  • Fokus pada 1.000 HPK: periode emas untuk mencegah stunting sejak awal kehidupan.

Posyandu dan puskesmas menjadi ujung tombak implementasi, dengan pemantauan balita rutin serta penyuluhan dan bantuan gizi bagi ibu hamil.


Tantangan di Lapangan

Meski langkah sudah dijalankan, sejumlah tantangan masih ada:

  • Ketimpangan antarwilayah
    Daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi, khususnya di Indonesia Timur, masih mencatat prevalensi di atas rata-rata nasional.
  • Perilaku makan masyarakat
    Banyak keluarga masih beranggapan makanan bergizi itu mahal. “Padahal sumber protein lokal seperti ikan, telur, dan tempe sebenarnya terjangkau. Masalah utamanya adalah kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi seimbang,” jelas seorang dokter gizi klinis di Jakarta.

Harapan Menuju Indonesia Emas

Dengan target prevalensi di bawah 14 persen, kerja sama lintas sektor mutlak diperlukan. Tidak hanya kesehatan, tetapi juga pendidikan, pangan, dan lingkungan harus bersinergi.

“Generasi bebas stunting adalah fondasi Indonesia Emas 2045. Jika masalah ini berhasil ditekan, Indonesia akan memiliki sumber daya manusia yang lebih sehat, cerdas, dan berdaya saing,” tegas seorang pakar kesehatan masyarakat di Surabaya.


Referensi

  • Bappenas. (2021). Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas.
  • Chambers, R., et al. (2020). Child growth, environment, and sanitation: Global evidence. The Lancet Global Health, 8(5), e642–e653. https://doi.org/10.1016/S2214-109X(20)30114-5
  • FAO. (2021). Food security and nutrition in Indonesia. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations. https://www.fao.org
  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Jakarta: Kemenkes RI. https://www.kemkes.go.id
  • Rahman, A., et al. (2021). Maternal anemia and child stunting in Indonesia: A cohort study. BMC Public Health, 21(1), 1024. https://doi.org/10.1186/s12889-021-11024-1
  • Titaley, C. R., et al. (2022). Determinants of stunting among children under two years in Indonesia: Multilevel analysis of the 2017 IDHS. Nutrients, 14(1), 176. https://doi.org/10.3390/nu14010176
  • UNICEF. (2022). Situation analysis of children in Indonesia. Jakarta: UNICEF. https://www.unicef.org/indonesia
  • World Bank. (2021). Investing in human capital for Indonesia’s future. Washington, DC: World Bank. https://documents.worldbank.org
  • World Health Organization. (2020). Reducing stunting in children: Equity considerations for achieving the Global Nutrition Targets 2025. Geneva: WHO. https://www.who.int



Wartawan di lapangan dibekali Kode Sandi untuk membuka DAFTAR WARTAWAN Dibawah ini:DAFTAR WARTAWAN>>>


Tentang Kami

Mediapatriot.co.id adalah portal berita online nasional yang menyajikan informasi aktual, terpercaya, dan berimbang. Kami hadir untuk memberikan akses berita yang cepat dan akurat kepada masyarakat Indonesia, khususnya dalam bidang sosial, hukum, budaya, pemerintahan, dan berbagai isu strategis lainnya.
Didirikan oleh jurnalis senior Hamdanil Asykar, Mediapatriot.co.id berkomitmen menjaga integritas jurnalistik dan menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik sesuai pedoman Dewan Pers. Dengan jaringan kontributor di berbagai daerah, kami menghadirkan berita lokal dengan cakupan nasional.
Misi kami adalah menjadi media digital yang membangun kesadaran publik melalui berita-berita edukatif, mendalam, dan bebas hoaks. Kami percaya bahwa informasi yang sehat adalah pilar utama demokrasi dan kemajuan bangsa.
Tim redaksi kami terdiri dari wartawan-wartawan berpengalaman yang mengedepankan prinsip keberimbangan, cek fakta, dan validasi sumber dalam setiap pemberitaan. Kami juga membuka ruang partisipasi publik melalui opini dan laporan warga yang dikurasi secara profesional.
Mediapatriot.co.id juga menjalin kerja sama dengan lembaga pemerintah, swasta, dan komunitas untuk mendorong literasi digital serta pemberdayaan masyarakat melalui media.
Untuk pertanyaan, saran, atau kerja sama media, silakan hubungi kami melalui halaman Kontak.

<<<<Ada Lowongan Kepala Biro Media Online Nasional di Pencarian Google Hari Ini>>>


Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Komentar