Oleh: Naura Atrestya Setyobudhi
Diabetes kini tidak lagi identik sebagai penyakit usia lanjut atau faktor keturunan semata. Kasus diabetes, khususnya tipe 2, semakin banyak ditemukan pada usia muda bahkan anak-anak. Fenomena ini terjadi akibat pola hidup yang kurang sehat, konsumsi gula berlebih, pola makan instan, serta lingkungan yang tidak mendukung gaya hidup sehat. Hal ini menjadi alasan penting mengapa deteksi dini diabetes sangat diperlukan, terutama melalui edukasi kepada masyarakat.
Lonjakan Kasus
Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada 2024 terdapat 20.426.400 kasus diabetes di kalangan orang dewasa dari total populasi 185.217.400 jiwa, dengan prevalensi 11,3 persen. Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 28,6 juta pada 2050.
Kasus pada anak pun mengalami kenaikan signifikan. Penderita diabetes tipe 1 pada anak naik dari 3,88 per 100.000 jiwa pada 2000 menjadi 28,19 per 100.000 jiwa pada 2010. Tahun 2022 tercatat 584 pasien baru, bertambah menjadi 594 pasien pada 2023, dan hingga April 2025 total ada 1.948 anak terdiagnosis diabetes tipe 1.
Di Surabaya, kasus diabetes pada anak usia 15–18 tahun meningkat dari 2,2 persen (176 kasus) pada 2021 menjadi 2,3 persen (184 kasus) pada 2022. Hingga Januari 2023, terdapat tambahan empat kasus baru. Penyebab utama meliputi pola makan tidak sehat (junk food), kurang aktivitas fisik, dan faktor genetik.
Upaya Pencegahan
Dinas Kesehatan Surabaya menanggapi kondisi ini dengan skrining lebih intensif, sosialisasi pola makan seimbang, serta edukasi di sekolah-sekolah. Permenkes No. 30 Tahun 2013 menetapkan batas konsumsi gula per orang per hari sebesar 50 gram atau setara empat sendok makan. Namun kenyataannya, konsumsi gula masyarakat Indonesia masih berlebihan.
Edukasi tentang pola makan sehat juga belum merata, akses terhadap makanan bergizi masih terbatas, sementara iklan junk food terus mendorong konsumsi tinggi gula dan lemak. Inilah yang menjadi jurang antara harapan dan kenyataan.
Faktor Risiko
Diabetes tidak hanya diturunkan secara genetik, melainkan sangat dipengaruhi gaya hidup dan lingkungan. Pola makan tinggi gula, kurang olahraga, stres, dan obesitas menjadi faktor utama. Lingkungan perkotaan juga tidak mendukung karena akses fast food lebih mudah, ruang terbuka hijau terbatas, dan iklan makanan tidak sehat mendominasi.
Deteksi dini diperlukan untuk mencegah komplikasi. Gejala diabetes pada anak antara lain sering haus, sering buang air kecil, cepat lapar, berat badan menurun, hingga napas berat. Pada orang dewasa, pemeriksaan gula darah puasa atau HbA1c dapat digunakan sebagai langkah awal deteksi.
Pola Makan Sehat
Untuk mencegah diabetes dini, pola makan harus diperhatikan. Konsumsi gula dan makanan olahan sebaiknya dikurangi, sementara asupan serat, sayur, dan buah ditingkatkan. Contoh menu harian sehat antara lain:
- Sarapan: oatmeal dengan potongan buah tanpa gula tambahan.
- Camilan: buah segar atau kacang tanpa garam.
- Makan siang: nasi merah, sayur tumis, tahu tempe panggang, serta ikan kukus atau ayam panggang.
- Makan malam: sup sayur dengan jagung dan wortel, disertai pisang kukus.
Selain itu, inisiatif lingkungan seperti urban farming serta penyediaan kantin sekolah sehat dapat membantu masyarakat lebih mudah mengakses makanan sehat.
Kolaborasi untuk Generasi Sehat
Pencegahan diabetes dini membutuhkan sinergi antara pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat. Deteksi dini, edukasi berkelanjutan, serta perubahan gaya hidup menjadi langkah penting agar Indonesia mampu mengurangi risiko meningkatnya kasus diabetes pada generasi muda.
Referensi
- International Diabetes Federation (2024). Data Kasus Diabetes di Indonesia. Link
- Universitas Gadjah Mada (2023). Diabetes Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia: Batasi dengan Snack Sehat Rendah Gula. Link
- World Health Organization (WHO). Diabetes. Link
- Bhinuri Darmawanti (2022). 3 Cara Mudah Hidup Sehat untuk Cegah Diabetes. Link
Komentar