Disusun oleh: Keysha Adzani Puteri Welly (161251180)
Dosen Pengampu : Tania Ardiani Saleh, Dra., M.S.
MATA KULIAH LOGIKA DAN PEMIKIRAN KRITIS
Pendahuluan
Fenomena brain rot yang belakangan semakin akrab di telinga publik, khususnya di kalangan Generasi Z, sebenarnya bukanlah hal yang baik. Menurut Oxford Word of the Year 2024, brain rot didefinisikan sebagai “penurunan kondisi mental atau intelektual seseorang, khususnya akibat konsumsi berlebihan konten daring yang dianggap remeh atau tidak menantang.”
Istilah ini merujuk pada konten digital ringan seperti meme, video pendek, atau humor instan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Generasi Z—yang lahir dan tumbuh di era digital—menjadi kelompok paling rentan mengalami fenomena ini. Padahal, dalam proses pendidikan, kemampuan berpikir kritis, menganalisis argumen, serta mendalami suatu isu sangatlah penting. Oleh karena itu, memahami sisi negatif meme brainrot menjadi hal yang relevan untuk dibahas dalam dunia akademik.

Argumen
Sebuah studi yang menyoroti meluasnya fenomena brain rot menyebutkan adanya penurunan kognitif dan kelelahan mental yang semakin banyak dialami oleh anak muda maupun remaja. Kemudahan akses internet membuat mereka rentan terpapar konten dangkal di berbagai media sosial.
“Ditandai dengan brain fog (kabut otak) dan penurunan konsentrasi, brain rot tampaknya diperparah oleh waktu layar yang berlebihan dari konten digital yang kurang bermutu, dan pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif,” demikian salah satu hasil penelitian berjudul Demystifying the New Dilemma of Brain Rot in the Digital Era: A Review.
Selain itu, dari berbagai diskusi komunitas, muncul sejumlah kekhawatiran mengenai maraknya meme, di antaranya:
- Superficial Understanding
Cenderung memahami isu secara dangkal tanpa kedalaman pemikiran. - Polarization
Meme sering memperkuat identitas kelompok tertentu sambil mengejek pihak lain. - Diminished Attention Span dan Reduced Intelligence
Format meme yang serba instan membuat pola pikir terbiasa dengan respons cepat, sehingga melemahkan kemampuan berpikir kritis dan bernalar mendalam.
Solusi
Untuk menjaga kesehatan mental sekaligus fokus siswa dalam proses pembelajaran, beberapa langkah yang bisa diambil adalah sebagai berikut:
- Tingkatkan Literasi Digital Kritis
- Siswa perlu dibekali keterampilan memilah konten digital bermanfaat dari sekadar hiburan.
- Dalam konteks logika, guru dapat melatih siswa mengenali kesalahan berpikir (logical fallacies) yang sering muncul dalam meme, sehingga siswa tidak hanya tertawa, tetapi juga belajar menganalisis pesan di baliknya.
- Penggunaan Meme sebagai Media Edukasi (Edumeme)
- Meme bukan hanya hiburan, tetapi juga bisa menjadi alat literasi visual dan digital.
- Membantu siswa memahami ide kompleks lewat pendekatan humor yang lebih mudah mereka pahami.
- Meningkatkan keterlibatan siswa karena lebih dekat dengan budaya digital mereka.
- Menyeimbangkan Hiburan dan Fokus Belajar
- Ajarkan teknik self-regulation untuk membatasi konsumsi meme saat belajar.
- Tetapkan waktu khusus untuk hiburan digital agar konsentrasi tetap terjaga.
- Mengurangi Polarisasi dengan Perspektif Kritis
- Latih siswa untuk melihat isu dari berbagai sudut pandang, bukan hanya dari narasi meme.
- Tekankan bahwa kebenaran ditentukan oleh argumen dan data, bukan popularitas atau kelucuan sebuah meme.
Penutup
Solusi utama menghadapi brain rot bukanlah menolak keberadaan meme, melainkan mengubahnya dari distraksi menjadi media refleksi dan analisis. Dengan begitu, siswa tetap dapat menikmati budaya digital sesuai zamannya, sekaligus menjaga fokus serta mengasah kemampuan logika dan berpikir kritis.
Referensi
- M. Zaki Faiz. (2025). Kecanduan Konten Medsos, Meme Anomali Absurd, dan Gejala Brain Rot. TEMPO.CO.
https://www.tempo.co/digital/kecanduan-konten-medsos-meme-anomali-absurd-dan-gejala-brain-rot-2051597 - Reddit. (2025). The Meme Problem: How Social Media’s Favorite Language Reduces Thought to Reaction.
https://www.reddit.com/r/thinkatives/comments/1irjuzp/the_meme_problem_how_social_medias_favorite/ - Ayu Nimas. (2023). Meme Bisa Digunakan sebagai Media Pendidikan & Berpengaruh Positif, Ini Kata Ahli. DetikEdu.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7105476/meme-bisa-digunakan-sebagai-media-pendidikan-berpengaruh-positif-ini-kata-ahli












