JAKARTA — Fenomena mahasiswa menulis artikel dan mengirimkannya ke media online semakin marak, termasuk ke MediaPatriot.co.id yang kini banyak dibaca ribuan orang di Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Menariknya, kualitas tulisan mahasiswa yang mampu menembus media nasional tidak bisa dilepaskan dari peran dosen pengampu di kampus.
Bukan dalam arti mengarahkan secara langsung ke mana tulisan harus dikirim, melainkan bagaimana dosen membentuk cara berpikir kritis, sistematis, dan berbasis data. Dari tangan para dosen, mahasiswa belajar bagaimana sebuah gagasan diolah menjadi karya tulis yang tajam sekaligus akurat.
“Ketika mahasiswa menguasai metodologi penulisan, maka mereka tidak hanya bisa menyusun makalah untuk ruang kelas, tetapi juga menulis artikel yang dapat diterbitkan di media massa,” ujar seorang akademisi dari Surabaya.
Artikel Mahasiswa Jadi Sorotan
Belakangan, artikel karya mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi mulai bermunculan di MediaPatriot.co.id. Nama-nama besar seperti Universitas Airlangga dan Universitas Andalas menjadi penyumbang aktif. Namun, tak hanya dari dua kampus itu, mahasiswa dari berbagai universitas di penjuru Indonesia pun ikut menyemarakkan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa ruang akademik kini semakin beririsan dengan ruang publik. Tulisan mahasiswa tidak lagi berhenti di meja dosen atau rak perpustakaan, tetapi justru bergulir di ruang digital yang dibaca oleh banyak kalangan, mulai dari akademisi, birokrat, hingga masyarakat umum.
Dampaknya sangat terasa. Artikel mahasiswa yang memuat analisis mendalam tentang isu sosial, hukum, politik, maupun budaya kerap mengubah cara pandang pembaca. Fakta ini sekaligus membuktikan bahwa mahasiswa bisa menjadi agen perubahan lewat tulisan, asalkan dibekali dengan pemahaman akademik yang kuat.
Dosen, Pilar Kritis dan Analitis
Peran dosen dalam hal ini amat vital. Mereka tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga menanamkan kedisiplinan berpikir kritis. Tanpa bimbingan yang baik, tulisan mahasiswa seringkali akan lemah dalam struktur, minim data, atau bahkan sekadar opini tanpa dasar.
Di tangan dosen, mahasiswa terbiasa melakukan riset sederhana, mengutip sumber yang kredibel, dan membangun argumen logis. Hasilnya, artikel yang lahir tidak hanya enak dibaca, tetapi juga mampu bersaing dengan tulisan jurnalis profesional.
“Kalau ada mahasiswa bisa menulis artikel yang kuat, sebenarnya itu cermin dari pendidikan akademik yang berhasil,” kata seorang dosen komunikasi di Yogyakarta.
Media Sebagai Panggung Baru Mahasiswa
Media online seperti MediaPatriot.co.id pada akhirnya menjadi panggung baru bagi karya mahasiswa. Publikasi di ruang digital membuat artikel mereka tidak hanya menjadi tugas kuliah, tetapi juga bagian dari percakapan publik nasional.
Dengan demikian, kolaborasi tak langsung antara dosen yang membentuk pola pikir kritis dan mahasiswa yang berani menulis menciptakan efek besar: lahirnya artikel-artikel bermutu yang bisa menginspirasi pembaca dari Sabang sampai Merauke, bahkan hingga diaspora Indonesia di luar negeri.
Fenomena ini patut diapresiasi. Sebab, di tengah derasnya arus informasi, artikel mahasiswa yang tajam dan akurat menjadi penyeimbang dari banjir opini dangkal di media sosial.(Hamdanil)
Komentar