LOGIC AND CRITICAL THINKING
Dosen Pengampu: Tania Ardiani Saleh, Dra., M.S.
Oleh:
Cysa Berlyan Zurnalita
NIM. 121251193
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Surabaya, 2025
PENGARUH MEME ANOMALI BRAIN ROT TERHADAP POLA PIKIR GENERASI BANGSA INDONESIA
Oleh: Cysa Berlyan Zurnalita
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini, kondisi pendidikan di Indonesia sedang berada pada situasi yang memprihatinkan. Berdasarkan laporan PISA (Programme for International Student Assessment) 2018 yang dirilis pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke-74 dari 79 negara. Hal ini menunjukkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain.
Kemajuan bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama bagaimana cara mereka berpikir, berinovasi, dan mengembangkan potensi ke depannya. Pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai sarana transfer pengetahuan akademik, tetapi juga menjadi wadah pembentukan moral, etika, serta kecerdasan sosial. Menurut Abd Rahman BP et al. (2022), pendidikan harus diwujudkan melalui proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kekuatan spiritual, pengendalian diri, kecerdasan, serta keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi maupun masyarakat.
Namun, perkembangan era digital memunculkan fenomena baru yang berpotensi melemahkan daya pikir generasi muda, salah satunya adalah brain rot. Fenomena ini mengacu pada penurunan fungsi otak akibat paparan konten digital yang tidak terkontrol. Kusumawati et al. (2025) menyebutkan bahwa brain rot menjadi tantangan serius bagi kesehatan mental remaja.
Salah satu bentuk nyata brain rot adalah munculnya meme anomali, yakni video absurd berbasis AI yang memadukan unsur kehidupan sehari-hari dengan hal-hal yang tidak logis. Contohnya antara lain:
- Tung-tung Sahur, kentungan sahur yang digambarkan bisa berbicara.
- Tralalalero Tralala, hiu memakai sandal.
- Bombardilo Crocodilo, buaya terbang dengan mesin tempur.
Fenomena ini populer sejak awal tahun 2025 dan menyebar luas di media sosial, terutama TikTok. Meme absurd ini berpotensi merusak cara berpikir anak-anak. Misalnya, kentungan sahur yang seharusnya menjadi alat tradisional untuk membangunkan sahur justru diyakini anak-anak sebagai makhluk yang bisa berbicara dan menakuti orang.
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik meneliti lebih jauh mengenai “Pengaruh Meme Anomali Brain Rot terhadap Pola Pikir Generasi Bangsa Indonesia.”
TUJUAN
- Mengetahui perkembangan pola pikir generasi bangsa Indonesia dalam memilah informasi yang relevan untuk kehidupan sehari-hari.
- Menggambarkan dampak meme brain rot terhadap kualitas SDM bangsa.
- Memberikan rekomendasi agar lahir generasi Indonesia yang unggul, berpendidikan, bermoral, dan beretika.
METODE
- Metode Literatur
Menggunakan sumber dari internet, buku, dan jurnal penelitian yang relevan. - Metode Dokumentasi
Menggunakan data berupa gambar dan dokumentasi pendukung. - Teknik Pengumpulan Data
Studi dokumen dan studi pustaka melalui analisis informasi tertulis dari berbagai media daring.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pendidikan bagi Generasi Bangsa Indonesia
Pendidikan adalah penentu kualitas dan masa depan bangsa. Berdasarkan data World Top 20 (2023), mutu pendidikan Indonesia berada di peringkat 67 dari 209 negara. Data ini menunjukkan kualitas SDM Indonesia masih harus ditingkatkan.
Pendidikan tidak boleh hanya menekankan aspek akademik. Moral dan etika juga harus ditanamkan agar tercipta generasi emas yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bermoral dan beretika.
2. Meme Anomali Brain Rot
Meme anomali brain rot adalah video absurd berbasis AI yang menggabungkan benda atau makhluk hidup dengan fungsi yang tidak realistis. Konten semacam ini berpotensi mengacaukan pola pikir anak-anak, karena mereka kesulitan membedakan realitas dan fiksi.
Contoh:
- Tung-tung Sahur – kentungan digambarkan berbicara dan menakut-nakuti.
- Hiu Bersandal – mengubah persepsi anak-anak bahwa hiu bisa menggunakan sandal.
- Buaya Terbang – memberi kesan bahwa buaya bisa menjadi makhluk bersenjata terbang.
Konten tersebut mengandung daya tarik visual dan humor, tetapi berisiko mengikis kemampuan berpikir kritis anak-anak.
3. Pengaruh Meme Anomali Brain Rot terhadap Pola Pikir
Menurut Cahyo Setiadi Ramadhan, S.Psi., M.Psi., Psi. (UMY, 2025), konten anomali dikemas dengan animasi mencolok, humor singkat, serta efek suara yang menarik perhatian. Hal ini membuat anak-anak mudah terpengaruh dan menganggapnya sebagai kenyataan.
Dampaknya:
- Mengganggu persepsi realitas – anak kesulitan membedakan fakta dan imajinasi.
- Mengurangi kemampuan berpikir kritis – anak tidak mampu memilah informasi yang relevan.
- Mengganggu moral – anak-anak terbiasa meniru kalimat atau tindakan absurd dari video.
- Mempengaruhi kualitas SDM – jika dibiarkan, fenomena ini melemahkan daya saing bangsa.
Peran orang tua sangat penting dalam mengawasi konsumsi digital anak. Pembatasan penggunaan media sosial dan penyediaan tontonan edukatif menjadi langkah strategis untuk menekan dampak negatif brain rot.
KESIMPULAN
A. Meme anomali brain rot berdampak signifikan terhadap pola pikir anak karena menyajikan konten absurd yang tidak sesuai realita.
B. Konten tersebut dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis anak dalam memilah informasi.
C. Orang tua harus berperan aktif dalam mengawasi dan membatasi penggunaan media sosial anak.
D. Fenomena ini dapat memengaruhi kualitas SDM Indonesia jika tidak segera diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
- Abd Rahman, B.P., et al. (2022). Pendidikan Karakter di Era Digital. Jakarta: Pustaka Ilmu.
- Kusumawati, N., Prasetya, R.D., & Utami, A.S. (2025). “Dampak Brain Rot terhadap Kesehatan Mental Remaja di Era Digital.” Jurnal Psikologi Remaja Digital, 12(1), 45–53.
- OECD (2019). PISA 2018 Results. Paris: Organisation for Economic Co-operation and Development. Available at: https://www.oecd.org/pisa/ (Accessed: 1 September 2025).
- Ramadhan, C.S. (2025). “Konten Anomali Pengaruhi Pola Pikir Anak.” Berita PT, 2 Juli. Available at: https://www.umy.ac.id/berita (Accessed: 1 September 2025).
- World Top 20 (2023). Education Rankings by Country 2023. Available at: https://worldtop20.org/education-ranking-by-country (Accessed: 1 September 2025).










Komentar