MEDAN – Suasana penuh semangat, tawa, dan kebersamaan mewarnai perayaan ulang tahun ke-39 Muchlis, yang dirangkai dengan peringatan HUT ke-6 Sanggar Satrio Singo Ludoyah (SSL). Acara berlangsung meriah pada Minggu (19/10) di Jalan Polonia Starban, Gang Wahyu Ujung, pelataran Posko Kampung Tangguh Narkoba, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia, Sumatera Utara.

Sejak siang hari, warga sekitar mulai berdatangan ke lokasi acara yang dihiasi nuansa tradisional khas Jawa. Balutan warna merah dan hitam menghiasi panggung sederhana yang berdiri di tengah pelataran. Musik gamelan mengalun lembut mengiringi tarian pembuka yang dibawakan para penari muda dari sanggar tersebut.
Perayaan ini tidak hanya menjadi momen istimewa bagi Muchlis secara pribadi, tetapi juga menjadi bentuk syukur dan refleksi perjalanan enam tahun Sanggar Satrio Singo Ludoyah dalam menjaga eksistensi kesenian tradisional di tengah arus modernisasi yang kian kuat.
Beragam pertunjukan seni tradisional seperti kuda kepang, barongan, dan reog tampil memukau dan berhasil menyedot perhatian warga yang memadati area acara. Anak-anak tampak antusias menyaksikan atraksi barongan, sementara para orang tua terhanyut dalam nostalgia masa lalu ketika kesenian semacam ini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Dalam sambutannya, Muchlis—yang juga pendiri dan Ketua Sanggar Satrio Singo Ludoyah—menyampaikan rasa haru dan syukurnya atas kebersamaan seluruh anggota sanggar. “Hari ini bukan hanya tentang saya, tetapi tentang perjalanan kita bersama. Enam tahun bukan waktu yang singkat. Dalam rentang waktu itu, kita sudah membuktikan bahwa dengan kebersamaan dan cinta budaya, kesenian tradisional bisa terus hidup dan berkembang,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah para hadirin.
Sejak berdiri pada tahun 2019, Sanggar Satrio Singo Ludoyah telah aktif menampilkan berbagai pertunjukan di tingkat lokal maupun luar daerah. Sanggar ini bukan sekadar wadah ekspresi seni, tetapi juga menjadi ruang pembinaan generasi muda agar mencintai warisan budaya leluhur. Melalui pelatihan rutin dan pentas keliling, sanggar berupaya menanamkan nilai-nilai gotong royong, kedisiplinan, dan kebanggaan terhadap budaya bangsa.
Tokoh masyarakat Kelurahan Polonia, dalam sambutannya, turut memberikan apresiasi terhadap kiprah Muchlis dan para anggota sanggar. “Kami bangga memiliki sosok seperti Muchlis yang konsisten melestarikan budaya Jawa di tanah perantauan. Ini bukan sekadar kegiatan seni, tapi juga bentuk nyata menjaga identitas bangsa,” ungkapnya.
Menjelang akhir acara, suasana semakin hangat ketika dilakukan pemotongan kue ulang tahun dan tiup lilin bersama. Doa bersama dipanjatkan sebagai ungkapan harapan agar Sanggar Satrio Singo Ludoyah semakin jaya, solid, dan mampu menjadi garda terdepan dalam pelestarian budaya nusantara, khususnya di Kota Medan.
Perayaan tersebut menjadi bukti nyata bahwa semangat menjaga tradisi tidak akan padam selama masih ada generasi yang mencintai dan merawatnya. Melalui kegiatan seperti ini, Muchlis dan Sanggar Satrio Singo Ludoyah menegaskan bahwa budaya bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan identitas yang harus terus dijaga dan dikembangkan untuk masa depan bangsa.(Redaksi)












Komentar