BENGKAYANG – Di tengah tantangan perubahan iklim dan menurunnya produktivitas padi di lahan kering, sejumlah petani di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, mulai melirik tanaman sorgum sebagai alternatif yang menjanjikan untuk memperkuat ketahanan pangan daerah.
Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman biji-bijian serbaguna yang tahan terhadap kekeringan, mudah dibudidayakan, dan bernilai ekonomi tinggi. Selain menjadi bahan pangan, sorgum juga dimanfaatkan untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan sehat, hingga energi terbarukan.
“Beberapa petani di Bengkayang sudah mulai menanyakan cara menanam dan memanen sorgum. Mereka melihat peluang besar karena tanaman ini bisa tumbuh di lahan tadah hujan,” ujar Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Sungai Betung, Rasman, saat ditemui di sela-sela kegiatan penyuluhan, Minggu (20/10/2025).
Langkah Penanaman Sorgum
Penanaman sorgum dimulai dari pengolahan tanah yang relatif sederhana. Lahan dibersihkan dari gulma dan digemburkan dengan cangkul atau bajak ringan. Sebaiknya ditambahkan pupuk organik atau kompos untuk memperbaiki struktur tanah.
Benih sorgum direndam selama 6–8 jam sebelum ditanam untuk mempercepat perkecambahan. Jarak tanam ideal adalah 70 x 20 sentimeter, dengan dua benih per lubang. Setelah berumur dua minggu, dilakukan penjarangan untuk menyisakan satu tanaman terbaik.
Pemupukan pertama diberikan saat tanaman berumur 15 hari menggunakan pupuk NPK atau pupuk kandang. Penyiraman cukup dilakukan dua kali seminggu pada masa awal pertumbuhan. Setelah tanaman berumur satu bulan, sorgum dapat bertahan hidup tanpa banyak air — kondisi yang sangat sesuai dengan lahan Bengkayang bagian selatan yang cenderung kering.
Ciri dan Cara Panen
Tanda sorgum siap panen antara lain daun bagian bawah mulai menguning, batang mengering sebagian, dan biji berubah warna dari hijau ke kuning kecokelatan. Panen dilakukan 90–120 hari setelah tanam, tergantung varietas dan kondisi cuaca.
Cara panen dilakukan dengan memotong batang tanaman menggunakan sabit, kemudian malai atau bulir sorgum dijemur hingga kering. Proses penjemuran biasanya memakan waktu dua hingga tiga hari sampai kadar air biji mencapai 10–12 persen. Setelah kering, biji dapat digiling menjadi tepung sorgum yang bergizi tinggi dan bebas gluten.
Potensi Ketahanan Pangan
Kepala Dinas Pertanian Bengkayang, Yulianto, menyampaikan bahwa pemerintah daerah tengah mendorong diversifikasi pangan dengan memperkenalkan sorgum sebagai alternatif pengganti beras. “Sorgum ini cocok untuk kondisi lahan kita. Perawatannya mudah, hasilnya menjanjikan, dan bisa memperkuat ketahanan pangan lokal,” ujarnya.
Menurutnya, beberapa kecamatan seperti Sungai Raya Kepulauan, Monterado, dan Samalantan memiliki lahan potensial untuk dikembangkan sebagai sentra sorgum. Pemerintah daerah juga menyiapkan pendampingan teknis agar petani bisa memanen hasil maksimal.
Sorgum kini menjadi simbol harapan baru bagi petani Bengkayang. Di tengah perubahan iklim yang tak menentu, tanaman ini diyakini mampu menjaga kemandirian pangan dan membuka peluang ekonomi baru di pedesaan Kalimantan Barat.
Chat ke saya:
Terima kasih sudah membaca liputan ini. Untuk teman-teman petani, penyuluh, atau masyarakat Bengkayang — kira-kira mau cari berita apa lagi untuk edisi berikutnya?
🔹 Apakah tentang panen perdana sorgum di desa Anda?
🔹 Atau kisah ibu-ibu pengolah tepung sorgum jadi produk unggulan lokal?
🔹 Atau liputan padi, jagung, cabai, dan ketahanan pangan keluarga di Kalbar?
Silakan kirim ide atau informasi lewat chat WhatsApp saya, nanti kita bantu tulis dan publikasikan dengan gaya berita Kompas seperti ini.(Hamdanil)

















Komentar