Jumat, 24/10/2025.Pukul.12:28.WIB
Mediapatriot.co.id|Langkat, Sumatera Utara—Memasuki musim penghujan tahun ini, Kabupaten Langkat kembali dihadapkan pada tantangan alam dengan curah hujan yang meningkat signifikan.
Kondisi geografis Langkat yang terdiri atas dataran rendah, aliran sungai besar seperti Sungai Wampu, Batang Serangan, Lepan, dan Besitang, serta wilayah perbukitan di bagian hulu, menempatkan daerah ini dalam kategori rawan bencana hidrometeorologi, khususnya banjir, angin kencang, dan pohon tumbang.
Dalam beberapa tahun terakhir, banjir yang melanda Kecamatan Stabat, Hinai, Tanjungpura, Babalan, Sei Lepan, dan Pangkalan Susu menjadi cermin bahwa penanggulangan bencana di Langkat masih bersifat reaktif.
Upaya evakuasi dan bantuan logistik umumnya baru dilakukan setelah air meluap dan merendam permukiman warga. Padahal, mitigasi dan pencegahan semestinya menjadi langkah utama dalam menghadapi risiko bencana.
Langkat Rawan, Butuh Sistem Kesiapsiagaan Terpadu
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Langkat telah memetakan sejumlah kawasan dengan potensi banjir dan longsor tinggi.
Namun, tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesiapsiagaan di tingkat rumah tangga dan komunitas masih rendah.
Pohon-pohon tua di tepi jalan dan kawasan padat penduduk sering kali dibiarkan tanpa perawatan, sehingga menjadi ancaman saat angin kencang melanda.
Di sisi lain, saluran drainase yang tersumbat oleh sampah dan sedimentasi turut memperparah genangan air di permukiman.
Untuk membangun ketangguhan lokal, diperlukan langkah nyata dan berkesinambungan, di antaranya:
Pembersihan saluran air secara rutin melalui kolaborasi masyarakat, perangkat desa, Dinas Lingkungan Hidup, dan Dinas PUTR.
Pemangkasan serta peremajaan pohon berisiko tumbang oleh instansi terkait.
Sosialisasi dan edukasi kesiapsiagaan bencana oleh BPBD bersama unsur TNI, Polri, dan relawan.
Langkah-langkah sederhana ini merupakan pondasi penting bagi sistem penanggulangan bencana yang efektif dan partisipatif.
Pemerintah dan Masyarakat: Dua Pilar Ketangguhan
Bupati Langkat, H. Syah Afandin, S.H., menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam memperkuat koordinasi lintas sektor menghadapi potensi bencana.
Melalui Surat Instruksi Nomor 300.2-1866/BPBD/2025 tertanggal 8 Oktober 2025 tentang Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan Menghadapi Ancaman Bencana Hidrometeorologi Basah, pemerintah daerah menginstruksikan kepada seluruh perangkat daerah, camat, kepala desa, dan lurah untuk:
Meningkatkan koordinasi dengan BPBD dan instansi vertikal lainnya;
Melakukan identifikasi potensi bencana di wilayah masing-masing;
Mengedukasi masyarakat agar lebih waspada terhadap ancaman banjir dan longsor, terutama di daerah berisiko tinggi — mulai dari kawasan hulu hingga hilir sungai, serta daerah lereng dan tebing.
Namun, tanggung jawab penanggulangan bencana tidak dapat dibebankan hanya kepada pemerintah.
Kesadaran kolektif masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, serta aktif dalam kegiatan sosial dan gotong royong adalah bagian integral dari ketangguhan daerah.
Dari Tanggap Darurat Menuju Ketangguhan Berkelanjutan L
angkat sejatinya memiliki potensi alam luar biasa. Dengan curah hujan yang tinggi, wilayah ini berpeluang mengembangkan konsep ekologi tangguh, seperti penanaman pohon bambu di sepanjang tebing sungai, penguatan tanggul alami, dan penerapan sistem peringatan dini di daerah rawan banjir.
Penanggulangan bencana bukan hanya urusan teknis, melainkan juga manifestasi kepedulian sosial dan moralitas publik. Kesiapsiagaan adalah refleksi dari integritas masyarakat dalam menjaga kehidupan bersama.
Jika sinergi antara pemerintah, aparat, dan masyarakat dapat terjalin dengan baik, maka Langkat dapat bertransformasi dari daerah rawan bencana menjadi wilayah yang tangguh dan adaptif, siap menghadapi tantangan musim penghujan dengan ketenangan dan kesiapan yang matang.
(Ramlan | Mediapatriot.co.id | Kabiro Langkat)












Komentar