Sabtu,25/10/2025,Pukul.11:30.WIB.
Mediapatriot.co.id|Langkat,Sumatera Utara-Di jantung Kota Tanjung Pura, berdiri megah Masjid Azizi, sebuah mahakarya arsitektur Islam yang menjadi saksi bisu kejayaan Kesultanan Langkat dan perjalanan spiritual sang Pahlawan Nasional, Tengku Amir Hamzah.
Masjid ini tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga simbol peradaban dan kebudayaan Melayu yang berpadu indah dengan semangat intelektual dan perjuangan bangsa.
Warisan Kesultanan Langkat yang Menembus Zaman
Masjid Azizi dibangun pada tahun 1906 oleh Sultan Langkat Tengku Mahmud Abdul Aziz dan diteruskan oleh Tengku Dja’far dengan arsitektur yang mengagumkan.
Warna kuning keemasan berpadu dengan lis hijau melambangkan kejayaan dan kemakmuran Melayu, sementara kubah hitam legam menjadi lambang keteguhan iman.
Dari sisi arsitektur, Masjid Azizi menghadirkan perpaduan menawan antara gaya Turki, Persia, India, Eropa, dan Melayu- menjadikannya salah satu masjid bersejarah paling megah di Sumatera Utara.
Interior masjid dihiasi marmer impor dan lampu kristal Italia, mencerminkan kemajuan budaya dan keterbukaan Kesultanan Langkat terhadap dunia luar.
Masjid ini berdiri tak jauh dari Istana Kota Baru dan Istana Darul Aman, dua peninggalan monumental yang dahulu menjadi pusat pemerintahan dan budaya Langkat.
Keseluruhan kompleks ini menjadi simbol integrasi antara kekuasaan, ilmu pengetahuan, dan spiritualitas dalam satu lanskap sejarah yang utuh.
Tengku Amir Hamzah: Sang Pujangga Revolusioner dari Tanjung Pura
Lahir di Tanjung Pura pada Februari 1911, Tengku Amir Hamzah adalah sosok yang melampaui zamannya.
Ia dikenal sebagai penyair besar Angkatan Pujangga Baru, kawan seperjuangan Chairil Anwar dan Armijn Pane, sekaligus tokoh intelektual yang menjembatani tradisi dan modernitas dalam sastra Indonesia.
Karya-karyanya seperti Padamu Jua, Buah Rindu, dan Setanggi Timur menjadi simbol cinta, spiritualitas, dan nasionalisme, yang meneguhkan posisinya sebagai salah satu penyair terpenting dalam sejarah sastra Indonesia.
Namun, perjalanan hidupnya berakhir tragis pada Maret 1946 dalam peristiwa Revolusi Sosial Sumatera Timur, sebuah masa gejolak ketika struktur feodal dan kolonial tengah diguncang oleh semangat revolusi rakyat. Tengku Amir Hamzah gugur dalam peristiwa itu — tetapi namanya tak pernah padam dalam sejarah bangsa.
Makam dan Monumen di Kompleks Masjid Azizi
Jenazah Tengku Amir Hamzah dimakamkan di kompleks Masjid Azizi, Tanjung Pura, berdampingan dengan makam keluarga Kesultanan Langkat.
Batu nisannya yang sederhana menyimpan syair abadi yang seolah berbicara melampaui waktu:
“Biar tubuhku terhimpit di sini,
Sejatinya diriku abadi di hati anak negeri.”
Tak jauh dari masjid, berdiri Monumen Tengku Amir Hamzah, tempat para peziarah dan penikmat sastra mengenang sosok yang bukan hanya penyair, tetapi juga simbol intelektualitas, nasionalisme, dan pengabdian sejati terhadap bangsa dan tanah air.
Warisan Intelektual dan Spiritualitas Melayu
Masjid Azizi dan makam Tengku Amir Hamzah hari ini menjadi poros wisata religi dan budaya di Kabupaten Langkat.
Di tempat ini, sejarah, sastra, dan spiritualitas berpadu — menghadirkan renungan mendalam bagi siapa pun yang mengunjungi.
Warisan ini mengingatkan kita bahwa Langkat bukan hanya tanah yang subur, tetapi juga rahim peradaban Melayu yang melahirkan pemikir, penyair, dan pejuang yang mengharumkan nama bangsa.
Tanjung Pura bukan sekadar kota tua di tepi sungai, tetapi panggung sejarah di mana iman, seni, dan perjuangan bersemayam dalam satu napas abadi — napas kebesaran Tengku Amir Hamzah, Sang Pujangga dari Langkat.
(Ramlan|Mediapatriot.co.id|Kabiro Langkat)














Komentar