Kota Bekasi, MPN
Seiring berkembangnya peradaban, saat ini definisi masjid atau mushalla bukan hanya sebagai rumah atau tempat ibadah. Satu eevitalisasi dilakukan pemerintah untuk menjadikan masjid atau mushalla menjadi pusat pelayanan sosial dan pemberdayaan umat.
Revitalisasi masjid ini terangkum dalam program yang digagas Kementerian Agama RI melalui program Masjid Ramah yang tujuannya menjadikanlid atau mushalla lebih inklusif, aman, dan nyaman bagi semua kalangan.
Program ini kemudian ditindaklanjuti jajaran pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Bantargebang, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, dengan menyelenggarakan pelatihan bertajuk Masjid Kita Masjid Ramah yang berlangsung di Amaroossa Grande Bekasi selama dua hari, yakni Sabtu (8/11) dan Minggu (9/11).
Pelatihan Masjid Kita Masjid Ramah diikuti 70 peserta dari kalangan pengurus Dewan Kemakmuran Masjid/Mushalla (DKM) yang ada di wilayah Kelurahan Bantargebang. Sementara, acara pelatihan yang dibuka Lurah Bantargebang, Sowi Hidayatullah, ini dibagi dalam dua sesi kegiatan.
Pada sesi pertama diisi dengan sosialisasi tentang program Masjid Ramah oleh dua narasumber dari Kementerian Agama RI dan Direktorat Pencegahan Densus 88 Anti Teror Polri. Sedangkan sesi kedua diisi kegiatan studi tiru dengan mengunjungi Masjid Baitul Makmur di Cikarang yang mendapat predikat Masjid Ramah Lingkungan serta Masjid Istiqlal di Jakarta yang mendapat predikat Masjid Ramah Keberagaman.
Ditemui di sela kegiatan Ketua LPM Bantargebang Samsudin Nurseha menjelaskan pelatihan ini selaras dengan karakter masyarakat Bantargebang yang religius dan program Wali Kota Bekasi untuk mewujudkan Kota Bekasi Keren. “Jadi seringkali masjid atau mushalla yang ada menjadi pusat kegiatan yang diadakan oleh masyarakat, makanya kami mencoba merevitalisasi fungsi masjid dan mushalla ini bukan sekedar rumah atau tempat ibadah saja tapi bisa jadi pusat kegiatan masyarakat yang aman dan nyaman untuk semua kalangan,” ulasnya.
Samsudin menyatakan tekadnya untuk menerapkan konsep Masjid Ramah Lingkungan dan Keberagaman di wilayah Kelurahan Bantargebang sesuai dengan indikator yang sudah ditentukan. “Misalnya untuk Masjid Ramah Lingkungan, kami akan mengedepankan prinsip-prinsip ekologis dalam pengelolaan masjid, seperti hemat air, pengelolaan sampah, dan penggunaan energi yang bijak, dan mendukung aktifitas bank sampah yang ada di tiap lingkungan RW,” ujarnya.
Sedangkan terkait Masjid Ramah Keberagaman, Samsudin ingin semua masjid dan mushalla yang ada bisa menjadi simbol harmoni dan toleransi antarumat beragama. “Masjid juga inklusif untuk semua orang, tempat bagi dialog kebangsaan dan antaragama, serta aktif mempromosikan moderasi beragama,” ucapnya.
Samsudin kemudian berharap seluruh pengurus DKM yang ikut pelatihan ini bisa langsung memilih konsep Masjid Ramah Lingkungan atau Ramah Keberagaman yang akan digunakan nantinya. “Dari kelembagaan, kami akan mendukung atau memberikan support secara maksimal untuk mewujudkan Masjid Ramah di Bantargebang,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Lurah Bantargebang, Sowi Hidayatullah, memberikan tanggapan positifnya terkait program Masjid Kita Masjid Ramah. “Tentunya saya berharap hasil pelatihan ini bisa diimplementasikan langsung di tiap masjid atau mushalla, dan juga bersinergi dengan para pengelola bank sampah di tiap RW untuk mewujudkan Masjid Ramah Lingkungan,” ungkapnya.
Eksistensi bank sampah saat ini, kata Sowi, menjadi perhatian Wali Kota Bekasi dalam rangka mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Sumurbatu. “Sehingga adanya Masjid Ramah dan bank sampah bisa saling bersinergi untuk mengelola lingkungan masyarakat agar tetap bersih, asri dan nyaman,” pungkasnya. (Mul)























Komentar