Jum’at.14/11/2025.Pukul.13:20.WIB.
Mediapatriot.co.id|Langkat-Sumatera Utara -Upaya menemukan keseimbangan antara kepentingan lingkungan, keberlanjutan adat istiadat, dan kebutuhan industrialisasi modern bukanlah perkara sederhana.
Namun gagasan itu kembali dipertegas melalui peluncuran buku “Jalan Tengah untuk Alam, Adat dan Industri”—sebuah karya reflektif dan analitis yang ditulis oleh Dr. Hinca IP Panjaitan XIII.S.H., M.H., ACCS.
Buku ini tampil sebagai sumbangsih pemikiran bagi bangsa yang sedang berjuang mengharmonikan tiga kepentingan besar dalam satu garis kebijakan yang saling menguatkan.
Dalam sebuah ruang kerja yang tertata rapi dan bernuansa intelektual, sang penulis tampak memegang satu eksemplar bukunya, dikelilingi ratusan naskah yang siap didistribusikan kepada publik.
Di belakangnya terpampang sebuah mural besar—lukisan yang menggambarkan suasana alam hijau, rumah adat, serta pertemuan beberapa tokoh di sebuah meja kayu. Nuansa tersebut tidak sekadar menjadi latar visual, tetapi hadir sebagai simbolisasi pesan utama buku: dialog, musyawarah, dan keselarasan antara manusia, budaya, dan alam.
Harmoni sebagai Fondasi Kebijakan Publik
Melalui buku ini, Dr. Hinca mengangkat gagasan bahwa pembangunan tidak boleh berdiri di atas kepentingan tunggal.
Alam membutuhkan perlindungan, adat membutuhkan penghormatan, dan industri membutuhkan ruang tumbuh untuk menggerakkan ekonomi nasional.
Ketiga entitas itu, menurutnya, bukan musuh, melainkan mitra yang harus dipadukan melalui pendekatan ilmiah, kebijakan strategis, dan kesadaran budaya.
Ia menegaskan bahwa konflik berkepanjangan antara masyarakat adat, investor, dan regulator sering kali muncul karena absennya “jalan tengah”—sebuah ruang dialog yang menjadikan setiap pihak subjek, bukan objek pembangunan.
Melalui analisisnya yang komprehensif, buku ini mengajak pembaca menelaah bagaimana negara dapat hadir sebagai penengah yang adil, sekaligus fasilitator pembangunan berkelanjutan.
Dimensi Adat dan Kearifan Lokal
Salah satu sorotan penting dalam buku ini adalah pengakuan terhadap nilai-nilai lokal sebagai landasan moral pembangunan.
Kearifan masyarakat adat sebagai penjaga kawasan alam selama ratusan tahun diposisikan sebagai aset pengetahuan, bukan hambatan bagi perkembangan industri.
Penulis menilai bahwa penguatan peran adat—melalui regulasi yang inklusif—dapat menciptakan model pembangunan yang tidak merusak, melainkan memperkaya.
Dalam konteks ini, buku Jalan Tengah tidak hanya menawarkan kajian teoritis, tetapi juga memuat contoh empiris, analisis kasus, serta pendekatan-solusi yang dapat diterapkan oleh pemerintah daerah, para pemangku kepentingan, dan akademisi.
Industrialisasi Berbasis Kepedulian Lingkungan
Industri sebagai penggerak perekonomian tidak dimaknai sebagai lawan alam.
Penulis secara tegas menyampaikan bahwa industri dapat berkembang pesat tanpa merusak lingkungan apabila dibangun di atas prinsip teknologi hijau, kepatuhan terhadap regulasi, dan transparansi.
Kekeliruan besar selama ini adalah memisahkan industri dari tanggung jawab ekologisnya.
Buku ini mencoba membalik paradigma itu:
industri yang kuat adalah industri yang menjaga alam sebagai sumber daya jangka panjang.
Sebuah Ajakan untuk Memikirkan Masa Depan Bangsa
Peluncuran buku ini menjadi penanda bahwa diskursus mengenai pembangunan berkelanjutan perlu diperdalam dalam ruang-ruang intelektual, parlemen, kampus, maupun komunitas masyarakat.
Dengan gaya penulisan yang argumentatif, analitis, dan penuh nilai filosofis, Dr. Hinca menghadirkan literatur penting bagi siapa pun yang berkecimpung dalam dunia kebijakan publik, hukum, lingkungan hidup, dan pemberdayaan masyarakat adat.
Pada akhirnya, “Jalan Tengah untuk Alam, Adat dan Industri” bukan sekadar buku.
Ia adalah undangan untuk berdialog, berefleksi, dan merumuskan masa depan Indonesia—masa depan yang tidak mengorbankan satu pilar demi pilar lainnya, melainkan mempersatukannya dalam ritme pembangunan berkelanjutan.
Oleh : Dr Hinca IP Panjaitan.SH., MH., ACCS.
(Ramlan|Mediapatriot.co.id|Kabiro Langkat)
















Komentar