Disusun oleh: Floreine Kanaya Chandra
Kondisi kesehatan gigi masyarakat Indonesia semakin mengkhawatirkan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 mencatat bahwa 45,3% penduduk mengalami gigi rusak dan berlubang. Namun, hanya sedikit yang segera melakukan pemeriksaan profesional. Penundaan ke dokter gigi hingga rasa sakit muncul menjadi kebiasaan yang semakin marak ditemukan di masyarakat.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut pada penduduk usia tiga tahun ke atas mencapai 56,9%. Dari angka itu, hanya sekitar 11,2% yang mencari bantuan ke tenaga kesehatan gigi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mengabaikan kondisi gigi hingga muncul keluhan yang lebih serius.
Meskipun angka 56,9% memang sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, penurunan tersebut sangat kecil dan belum cukup menunjukkan bahwa tindakan pencegahan gigi dan mulut telah efektif. Bahkan, perilaku menyikat gigi dengan benar masih sangat rendah. Hanya 6,2% populasi yang diketahui menyikat gigi dua kali sehari dengan teknik yang sesuai.
Menurut drg. Ari Sigit, Sp.Pros., kebiasaan menunggu sakit parah sebelum ke dokter gigi menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi tenaga medis gigi di Indonesia. “Sebagian besar pasien datang karena sudah tidak tahan sakit, bukan karena ingin mencegah,” ujarnya.
Kebiasaan menunggu sakit baru ke dokter gigi memiliki dampak yang nyata. Gigi yang rusak atau berlubang jika tidak segera ditindaklanjuti dapat menyebabkan infeksi, nyeri hebat, biaya perawatan tinggi, dan penurunan kualitas hidup. Banyak orang mengalami gangguan makan, tidur, dan berbicara akibat kondisi yang seharusnya bisa dicegah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ini terus berlangsung. Pertama, kesadaran masyarakat terhadap pemeriksaan gigi rutin masih rendah. Banyak yang beranggapan bahwa jika tidak sakit, maka tidak perlu ke dokter. Kedua, akses layanan kesehatan gigi belum merata. Sebagian puskesmas belum memiliki dokter gigi atau fasilitas mumpuni untuk layanan primer. Hingga April 2025, sebanyak 26,8% puskesmas tercatat belum memiliki dokter gigi. Ketiga, edukasi tentang cara merawat gigi dan mulut masih kurang. Hal ini terbukti dari sangat rendahnya proporsi menyikat gigi dengan benar. Keempat, preferensi untuk melakukan pengobatan sendiri atau menunda kunjungan profesional juga tinggi.
Saatnya kita melihat skenario nyata. Bayangkan seseorang yang mulai merasakan sedikit ngilu saat mengunyah. Ia menunda hingga gigi terasa sakit hebat. Akhirnya, kunjungan ke dokter gigi tak terhindarkan, tapi biaya perawatan jauh lebih tinggi karena sudah ada infeksi atau kerusakan berat. Bandingkan jika ia rutin memeriksakan gigi setiap enam bulan, melakukan scaling ringan bila perlu, serta menyikat gigi dengan tepat, maka kerusakan bisa dicegah jauh lebih awal.
Kita sebagai individu memiliki peran penting. Anda bisa memastikan untuk memeriksakan gigi secara rutin, bukan hanya saat ada nyeri. Masyarakat disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter gigi minimal dua kali setahun agar kondisi gigi dan mulut dapat dipantau, karies dini dapat ditemukan dan ditangani, serta edukasi personal dapat diberikan. Selain itu, pastikan teknik menyikat gigi Anda benar. Gunakan bulu sikat lembut, setidaknya dua menit, lakukan setelah sarapan dan sebelum tidur.
Pemerintah dan pelayanan kesehatan juga mengambil peran penting. Layanan kesehatan gigi harus diperkuat, terutama di daerah yang aksesnya terbatas. Program edukasi massal tentang pencegahan karies dan penyakit gusi perlu dijalankan secara konsisten. Infrastruktur di puskesmas, seperti dokter gigi, unit dental, dan peralatan dasar harus diperhatikan.
Secara umum, kondisi kesehatan gigi masyarakat Indonesia semakin mengkhawatirkan karena prevalensi masih tinggi dan perilaku pencegahan masih sangat rendah. Jika Anda menunggu sakit baru ke dokter gigi maka potensi kerusakan akan lebih besar, biaya perawatan akan meningkat, dan dampaknya bisa menyentuh aspek lain seperti produktivitas dan kualitas hidup. Dengan memeriksakan gigi secara rutin, menyikat gigi dengan benar, dan mengakses layanan profesional secara tepat, Anda bisa mengambil langkah konkret untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Jangan biarkan kerusakan kecil berkembang hingga menjadi masalah besar.














Komentar