Jakarta, MediaPatriot.co.id – 14 November 2025 – Di tengah sorotan publik atas praktik pertambangan yang dinilai merusak lingkungan dan merugikan masyarakat, Anatomi Pertambangan Indonesia (API) menggelar sebuah talk show sekaligus konferensi pers dengan tajuk “Menguak Aktor dan Dalang Mafia Tambang di Maluku Utara” di kantor ProDEM, Jl. Veteran, Gambir, Jakarta.
Acara tersebut menghadirkan tiga narasumber kunci: Riyanda Barmawi – (Direktur Eksekutif API), Mursalin Ishak – (Akademisi dari Ikatan Sarjana Perikanan IPB) dan Ariksal Baharudin – Pendiri Ruang Anak Muda Maluku Utara, mewakili suara generasi muda Maluku Utara.
Jaringan gelap tambang
Riyanda Barmawi membuka diskusi dengan penegasan keras: praktik “mafia tambang” di Maluku Utara bukan sekadar pelanggaran administratif, melainkan sebuah jaringan ekonomi gelap yang terstruktur dan sistematis. Menurutnya, “ada aktor ekonomi, oknum politik serta aparat yang terlibat dalam siklus perizinan, distribusi hingga ekspor mineral”.
Barmawi menegaskan bahwa audit nasional, penegakan hukum independen, dan pelacakan aliran dana menjadi titik krusial untuk “membongkar para dalang yang berada di balik layar”.
Dampak terhadap laut dan pesisir
Dalam perspektif kelautan, Mursalin Ishak mengungkapkan bahwa operasi tambang—termasuk yang berstatus abu-abu atau tak berizin—berdampak panjang terhadap lingkungan pesisir di Maluku Utara:
* Terjadinya sedimentasi dan pencemaran logam berat yang merusak habitat laut.
* Nelayan tradisional menjadi pihak paling dirugikan: ruang hidup mereka menyempit, sementara kompensasi dan tanggung jawab praktis tak terlihat.
Suara muda: tuntutan untuk reformasi
Sementara itu, Ariksal Baharudin memberi suara bagi generasi muda Maluku Utara yang merasa ditinggalkan oleh eksploitasi kekayaan alam. Ia menegaskan: “Pemuda di Maluku Utara sudah muak menjadi penonton. Kekayaan alam habis, tapi lapangan kerja minim. Mafia tambang membuat daerah kami tidak berkembang.”
Menurut Ariksal, momentum seperti diskusi ini harus dijadikan panggung konsolidasi bagi pemuda untuk mengawal reformasi sektor pertambangan demi keberlanjutan jangka panjang.
Acara ini bukan semata diskusi akademis — tetapi panggilan bagi semua pihak: masyarakat sipil, media, akademisi, dan generasi muda untuk bersinergi dalam pengawasan sektor pertambangan, utamanya di wilayah rawan seperti Maluku Utara.
(Red Irwan)
