Abstrak
Perubahan iklim merupakan isu global yang berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Kenaikan suhu, perubahan pola curah hujan, bencana alam yang semakin intens, serta kenaikan permukaan laut menimbulkan risiko kesehatan yang kompleks. Dampak ini dapat muncul secara langsung, seperti akibat suhu ekstrem atau bencana alam, maupun tidak langsung melalui penurunan kualitas lingkungan, perubahan pola penyakit, dan gangguan psikososial. Artikel ini meninjau literatur ilmiah terkini mengenai dampak perubahan iklim terhadap kesehatan masyarakat, menyoroti studi kasus, serta menekankan strategi mitigasi dan adaptasi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap risiko ini.
Pendahuluan
Perubahan iklim merupakan salah satu tantangan terbesar abad ini. Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2023), suhu global telah meningkat sekitar 1,2°C sejak era pra-industri, dengan dampak yang tidak merata di berbagai wilayah. Wilayah tropis dan negara berkembang cenderung lebih rentan terhadap perubahan iklim karena sistem kesehatan yang belum memadai, infrastruktur yang rentan, dan ketergantungan tinggi pada sektor pertanian.
Dampak kesehatan akibat perubahan iklim bersifat multifaktorial. WHO memperkirakan bahwa antara tahun 2030–2050, perubahan iklim dapat menyebabkan tambahan 250.000 kematian per tahun akibat malnutrisi, malaria, diare, dan stres panas. Selain itu, perubahan iklim memengaruhi kualitas udara, distribusi vektor penyakit, serta kesehatan mental masyarakat yang terdampak bencana alam.
Pola curah hujan yang tidak menentu meningkatkan risiko banjir dan kekeringan, yang pada gilirannya dapat memicu wabah penyakit berbasis air, termasuk diare, kolera, dan leptospirosis. Panas ekstrem juga menyebabkan peningkatan kasus heatstroke, dehidrasi, dan kematian terkait penyakit kardiovaskular dan pernapasan. Oleh karena itu, pemahaman yang komprehensif mengenai hubungan antara perubahan iklim dan kesehatan menjadi sangat penting bagi penyusunan kebijakan publik dan strategi mitigasi.
Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Masyarakat
1. Penyakit akibat suhu ekstrem
Kenaikan suhu global meningkatkan risiko stres panas, heatstroke, serta kematian akibat penyakit kardiovaskular dan pernapasan. Kelompok paling rentan adalah anak-anak, lansia, dan individu dengan penyakit kronis. Gelombang panas yang semakin sering terjadi dapat membebani sistem rumah sakit dan fasilitas kesehatan.
Studi di Eropa pada musim panas 2003 menemukan bahwa lebih dari 70.000 kematian terjadi akibat gelombang panas ekstrem. Di Asia Tenggara, gelombang panas juga menyebabkan peningkatan kasus heatstroke dan penyakit kardiovaskular, terutama pada penduduk urban yang terpapar efek pulau panas perkotaan. Selain itu, gelombang panas yang lebih sering meningkatkan penggunaan energi untuk pendinginan, yang jika bersumber dari bahan bakar fosil, dapat memperburuk emisi gas rumah kaca.
2. Penyakit menular dan vektor
Perubahan iklim mengubah distribusi geografis vektor penyakit, termasuk nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles, yang menyebarkan penyakit seperti demam berdarah, chikungunya, dan malaria. Peningkatan suhu dan kelembapan mempercepat siklus hidup nyamuk, memperpanjang musim penularan penyakit.
Di Indonesia, terdapat peningkatan kasus demam berdarah pada wilayah dengan curah hujan tinggi dan genangan air pasca-banjir. Kekeringan yang berkepanjangan juga mendorong migrasi vektor ke wilayah baru, sehingga penyakit yang sebelumnya jarang muncul menjadi ancaman di daerah lain. Adaptasi sistem kesehatan publik, termasuk deteksi dini, pengendalian vektor, dan edukasi masyarakat, menjadi strategi penting untuk mitigasi risiko ini.
3. Masalah gizi dan malnutrisi
Perubahan iklim berdampak langsung pada ketahanan pangan. Kekeringan, banjir, dan suhu ekstrem merusak hasil pertanian dan memengaruhi kualitas serta ketersediaan makanan. FAO (2021) melaporkan bahwa lebih dari 820 juta orang mengalami kelaparan global, dengan sebagian besar disebabkan oleh ketidakstabilan produksi pangan akibat perubahan iklim.
Malnutrisi meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan memperburuk penyakit kronis. Anak-anak di negara berkembang menjadi kelompok paling terdampak, karena pertumbuhan dan perkembangan mereka sangat bergantung pada asupan nutrisi yang cukup. Diversifikasi pangan, teknik pertanian adaptif, dan kebijakan pangan berkelanjutan menjadi kunci untuk mengurangi risiko malnutrisi akibat perubahan iklim.
4. Kualitas udara dan penyakit pernapasan
Perubahan iklim memperburuk kualitas udara melalui peningkatan konsentrasi polutan seperti ozon troposferik dan partikel PM2.5. Polusi udara ini memperparah asma, bronkitis, dan penyakit paru obstruktif kronik. Kebakaran hutan akibat kemarau panjang dan deforestasi juga menyebarkan asap berbahaya ke wilayah luas, meningkatkan risiko gangguan pernapasan, terutama pada anak-anak dan lansia.
Studi di Kalimantan dan Sumatera menunjukkan bahwa kabut asap dari kebakaran hutan menyebabkan lonjakan kasus infeksi saluran pernapasan atas hingga 3–5 kali lipat. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim tidak hanya memengaruhi lingkungan, tetapi juga membebani sistem kesehatan secara langsung.
5. Dampak psikososial dan kesehatan mental
Bencana alam dan perubahan lingkungan akibat iklim berdampak pada kesehatan mental masyarakat. Trauma, kecemasan, depresi, dan stres kronis meningkat pada mereka yang terdampak banjir, badai, dan kebakaran. Berry et al. (2018) menunjukkan bahwa penduduk di daerah rawan bencana memiliki tingkat gangguan mental lebih tinggi dibandingkan wilayah aman.
Kesehatan mental yang terganggu juga dapat memperburuk kondisi fisik, menurunkan produktivitas, dan menghambat adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim. Intervensi kesehatan mental harus menjadi bagian integral dari strategi adaptasi dan mitigasi.
Strategi Mitigasi dan Adaptasi
Untuk menghadapi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan, diperlukan strategi yang holistik dan terintegrasi, antara lain:
- Penguatan sistem kesehatan
Meningkatkan kapasitas rumah sakit, fasilitas darurat, dan sistem deteksi penyakit menular agar mampu merespons krisis kesehatan akibat perubahan iklim. - Adaptasi infrastruktur
Pembangunan drainase, fasilitas air bersih, bangunan tahan panas, dan infrastruktur perkotaan yang ramah iklim dapat mengurangi risiko penyakit terkait lingkungan. - Pemantauan, riset, dan teknologi
Pemanfaatan sistem informasi, sensor cuaca, dan aplikasi pemantauan vektor penyakit membantu deteksi dini, peringatan bencana, dan perencanaan intervensi. - Edukasi dan kampanye publik
Masyarakat perlu memahami risiko perubahan iklim dan langkah preventif, termasuk penggunaan masker saat polusi tinggi, vaksinasi, pengelolaan air bersih, dan kesadaran terhadap gelombang panas. - Mitigasi emisi gas rumah kaca
Transisi energi bersih, transportasi rendah karbon, dan pengelolaan limbah yang baik menurunkan emisi sekaligus meningkatkan kualitas udara, sehingga berdampak positif pada kesehatan masyarakat. - Ketahanan pangan dan pertanian adaptif
Diversifikasi tanaman, penggunaan varietas tahan iklim ekstrem, dan teknik pertanian modern membantu menjaga ketahanan pangan, mengurangi malnutrisi, dan memastikan suplai pangan yang stabil.
Kesimpulan
Perubahan iklim memberikan dampak luas dan kompleks terhadap kesehatan masyarakat, mulai dari penyakit akibat suhu ekstrem, penyakit menular, malnutrisi, gangguan pernapasan, hingga masalah psikososial dan kesehatan mental. Strategi mitigasi dan adaptasi yang efektif harus melibatkan pemerintah, sektor kesehatan, komunitas, dan ilmuwan, serta bersifat multidisipliner.
Pemahaman ilmiah, kebijakan berbasis data, edukasi masyarakat, dan penguatan infrastruktur menjadi kunci untuk membangun ketahanan kesehatan publik. Dengan strategi yang tepat, masyarakat dapat terlindungi dari risiko kesehatan akibat perubahan iklim dan menghadapi tantangan iklim global secara lebih tangguh.
Referensi
- Berry, H. L., Bowen, K., & Kjellstrom, T. (2018). Climate change and mental health: A causal pathways framework. International Journal of Public Health, 63, 1–8.
- FAO. (2021). The State of Food Security and Nutrition in the World. Rome: Food and Agriculture Organization.
- IPCC. (2023). Climate Change 2023: Impacts, Adaptation and Vulnerability. Geneva: Intergovernmental Panel on Climate Change.
- Liu, C., et al. (2019). Air pollution and respiratory health: A review. Environmental Research, 172, 352–360.
- Mora, C., et al. (2017). Global risk of deadly heat. Nature Climate Change, 7, 501–506.
- Ryan, S. J., et al. (2020). Global expansion and redistribution of Aedes-borne virus transmission risk with climate change. PLoS Neglected Tropical Diseases, 14(3), e0008653.
- WHO. (2022). Climate change and health. World Health Organization.














Komentar