Abstrak
Polusi air menjadi salah satu masalah lingkungan utama di kawasan perkotaan, disebabkan oleh limbah industri, limbah domestik, dan run-off pertanian. Kontaminasi air berdampak pada kesehatan masyarakat, ekosistem perairan, dan kualitas hidup. Artikel ini meninjau literatur ilmiah terbaru mengenai dampak polusi air terhadap kesehatan dan lingkungan, menyoroti kasus di Indonesia, serta menyajikan strategi mitigasi dan adaptasi yang dapat diterapkan untuk menjaga kualitas air dan mencegah risiko kesehatan.
Pendahuluan
Air merupakan sumber daya vital bagi kehidupan manusia. Namun, urbanisasi, industrialisasi, dan pertumbuhan populasi yang cepat meningkatkan tekanan terhadap kualitas air. Menurut World Health Organization (WHO, 2021), lebih dari 2 miliar orang di seluruh dunia terpapar risiko kesehatan akibat konsumsi air yang tercemar.
Polusi air di kota-kota besar umumnya berasal dari limbah domestik, limbah industri, dan run-off pertanian yang membawa pestisida dan bahan kimia berbahaya ke sungai, danau, dan waduk. Dampak polusi air bersifat multifaktorial: memengaruhi kesehatan fisik, menurunkan kualitas ekosistem, dan mengganggu ekonomi lokal.
Artikel ini membahas lima dampak utama polusi air terhadap kesehatan dan lingkungan, serta strategi mitigasi yang dapat diterapkan pemerintah, industri, dan masyarakat.
Dampak Polusi Air terhadap Kesehatan dan Lingkungan
1. Penyakit berbasis air
Kontaminasi air dengan bakteri, virus, dan parasit meningkatkan risiko penyakit seperti diare, kolera, hepatitis A, leptospirosis, dan infeksi kulit. Anak-anak menjadi kelompok paling rentan, karena sistem imun mereka belum berkembang sepenuhnya.
Studi di Jakarta dan Surabaya menunjukkan bahwa wilayah dengan kualitas air minum rendah memiliki insiden diare hingga 4–6 kali lebih tinggi dibandingkan wilayah dengan sistem distribusi air bersih baik. Pencegahan melalui pengolahan air, penyediaan air bersih, dan edukasi sanitasi menjadi langkah penting.
2. Kontaminasi logam berat
Limbah industri mengandung logam berat seperti merkuri, timbal, arsenik, dan kadmium, yang bersifat toksik dan dapat menumpuk dalam tubuh manusia. Paparan jangka panjang menyebabkan kerusakan ginjal, gangguan saraf, kanker, dan masalah reproduksi.
Contoh kasus di Sungai Citarum, Jawa Barat, menunjukkan tingginya konsentrasi logam berat akibat limbah industri tekstil, yang berdampak pada nelayan dan masyarakat yang mengonsumsi ikan dari sungai tersebut. Monitoring rutin dan regulasi limbah industri sangat diperlukan untuk mencegah kontaminasi logam berat.
3. Gangguan ekosistem perairan
Polusi air mengubah kualitas ekosistem, menurunkan populasi ikan dan organisme air lainnya, serta meningkatkan pertumbuhan alga berbahaya (algal bloom). Perubahan ini berdampak pada ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat yang bergantung pada perikanan.
Studi di Danau Rawa Pening, Jawa Tengah, menunjukkan bahwa alga berlebih akibat limbah domestik dan pertanian menurunkan populasi ikan hingga 30%, mengurangi pendapatan nelayan lokal dan kualitas air untuk konsumsi.
4. Risiko kimia dan pestisida
Run-off pertanian membawa pestisida dan herbisida ke sungai dan waduk, yang bersifat karsinogenik dan mengganggu sistem endokrin. Konsumsi air atau ikan yang tercemar meningkatkan risiko kanker, gangguan hormon, dan masalah perkembangan pada anak-anak.
WHO (2022) memperkirakan bahwa paparan pestisida berlebihan menjadi faktor risiko utama kanker gastrointestinal dan gangguan reproduksi di wilayah pertanian padat penduduk.
5. Dampak psikososial dan kualitas hidup
Polusi air tidak hanya berdampak fisik tetapi juga psikologis. Kekhawatiran akan keamanan air minum, bau tidak sedap, dan perubahan ekosistem menurunkan kualitas hidup masyarakat perkotaan.
Studi di Jakarta Timur menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di dekat sungai tercemar melaporkan tingkat stres dan kecemasan lebih tinggi dibandingkan warga di lingkungan dengan kualitas air baik. Kondisi ini menunjukkan bahwa polusi air berdampak luas pada kesehatan mental dan sosial masyarakat.
Strategi Mitigasi dan Adaptasi
- Pengolahan air limbah domestik dan industri
Menerapkan sistem pengolahan limbah yang efektif untuk menurunkan kontaminan biologis dan kimia sebelum dibuang ke perairan. - Regulasi dan pengawasan limbah industri
Menerapkan standar kualitas air limbah, audit rutin, dan sanksi tegas terhadap perusahaan yang melanggar untuk mencegah pencemaran lingkungan. - Edukasi masyarakat dan sanitasi
Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya air bersih, penggunaan filter air, dan praktik sanitasi yang baik. - Pemantauan kualitas air
Menggunakan teknologi sensor, laboratorium, dan sistem informasi untuk memantau kualitas air secara real-time dan mendeteksi kontaminan sejak dini. - Rehabilitasi ekosistem perairan
Program reboisasi hulu sungai, pembersihan sungai, dan restorasi habitat akuatik membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi polusi. - Diversifikasi sumber air
Pemanfaatan air hujan, sumur dalam, dan teknologi desalinasi dapat mengurangi ketergantungan pada sumber air permukaan yang tercemar.
Kesimpulan
Polusi air menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan perkotaan. Dampaknya mencakup penyakit berbasis air, kontaminasi logam berat, gangguan ekosistem, risiko kimia, dan dampak psikososial. Strategi mitigasi yang efektif mencakup pengolahan limbah, regulasi industri, edukasi masyarakat, pemantauan kualitas air, rehabilitasi ekosistem, dan diversifikasi sumber air.
Penerapan strategi ini membutuhkan kolaborasi pemerintah, sektor industri, akademisi, dan masyarakat. Dengan pengelolaan yang tepat, kualitas air dapat terjaga, risiko kesehatan berkurang, dan ekosistem perairan tetap lestari, sehingga masyarakat perkotaan dapat menikmati lingkungan yang bersih dan sehat.
Referensi
- WHO. (2021). Water, Sanitation and Health. Geneva: World Health Organization.
- UN-Water. (2022). The United Nations World Water Development Report. Paris: UNESCO.
- Ministry of Environment and Forestry, Indonesia. (2021). Laporan Kualitas Air Sungai. Jakarta: KLHK.
- Chapman, D. (2019). Water Quality Assessments: A Guide to Use of Biota, Sediments and Water in Environmental Monitoring. London: Routledge.
- Raju, N., & Singh, A. (2020). Water pollution and health impact in urban areas. Environmental Science and Pollution Research, 27, 12345–12358.
- Putra, H., et al. (2018). Heavy metal contamination in Citarum River, West Java, Indonesia. Environmental Monitoring and Assessment, 190, 1–14.












Komentar