Ponorogo, sumber mediapatriot.co.id — Ratusan warga Ponorogo yang tergabung dalam Forum Masyarakat Tresno Kang Giri (FMTKG) kembali menunjukkan solidaritas mereka terhadap Bupati Ponorogo nonaktif Sugiri Sancoko dengan menggelar aksi damai, doa bersama, serta pembubuhan tanda tangan di atas kain mori putih sepanjang kurang lebih seratus meter. Aksi damai tersebut berlangsung pada Kamis (20/11/2025) di depan Gedung DPRD Ponorogo dan menjadi bentuk dukungan moral warga kepada pemimpin yang mereka nilai dekat dengan masyarakat sejak awal masa kepemimpinannya.
Sejak pagi hari, masyarakat dari berbagai desa mulai berdatangan mengenakan pakaian serba putih sebagai simbol harapan, kekompakan, dan ketulusan. Tidak hanya kaum bapak, para ibu rumah tangga pun terlihat berbaur dalam lingkaran doa, menunjukkan bahwa dukungan terhadap Sugiri Sancoko tidak datang dari satu kelompok tertentu, melainkan berasal dari berbagai lapisan masyarakat Ponorogo.
Gema istighosah bersama menggema di area halaman gedung dewan, dipimpin oleh tokoh agama setempat. Mereka mendoakan agar Sugiri diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi proses hukum yang sedang berjalan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Doa tersebut menjadi inti dari kegiatan yang dilakukan warga sebagai simbol harapan bahwa kebenaran akan muncul seiring berjalannya proses penyidikan.
Selain doa dan istighosah, salah satu bagian yang paling menarik perhatian adalah pembubuhan tanda tangan warga di sepanjang kain mori putih yang membentang hingga seratus meter. Kain ini menjadi representasi dari suara masyarakat yang menyatakan dukungan moral bagi Sugiri Sancoko. Warga secara bergantian menuliskan nama mereka, beberapa bahkan menyertakan pesan singkat berisi harapan, seperti ajakan bangkit, tetap kuat, dan tidak menyerah menghadapi situasi ini.
Ketua Koordinator FMTKG, Anom Wengker, menjelaskan bahwa aksi tersebut tidak memiliki unsur politik tertentu, melainkan merupakan bentuk kecintaan masyarakat terhadap sosok pemimpin yang selama ini dianggap merakyat, mudah ditemui, dan selalu hadir dalam setiap kegiatan masyarakat. Menurutnya, aksi ini menandakan bahwa cinta warga tidak berubah meskipun Sugiri sedang menghadapi proses hukum.
Anom menegaskan bahwa masyarakat yang hadir memahami bahwa proses hukum harus dihormati, namun dukungan moral tetap diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kinerja Sugiri selama ini. Ia menyebut bahwa warga Ponorogo merasakan banyak perubahan positif sepanjang masa kepemimpinan Sugiri, terutama dalam pendekatan budaya, sosial, dan pelayanan publik.
“Bagaimanapun hasil proses KPK nanti, kecintaan masyarakat kepada Pak Giri tidak akan pudar. Kami hadir hari ini bukan untuk mengintervensi hukum, tetapi untuk menunjukkan bahwa beliau tidak sendirian. Ponorogo mencintai pemimpinnya yang merakyat,” jelas Anom dalam sambutannya.
Ia juga menambahkan bahwa FMTKG berkomitmen untuk terus menyuarakan aspirasi masyarakat Ponorogo agar Sugiri diberikan ruang dan kesempatan untuk menyampaikan klarifikasi serta menghadapi proses hukum secara transparan. Menurutnya, apa yang terjadi pada Sugiri akan menjadi perhatian banyak pihak, sehingga masyarakat berharap proses hukum berlangsung objektif dan sesuai aturan.
“Ini bukan aksi tunggal. Kami akan meneruskan aspirasi masyarakat ini kepada pemerintah pusat, termasuk kepada Presiden Prabowo, dan juga langsung kepada KPK sebagai bentuk dukungan moral, bukan tekanan,” tambahnya.
Sementara itu, beberapa warga yang hadir menyampaikan pandangan mereka. Banyak dari mereka mengaku hadir atas dasar kemauan sendiri tanpa adanya paksaan dari pihak mana pun. Bagi mereka, Sugiri adalah pemimpin yang dekat dan mampu memberi warna tersendiri bagi Ponorogo, terutama dalam meningkatkan berbagai program pembangunan serta kegiatan budaya yang menjadi identitas kota Reog tersebut.
Seorang warga bernama Sulastri, ibu rumah tangga dari Kecamatan Jenangan, mengatakan bahwa ia hadir karena merasa terpanggil untuk menunjukkan rasa peduli. “Saya tidak tahu banyak soal hukum, tapi saya tahu Pak Giri orang baik, selalu hadir di tengah masyarakat. Kami hanya ingin mendukung beliau secara moral,” ujarnya.
Aksi damai ini berlangsung tertib, dengan pengamanan dari aparat kepolisian setempat agar kegiatan doa dan pembubuhan tanda tangan berjalan lancar tanpa gangguan. Setelah acara doa selesai, warga secara teratur meninggalkan lokasi sambil membawa harapan masing-masing bahwa proses hukum yang berjalan akan memberikan kejelasan bagi semua pihak.
Sebagai informasi, Sugiri Sancoko sebelumnya terjaring OTT KPK pada Jumat (07/11/2025), dalam kasus yang berkaitan dengan dugaan suap perpanjangan jabatan Direktur RSUD. Selain Sugiri, Sekda Ponorogo nonaktif Agus Pramono serta Direktur RSUD Harjono, Yunus Mahatma, turut diamankan. Kasus tersebut kini masih dalam proses pendalaman oleh penyidik KPK.
Aksi doa bersama dan penggalangan tanda tangan tersebut menunjukkan satu hal: masyarakat Ponorogo ingin proses hukum berjalan adil, namun mereka juga ingin menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak ditinggalkan begitu saja di tengah badai persoalan. Dukungan moral ini menjadi bentuk solidaritas warga yang berharap Ponorogo dapat terus melangkah maju bersama pemimpin yang mereka cintai.bikin kan judul berbeda
Pewarta S Diran
















Komentar