Rabu|03 Desember 2025|Pukul|13:00|WIB
Langkat|Sumatera Utara|Berita Terkini –
Indonesia kembali berduka.
Bencana hidrometeorologi yang melanda tiga provinsi – Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh – meninggalkan catatan kelam dengan jumlah korban jiwa yang kian bertambah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Rabu (3/12/2025) merilis data terbaru:
753 jiwa meninggal dunia dan 650 jiwa dinyatakan hilang dalam fase penanganan darurat banjir dan longsor yang terjadi sejak akhir November.
Tragedi ini menegaskan betapa rentannya kawasan Sumatera terhadap cuaca ekstrem di tengah perubahan iklim global dan kerusakan ekosistem yang terus terjadi.
Rincian Korban: Tiga Provinsi dalam Situasi Krisis
Aceh: 218 Meninggal, 227 Hilang
Aceh menjadi salah satu wilayah dengan dampak paling masif.
Sejumlah kabupaten seperti Aceh Selatan, Aceh Tenggara, dan Aceh Barat Daya mengalami kerusakan infrastruktur parah.
Akses jalan menuju pusat distribusi logistik sempat terputus, mempersulit upaya evakuasi korban di sejumlah desa terisolasi.
Relawan menggambarkan kondisi Aceh sebagai “zona darurat kemanusiaan”, di mana ratusan warga masih menunggu penyelamatan di titik pengungsian darurat.
Sumatera Barat: 234 Meninggal, 260 Hilang
Sumatera Barat menghadapi kombinasi bencana: banjir bandang, longsor, dan meluapnya sungai-sungai besar akibat hujan ekstrem.
Di Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Pesisir Selatan, tim SAR masih berupaya menembus wilayah lereng perbukitan yang tertutup material longsor.
Banyak korban hilang diduga terbawa arus banjir bandang saat aktivitas masyarakat berlangsung normal pada pagi hari, sebelum bencana terjadi tiba-tiba.
Sumatera Utara: 301 Meninggal, 163 Hilang
Sumatera Utara menjadi provinsi dengan jumlah korban jiwa tertinggi.
Kabupaten Langkat dan Deli Serdang termasuk wilayah yang mengalami kerusakan berat. Foto-foto dari Kecamatan Pematang Jaya, Langkat, yang diambil pada Selasa (2/12/2025), menunjukkan permukiman yang nyaris rata dengan tanah, terbawa derasnya genangan air dan lumpur.
Di Langkat, tim gabungan dari TNI–Polri, BPBD, dan relawan masih melakukan pencarian terhadap puluhan warga yang dinyatakan hilang.
Kondisi cuaca yang tidak menentu dan minimnya peralatan berat memperlambat proses evakuasi jenazah yang tertimbun lumpur setebal hampir dua meter.
Krisis Kemanusiaan yang Memerlukan Aksi Terpadu
BNPB menegaskan bahwa angka korban kemungkinan masih bertambah karena:
Banyak desa terpencil belum dapat dijangkau
Komunikasi terputus di sejumlah wilayah perbukitan
Beberapa sungai besar belum surut dan masih berpotensi menimbulkan banjir susulan
Pemerintah pusat telah menetapkan status darurat bencana lintas provinsi, dengan Presiden dan berbagai kementerian telah menerjunkan tim koordinasi untuk memastikan penanganan cepat, terpadu, dan berperspektif kemanusiaan.
Sementara itu, ribuan warga yang selamat kini menempati posko pengungsian dengan kondisi yang memprihatinkan:
kekurangan air bersih, sanitasi terbatas, serta kebutuhan mendesak akan makanan siap saji, selimut, dan pelayanan kesehatan.
Pematang Jaya: Potret Luka dari Langkat
Di Kecamatan Pematang Jaya, Langkat, gambaran kehancuran tampak jelas.
Rumah-rumah warga tersapu hingga menyisakan pondasi, fasilitas umum rusak berat, dan pepohonan tumbang saling bertumpukan.
Aroma lumpur bercampur sisa material rumah menyelimuti udara, menjadi saksi bisu keganasan bencana.
Para warga yang berhasil selamat menggambarkan momen banjir bandang sebagai “air hitam setinggi dada yang datang tanpa bunyi”, membawa apa saja yang berada di jalurnya.
Urgensi Mitigasi untuk Masa Depan
Para ahli menilai bahwa bencana besar ini adalah alarm keras bagi pemerintah daerah dan pusat untuk:
Memperkuat early warning system
Menghentikan pembalakan liar dan kerusakan hutan
Membangun tata ruang yang disiplin dan berbasis risiko bencana
Meningkatkan kapasitas daerah dalam penanggulangan bencana
Kawasan Sumatera, dengan kontur perbukitan curam dan hutan yang kian menipis, disebut berada dalam posisi rentan jika mitigasi jangka panjang tidak segera dilakukan.
Indonesia kembali menjalani hari-hari berat.
Dalam duka yang mendalam, ribuan keluarga menanti kepastian nasib orang-orang yang mereka cintai.
Angka korban yang dirilis BNPB bukan hanya statistik, tetapi potret nyata dari sebuah tragedi kemanusiaan yang memerlukan respons komprehensif, cepat, dan berkeadilan.
Bencana ini mengingatkan bahwa keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas utama, bukan hanya saat bencana datang, tetapi jauh sebelum tanda-tanda bahaya muncul.
(Ramlan|Mediapatriot.co.id|Kabiro Langkat)

















Komentar