Disusun oleh : Ferlyn Titalyanda Salwa Salsabila
Universitas : Universitas Airlangga
Program Studi : Kedokteran Gigi
Fakultas : Kedokteran Gigi
Tahun : 2025
Pelayanan dokter gigi di Puskesmas bukan hanya bergantung pada keahlian medis, tetapi juga pada kemampuan komunikasi yang hangat dan menenangkan bagi pasien. Banyak pasien datang dengan rasa takut, cemas, atau pengalaman buruk yang membuat mereka ragu menjalani perawatan. Di sinilah peran dokter gigi menjadi penting untuk menciptakan pengalaman pelayanan yang lebih manusiawi dan menghapus rasa takut selama perawatan.
Komunikasi empatik merupakan langkah pertama yang dapat membangun rasa aman. Sapaan ramah, nada suara lembut, dan pertanyaan sederhana seperti “Bagian mana yang terasa tidak nyaman?” membantu pasien merasa dihargai dan diperhatikan. Dari percakapan kecil inilah kepercayaan mulai tumbuh.
Penjelasan tindakan medis menggunakan bahasa yang mudah dipahami juga sangat penting. Banyak pasien takut karena tidak mengetahui apa yang akan dilakukan. Dokter gigi dapat mengurangi kecemasan dengan menjelaskan prosedur seperti tambal gigi, scaling, atau pencabutan gigi secara singkat dan jelas. Informasi tentang manfaat, proses, dan risiko ringan membuat pasien merasa lebih siap dan tidak membayangkan hal-hal buruk.
Memberi kesempatan bertanya kepada pasien merupakan bagian dari pelayanan yang baik. Pasien berhak memahami kondisi kesehatannya, sehingga dokter perlu bersikap terbuka terhadap pertanyaan atau kekhawatiran yang mereka miliki. Hal ini menegaskan bahwa pasien terlibat dalam pengambilan keputusan medis.
Konsistensi pelayanan pun menjadi faktor penting lainnya. Kebersihan ruangan, penggunaan alat steril, ketepatan waktu, serta sikap profesional selama tindakan mencerminkan standar pelayanan yang baik. Edukasi lanjutan seperti cara menyikat gigi yang benar atau anjuran kontrol rutin menjadi nilai tambah dalam membangun kedekatan dengan masyarakat.
Pendekatan humanis ini terbukti efektif di banyak Puskesmas, karena mampu mengubah persepsi masyarakat tentang perawatan gigi. Pasien yang merasa nyaman cenderung kembali untuk melanjutkan perawatan dan bahkan merekomendasikan layanan kepada keluarga serta tetangga.
Pada akhirnya, perpaduan antara komunikasi empatik, penjelasan yang jelas, kesempatan berdialog, serta konsistensi pelayanan menjadi kunci utama dokter gigi Puskesmas dalam membangun kepercayaan masyarakat. Dari ruang praktik sederhana, perubahan besar dapat terjadi—menjadikan senyum pasien kembali hidup tanpa rasa takut.






















Komentar