Disusun oleh : Steven Jonathan Surya
Universitas : universitas airlangga
Program Studi : kedokteran gigi
Fakultas : kedokteran gigi
Tahun : 2025
Karang gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling umum dijumpai. Karang gigi sendiri terbentuk dari plak atau sisa-sisa makanan yang mengeras akibat kurangnya kebiasaan menyikat gigi dengan benar. Untuk memahami lebih dalam mengenai kebiasaan masyarakat dan pandangan para ahli, pada Jumat, 24 Oktober 2025, saya berkesempatan mengunjungi praktik Dr. Wenny yang berlokasi di Jalan Dharmahusada, Surabaya. Kunjungan ini awalnya saya bayangkan hanya sebagai observasi dan wawancara biasa, namun ternyata pengalaman tersebut membuka wawasan baru mengenai dunia kedokteran gigi, baik dari sisi perjalanan karier seorang dokter gigi maupun miskonsepsi masyarakat terkait perawatan gigi dan mulut.
Perjalanan Menjadi Dokter Gigi: Tantangan yang Membentuk Pertumbuhan
Dalam percakapan saya dengan Dr. Wenny, beliau bercerita mengenai perjalanan panjang dan penuh tantangan saat berkuliah di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG). Banyak orang hanya melihat profesi dokter gigi sebagai pekerjaan “nyaman” dan stabil, tetapi jarang yang mengetahui perjuangan di baliknya: malam yang dihabiskan untuk mempelajari anatomi, latihan praktik berulang, serta tuntutan ketelitian yang tinggi.
Tantangan-tantangan tersebut membentuk tidak hanya keterampilan teknis, tetapi juga karakter—ketekunan, kesabaran, dan tanggung jawab. Dari cerita beliau, saya belajar bahwa menjadi dokter gigi bukanlah perjalanan mudah, namun proses yang sulit inilah yang membentuk pertumbuhan dan makna profesi seseorang.
Miskonsepsi Masyarakat: “Ke Dokter Gigi Kalau Sakit Saja”
Dr. Wenny menekankan bahwa kebiasaan salah masyarakat adalah hanya datang ke dokter gigi saat sakit. Padahal, standar kesehatan gigi ideal mengharuskan pemeriksaan setiap enam bulan sekali. Pemeriksaan rutin berfungsi sebagai tindakan preventif untuk mencegah kerusakan gigi lebih serius.
Salah satu gejala yang sering disepelekan adalah kebutuhan scaling. Banyak pasien merasa scaling tidak penting karena tidak menimbulkan rasa sakit. Padahal, karang gigi yang menumpuk dapat menyebabkan gusi berdarah, gigi goyang, bau mulut, hingga kerusakan jaringan penyangga gigi. Lebih jauh, karang gigi dan infeksi gusi dapat memengaruhi kesehatan sistemik, termasuk meningkatkan risiko penyakit jantung karena bakteri dari plak dapat masuk ke aliran darah dan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
Kunjungan ke praktik Dr. Wenny tidak hanya menambah wawasan saya tentang dunia kedokteran gigi, tetapi juga menegaskan bahwa edukasi kesehatan gigi masih sangat diperlukan. Profesi dokter gigi berfungsi tidak hanya untuk mengobati, tetapi juga untuk mencegah dan mengedukasi. Kesadaran pasien terhadap kesehatan gigi adalah suatu kebanggaan bagi seorang dokter.














Komentar