Kamis|04 Desember 2025|Pukul|07:00|WIB
Mediapatriot.co.id|Langkat|Sumatera Utara|Berita Terkini – Bencana banjir besar yang melanda Kabupaten Langkat sejak akhir November terus menunjukkan dampak yang kian masif dan kompleks.
Berdasarkan laporan resmi Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB) Multi Sektor Kabupaten Langkat yang dirilis Selasa (02/12) pukul 08.00 WIB, tercatat 115.979 Kepala Keluarga terdampak dan 19.434 jiwa terpaksa mengungsi.
Sementara itu, 11 warga dilaporkan meninggal dunia, dan angka ini masih berpotensi bertambah seiring proses pendataan lanjutan.
Infografis resmi yang dirilis pemerintah daerah menunjukkan sebaran dampak yang luas hampir di seluruh kecamatan, menandai bahwa bencana ini bukan hanya musibah lokal, melainkan sebuah krisis kemanusiaan yang menuntut respons terpadu lintas sektor.
Sebaran Dampak Banjir di 20 Kecamatan
Wilayah Paling Parah
Beberapa kecamatan mencatat jumlah terdampak sangat tinggi, antara lain:
-Kecamatan Tanjung Pura: 18.739 KK, pengungsi 2.400 jiwa
-Kecamatan Babalan: 13.523 KK, pengungsi 7.105 jiwa
-Kecamatan Secanggang: 13.619 KK, proses – pendataan terus berlangsung
-Kecamatan Gebang: 10.203 KK, pengungsi 4.520 jiwa
-Kecamatan Stabat (ibu kota kabupaten): 8.911 KK, pengungsi 2.122 jiwa
-Kecamatan Hinai: 7.211 KK, masih dalam proses pendataan
Sementara kecamatan lain seperti Pangkalan Susu, Sei Lepan, Pematang Jaya, Besitang, Sawit Seberang, Batang Serangan, hingga Wampu juga melaporkan jumlah terdampak cukup signifikan, memperlihatkan bahwa banjir merendam hampir seluruh wilayah administratif kabupaten.
Kerusakan Infrastruktur dan Disrupsi Layanan Publik
Laporan TRC-PB menegaskan sejumlah kerusakan fasilitas umum yang kini menghambat aktivitas masyarakat dan penanganan darurat, antara lain:
Rumah dan permukiman warga terendam hingga beberapa meter.
Sekolah di sejumlah kecamatan diliburkan
Akses jalan antarwilayah terputus akibat genangan dan rusaknya ruas jalan
Saluran komunikasi, listrik, dan air minum mengalami gangguan
Areal pertanian dan perkebunan rusak parah, mengancam ketahanan pangan daerah
Situasi ini menempatkan Kabupaten Langkat dalam status Tanggap Darurat Bencana sesuai Keputusan Bupati Langkat No. 360-05/K/2025 mengenai perpanjangan masa tanggap darurat.
Upaya Penanggulangan: Pemda Kerahkan Semua Sumber Daya Terbaik
Pemerintah Kabupaten Langkat bersama TRC-PB Multi Sektor melakukan sejumlah langkah penanganan prioritas, termasuk:
Evakuasi warga terdampak dari daerah berisiko tinggi
Koordinasi lintas sektor dan lintas daerah, mengingat akses menuju beberapa wilayah terisolasi
Distribusi logistik, termasuk sembako, air bersih, obat-obatan, dan perlengkapan darurat
Pendirian posko kesehatan dan layanan psikososial bagi pengungsi
Pendataan lanjutan guna memastikan tidak ada warga yang terlewat ,Pemantauan cuaca dan kondisi sungai secara berkala untuk mitigasi risiko banjir susulan
Posko logistik utama didirikan di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Langkat, Jalan Imam Bonjol No. 87, Kwala Bingai, Stabat.
Sementara layanan kegawatdaruratan dapat diakses melalui nomor 112, aktif 24 jam tanpa biaya.
Situasi Kemanusiaan yang Mendesak Penanganan Berkelanjutan
Tragedi banjir yang melanda Langkat bukan hanya merendam tanah dan rumah, tetapi juga menyisakan trauma mendalam bagi masyarakat yang kehilangan tempat tinggal, harta benda, bahkan anggota keluarga.
Pada banyak titik, warga memilih bertahan meski genangan belum sepenuhnya surut, karena khawatir terhadap keamanan aset mereka.
Sementara di lokasi pengungsian, sejumlah warga mengeluhkan keterbatasan tempat tidur, sanitasi, dan suplai makanan.
Petugas kesehatan terus melakukan pemantauan untuk mencegah potensi munculnya penyakit pascabanjir seperti diare, ISPA, dan penyakit kulit.
Harapan Masyarakat: Pemulihan Cepat dan Kehadiran Negara
Di tengah suasana muram akibat musibah besar ini, masyarakat Langkat berharap kehadiran negara dapat terasa dalam proses pemulihan.
Selain bantuan darurat, pemulihan infrastruktur jangka panjang, relokasi warga dari wilayah rawan banjir, serta pembangunan sistem mitigasi bencana menjadi kebutuhan mendesak.
Banjir kali ini menjadi pengingat bahwa perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan ketidakstabilan cuaca semakin meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi di Sumatera Utara.
Oleh karena itu, kebijakan penanggulangan bencana ke depan harus bersifat sistemik, bukan hanya reaktif.
Bencana banjir Langkat adalah sebuah alarm kemanusiaan yang menggugah empati sekaligus menguji ketangguhan pemerintah dan masyarakat.
Dengan koordinasi yang baik, intervensi tepat sasaran, serta dukungan berbagai pihak, diharapkan Kabupaten Langkat mampu segera bangkit dari krisis ini.
(Ramlan|Mediapatriot.co.id|Kabiro Langkat)





















Komentar