Sabtu|06 Desember 2025|Pukul|13:05|WIB
Mediapatriot.co.id|Aceh Tamiang|Berita Terkini – Di tengah gelapnya malam dan derasnya air yang tiba-tiba naik tanpa ampun, seorang ibu di Desa Seriwijaya, Kecamatan Kota Kualasimpang, Aceh Tamiang, harus berjuang menyelamatkan diri bersama keluarganya.
Banjir besar yang melanda wilayah itu bukan hanya merendam rumah penduduk, tetapi juga menenggelamkan rasa aman yang selama ini mereka genggam dengan sederhana.
Menurut penuturan keluarga, air bah mulai merangsek masuk pada larut malam.
Hanya dalam hitungan menit, ketinggian air melonjak drastis hingga mencapai dada orang dewasa.
Dalam kondisi panik, ibu tersebut bersama anggota keluarga lainnya berlari menyelamatkan diri ke loteng rumah – satu-satunya tempat yang masih bisa dijangkau sebelum air terus naik.
Di ruang sempit dan lembap itu, mereka duduk berimpitan sepanjang malam.
Tidak ada kepastian kapan bantuan datang. Tidak ada kepastian apakah rumah mereka masih kuat menahan tekanan banjir.
Yang tersisa hanyalah ketabahan, doa, dan ikhtiar mempertahankan hidup.
Makan Satu Mangkok untuk Sebelas Orang
Hari berikutnya menjadi saksi yang lebih memilukan.

Tidak ada bantuan logistik yang sampai. Tidak ada makanan, tidak ada air bersih, hanya harapan yang menipis perlahan.
Keluarga tersebut bertahan dengan satu mangkok nasi yang harus dibagi untuk sebelas orang – sebuah gambaran ekstrem tentang betapa gentingnya keadaan yang mereka hadapi.
“Waktu itu bantuan belum ada makan satu makok dibagi sebelas orang.
Mendengar cerita itu, ya Allah, sedihnya,” ungkap salah satu anggota keluarga yang kemudian datang dari Tanjung Pura untuk menjemput kabar dan membantu sebisanya.
Situasi makin menegangkan ketika jaringan komunikasi terputus selama hampir satu minggu Tidak ada kabar,Tidak ada sinyal, Hanya kecemasan yang memenuhi hari-hari keluarga yang berada jauh di Tanjung Pura.
Dalam kondisi itulah mereka akhirnya memutuskan untuk berangkat langsung ke Aceh Tamiang, menembus segala keterbatasan demi memastikan keselamatan ibu tercinta dan sanak keluarga lainnya.
Diselamatkan Tim SAR Setelah Malam yang Mencekam
Keesokan harinya, tim SAR akhirnya tiba di lokasi.
Setelah menembus derasnya arus banjir dan rintangan reruntuhan, petugas berhasil mengevakuasi ibu tersebut serta anggota keluarganya dari loteng yang hampir tidak lagi aman.
Proses penyelamatan berlangsung penuh risiko, namun menjadi titik awal bagi keluarga itu untuk kembali bernapas lega.
Ketika keluarga dari Tanjung Pura akhirnya tiba di Desa Seriwijaya, suasana yang mereka dapati adalah campuran antara syukur, duka, dan kelelahan.
Rumah-rumah terendam, barang-barang hanyut, dan warga setempat masih berusaha bertahan dengan segala keterbatasan.
Namun di tengah kehancuran itu, pelukan keluarga dan bantuan seadanya menjadi sumber kekuatan yang tidak ternilai.
Harapan yang Tidak Boleh Padam
Bencana ini menjadi catatan penting tentang rentannya kehidupan masyarakat di wilayah rawan banjir seperti Aceh Tamiang.
Bukan hanya soal kerusakan fisik, tetapi juga tentang luka psikologis yang dialami para korban – ketakutan, kehilangan, dan perjuangan hidup yang harus mereka jalani tanpa kepastian.
“Semoga cepat pulih keluargaku dan saudaraku di sana, menghadapi ujian dan cobaan ini,” tutur keluarga korban dengan suara bergetar, namun penuh ketegaran.
Di Desa Seriwijaya, air mungkin berangsur surut, namun kisah kepedihan dan keteguhan hati para penyintas akan selalu membekas.
Dari satu mangkok nasi yang dibagi untuk sebelas orang, hingga perjalanan panjang keluarga yang datang dari jauh karena cinta dan kepedulian – semua menjadi pengingat bahwa dalam bencana sekalipun, kemanusiaan tidak pernah tenggelam.
Semoga pemulihan berjalan cepat dan para korban segera mendapatkan bantuan yang layak.
Dan semoga, dari derita ini, lahir ketangguhan baru yang membuat masyarakat Aceh Tamiang semakin kuat menghadapi hari esok.
(Redaksi|Mediapatriot.co.id|Ramlan)









Komentar