Jakarta, MediaPatriot.co.id – Semangat mencetak Generasi Emas 2045 yang berintegritas dan unggul dalam karakter digaungkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Ary Ginanjar (UAG), AFE (Ary Ginanjar Future Entrepreneur), serta ESQ Business School dalam perhelatan akbar “Bright Society Fest 2025”, sebuah ajang kompetisi nasional bergengsi bagi siswa/i SMA & SMK sederajat di seluruh Indonesia.
Acara yang berlangsung di Andalucia Hall, Menara 165, Jakarta pada Sabtu, 13 Desember 2025 ini, mencapai puncaknya melalui Inspirational Talkshow bertajuk “Indonesia Emas 2045: Youth, Talent & Economic Transformation” yang menghadirkan tokoh nasional, Dr. Ferry Juliantono (Menteri Koperasi Republik Indonesia) dan Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian (Founder ESQ dan Universitas Ary Ginanjar).
Sebelumnya telah berlangsung sesi talkshow yang pertama, bright society fest berkolaborasi dengan Genspreneur dan Minutes Of Manager, mengusung talkshow inspiratif untuk meningkatkan semangat juang para Gen Z dengan potensi pembicara yaitu Melvin Hade (Entreprenuer & Kayella Consumer Partners) dan Ahmad Romero Comacho (CEO M Bloc Space).
Acara turut diramaikan dengan berbagai kompetisi bergengsi (Public Speaking, Business Case Competition, Digital Poster, dan Musabaqah Hifdzil Qur’an) serta booth bisnis mahasiswa ini, bertujuan utama untuk akselerasi UMKM, pengembangan kualitas SDM, dan optimalisasi bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045.
“Acara ini bukan sekadar kompetisi atau perayaan kreativitas. Bright Society Fest merupakan wujud komitmen kami dalam membangun karakter, motivasi, serta semangat mahasiswa untuk terus berkembang, berkarya, dan memberikan dampak nyata bagi lingkungan sekitarnya,” ujar Fadil Sinaga, Ketua Panitia.
Dikatakan olehnya, Bright Society Fest 2025 ini dirancang sebagai ruang inkubasi bagi para pelajar untuk mengasah kemampuan di bidang pendidikan, kreativitas, dan kepemimpinan, sejalan dengan visi UAG dalam mencetak pemimpin masa depan yang berintegritas dan berdampak.
Kemudian, dalam sesi talkshow yang penuh inspirasi, Dr. Ferry Juliantono dan Destry Anna Sari (Deputi Bidang Pengembangan Talenta dan Daya Saing Koperasi Kemenkop) memaparkan visi strategis Koperasi Merah Putih yang kini menjadi Gerakan Nasional.
Menteri Koperasi Ferry Juliantono, menyambut baik pertemuan yang diinisiasi oleh anak-anak muda mahasiswa Universitas Ary Ginanjar, ia menganggapnya sangat penting. Beliau menjelaskan bahwa koperasi adalah “wadah perkumpulan usaha bagi komunitas,” dan menjadi solusi bagi anak-anak muda serta pelaku UMKM yang ingin berhimpun dan mengembangkan usaha.
Di hadapan peserta yang mayoritasnya adalah generasi muda, Menkop menawarkan dua solusi utama bagi pelaku UMKM yang sering bingung karena usahanya masih bersifat perorangan dan membutuhkan modal:
* Pembiayaan: Kementerian Koperasi siap membantu modal. Beliau menegaskan, “Kalau soal modal, pertama kami akan bantu modalnya” melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB).
* Jaminan HKI: Solusi yang lebih inovatif adalah penggunaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai agunan. Beliau menyatakan, “Insyaallah dalam waktu dekat ini hak kekayaan intelektual hasil karya produk inovasi dari para pelaku UMKM itu bisa dijadikan sebagai agunan di lembaga-lembaga keuangan.”
Beliau kemudian mengungkap latar belakang Koperasi Desa dan Kelurahan Merah Putih, yang merupakan amanat langsung dari Presiden. Beliau menceritakan momen rapat terbatas kabinet:
“Presiden menyampaikan kepada kami peserta kabinet rapat terbatas, bahwa dirinya mendapatkan wangsit dari orang tua bahwa dirinya harus membentuk 80 ribu koperasi desa dan kelurahan.”
Dalam kaitannya dengan ESQ-UAG, beliau menargetkan adanya ekosistem baru:
“Kalau bayangin tahun depan insya Allah kita akan punya 80 ribu retail-retail modern… Kalau bisa retailnya itu produk-produknya yang bikin adalah alumni ESQ dan peserta Bright Society Fest.”
Beliau mengajak audiens untuk berinovasi dan berproduksi sendiri: “Sekarang kita dorong kita bikin produk sendiri, jual sendiri.”
Menteri Ferry yakin bahwa Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih akan menjadi ekosistem baru yang merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Koperasi, ESQ, UAG, dan seluruh pelaku UMKM, yang diharapkan dapat siap operasional pada tahun depan.
Beliau menutup dengan optimisme dan inspirasi yang didapatkan dari acara tersebut: “Setelah saya hadir di sini dan acaranya mantap, saya mendapatkan inspirasi untuk membuat acara serupa misalnya Koperasi Fair atau apa… Karena pasti koperasi akan bisa lebih solutif untuk menjawab kegelisahan dari para pelaku UMKM dan apalagi dari anak-anak muda.”
Sebelum Menkop menyampaikan paparannya, Destry Anna Sari menekankan bahwa semangat kewirausahaan harus diterapkan secara serius, bahkan di tingkat panitia sekalipun.
Ia berharap, “Acara dan panitia Bright Society Fest ini emang keren. Ini bisa dijadikan perusahaan beneran biar kalau ada EO tuh punya kualitas gitu.” Kualitas ini didorong oleh nilai-nilai yang dipegang dan dipupuk berdasarkan TalentDNA masing-masing individu.
Setelah apresiasi panitianya, tema yang diangkat pun menarik bagi Destry Anna Sari. Ia menjelaskan bahwa inti dari gerakan nasional adalah menjadikan Koperasi Merah Putih sebagai Grand Why bangsa, yang tujuannya adalah kedaulatan ekonomi sejati, di mana, “Kita bisa punya apa saja yang kita punya, itu punya kita sendiri. Bukan numpang.”
Ada peringatan bagi generasi muda: “Kalian akan jadi kuli, kalian akan jadi tukang numpang di negeri kalian sendiri kalau tidak berpikir besar.” Visi ini, atau grand why ini, sudah diajarkan, dan ia menegaskan, “Benar-benar, saya titipkan ini. Karena generasi yang seperti inilah (mahasiswa Universitas Ary Ginanjar) yang kita butuhkan.”
“Sangat banyak hal yang kita bisa kerjakan sama-sama. Karena kita tidak hanya berbicara konsep. Tetapi kita mau menghasilkan itu, menuju itu, mengerjakan itu.” Oleh karena itu, ia mendorong, “Mari kita langsung kerjakan saja apa yang kita bisa.”
Ia mengusulkan agar nilai-nilai koperasi yang sudah tertanam di alumni UAG dapat diimplementasikan langsung, seperti melalui penugasan satu semester di koperasi untuk mencari bentuk bisnis berskala ekonomi, sehingga tercipta jaringan usaha antar koperasi yang berskala besar.
Harapannya, Kooperasi Desa Merah Putih dapat menjadi alat untuk kesejahteraan dan ia menyatakan, “Ini bukan program tapi memang ini adalah gerakan nasional.” Pesannya singkat dan lugas mengenai implementasi: “Jangan ributin anggarannya dari mana karena kerja aja belum, mulai aja dulu.”
Terakhir, ia menutup dengan menegaskan peran sentral SDM. Kunci keberhasilan ada pada “Manusianya, pelakunya itu menjadi yang paling penting.” Sesuai harapan Presiden untuk pemerataan ekonomi dan kedaulatan, ia menyimpulkan bahwa generasi muda harus mengambil peran.
Secara bergantian dengan Menkop dan Destry Anna Sari, kini saatnya sesi Ary Ginanjar untuk berbicara. Ia mengatakan bahwa acara ini diselenggarakan untuk berbagi pemikiran strategis dan memberikan inspirasi bagi mahasiswa serta alumni ESQ dalam rangka mencapai Visi Indonesia Emas.
Ia menyambut baik konsep Koperasi Merah Putih yang dijelaskan oleh Menkop sebagai koperasi berbasis nilai dan spiritualitas, yang didukung penuh oleh UAG, EBS, dan FKA ESQ. Kehadiran Komjen Pol (Purn) Nanan Soekarna, Wakil Ketua Umum FKA ESQ, juga semakin memperkuat acara dengan membawa nilai-nilai 7 Budi Utama ESQ (Jujur, Tanggungjawab, Visioner, Disiplin, Kerjasama, Adil, Peduli).
Dalam sambutannya, Ary Ginanjar mengungkapkan kekagumannya terhadap Deputi Sari (Sapaan akrab dari Destry Anna Sari) yang semangat bicaranya mengingatkannya pada tokoh koperasi legendaris:
“Saya seolah melihat Pak Adi Sasono yang bicara….” Ia melihat misi yang pernah diusung Pak Adi Sasono yaitu Koperasi 165 kini seolah diteruskan melalui Koperasi Merah Putih, yang fokus pada ekonomi rakyat.

Setelah sambutan, kini saatnya sesi talkshow dengan beberapa pertanyaan dimulai. Untuk menjawab pertanyaan mengenai implementasi spiritualitas ke dalam langkah nyata, Ary Ginanjar menjelaskan metodologi pengajaran ESQ yang dikenal sebagai SKID (Spiritual, Kreativitas, Intelektual, Dampak).
Ia menjelaskan bahwa Spiritualitas (S) adalah nilai-nilai terdalam seperti kebersamaan, keadilan, dan kejujuran. Nilai ini harus diwujudkan melalui Kreativitas (K), yang kemudian menghasilkan bentuk nyata (Intelektualitas – I), dan akhirnya memberikan Dampak (D) kepada masyarakat.
“Spiritualitas itu bukan hanya untuk berzikir, spiritualitas itu diwujudkan dalam kreativitas, dalam intelektualitas, dan memberikan dampak.”
Ketika ditanya apa wujud nyata dari nilai-nilai spiritualitas tersebut, jawabannya lugas: “Ya Koperasi Merah Putih.” Koperasi Merah Putih adalah “koperasi spiritual” karena didasari oleh nilai kebersamaan dan keadilan, diwujudkan dalam konsep 165 (Ihsan, Iman, Islam), dan bertujuan mencapai kesejahteraan masyarakat.
Ary Ginanjar menimpali bahwa Koperasi Merah Putih adalah perwujudan dari semangat ekonomi kerakyatan yang merata, di mana “masyarakat menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.”
Ia mengingatkan bahwa visi harus memiliki alasan (misi), rambu-rambu (nilai yang dijaga oleh Kang Nanan dengan 7 Budi Utama), dan harus punya tubuh atau wadah (Koperasi misalnya).
Ia berharap Koperasi Merah Putih dapat menjadi program inkubasi yang masif bagi mahasiswa UAG dan EBS, yang mana “semuanya sudah jadi kenyataan, 80 ribu koperasinya semuanya sukses dan akhirnya Indonesia dimiliki oleh Indonesia sendiri dan tidak lagi pinjol-pinjol atau judol karena tinggal datang koperasi semua sudah selesai.”
Menutup pernyataannya, ia kembali menekankan bahwa visi Indonesia Emas 2045 dan visi berikutnya, Indonesia Atap Dunia 2085, harus terwujud.
Turut hadir dan menyimak, Rektor UAG, Dyah Utami dalam acara tersebut. Ia menanggapi ide kolaborasi Koperasi Merah Putih dengan menyatakan bahwa hal ini sangat memungkinkan untuk diwujudkan. Menurutnya, konsep tersebut dapat “Men-trigger adanya kolaborasi” yang berdampak positif melalui program pengabdian masyarakat kampus.
Ia melihat bahwa program pengabdian masyarakat yang rutin dilakukan setiap semester oleh dosen-dosen UAG dapat langsung diintegrasikan dengan gerakan koperasi. Rektor UAG menyatakan komitmennya untuk segera menindaklanjuti rencana ini:
“Ini udah bisa langsung dijalankan. Jadi nanti kita akan coba arrange untuk bisa kolaborasi dengan pengabdian masyarakat yang masih dosen-dosen lakukan. Untuk bisa combine, tap in ke koperasi untuk bisa kita memuatkan dalam rangka amar ma’ruf nahi munkarnya Pak Ary.”
Intinya, pihak universitas siap mengorkestrasi kegiatan akademik, khususnya pengabdian masyarakat, untuk berkolaborasi langsung dengan koperasi, menjadikan Koperasi Merah Putih sebagai wadah nyata bagi implementasi nilai-nilai kebaikan di masyarakat.
Selanjutnya, Dr. Aries Muftie, Ketua Dewan Pakar ESQ, yang turut serta dalam perhelatan itu mendukung visi Koperasi Merah Putih yang menyasar 82 ribu desa/wilayah.
Ia memberikan tantangan kepada UAG untuk membuat konsentrasi manajemen koperasi modern, karena seperti yang dicanangkan, koperasi harus fokus pada tujuh hal penting, salah satunya simpan pinjam, agar masyarakat tidak terjerat oleh pinjaman online (pinjol).
Aries Muftie memberikan contoh sukses dari Korea, yang kini dijadikan contoh oleh pemimpin negara, di mana koperasi memainkan peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan secara drastis.
Ia mengusulkan formula implementasi di Indonesia, di mana alumni UAG dengan konsentrasi manajemen koperasi akan memimpin (me-lead) desa-desa tersebut:
“10 mahasiswa dan 10 mahasiswi UAG itulah yang me-lead desa tersebut. Mengubah mindset-nya tadi menjadi growth mindset yang disebut sebagai grand why.”
Sekilas info, acara Bright Society Fest 2025 yang sukses ini didukung oleh Bimbel Mraza, UNOGAS, Nuska, dan KiLAPiNDONG.
Sebagai penutup acara, dilakukan penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba hingga jutaan rupiah. Bright Society Fest 2025 mengusung empat kategori lomba yang menantang peserta untuk berpikir kritis, berinovasi, dan menjunjung tinggi nilai-nilai karakter, di antaranya:
1. Business Case Competition (BCC): “Youth Innovation for Sustainable Future: Skill Today, Impact Tomorrow”
Tim Perguruan Tinggi:
– Juara 1 mahasiswa : Team Kansis – ITB
– Juara 2 mahasiswa : Team Bubadibako – Univ. Tarumanegara
– Best presentation : Team Pearl Essence – UAG
Tim SMA:
– Juara 1 : Team Bismillah (SMA Labschool Kebayoran)
– Juara 2 : Team Stella Nera (MAN Insan Cendekia Pekalongan)
– Best presentation : Team Bismillah (SMA Labschool Kebayoran)
2. Public Speaking Competition: “Privacy is a Human Right”
– Juara 1 : Malika Nur Salsabila (SMA 2 Kandangan)
– Juara 2 : Khayla Qisya Ariza (SMA Darut Tauhid Boarding School)
– Juara 3 : Iktram Arsyadussalam (SMA Muhammadiyah 3)
3. Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ)
– Juara 1 : Izroil Ahmed El Ghoroba (Ponpes Dzarratul Abrar)
– Juara 2 : Muhammad Adriano Pradipto (Al Andalus Internasional Islamic School)
– Juara 3 : Afnan (Ma’had Tahfidz Al Qur’an Nuroh)
4. Digital Poster Competition: “Bisnis Cerdas di Era 5.0: Digitalisasi UMKM”
– Juara 1 : Khansa Aqila (MAN 22 Jakarta Barat)
– Juara 2 : Zalaluddin (MAN 3 HSS Kalimantan Selatan)
– Juara 3 : Daffa Muhammad Riadi (Milbos)
(Red Irwan Hasiholan)













Komentar