Disusun Oleh: Nur Mahdania
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Harya Kuncara Wiralaga, S.E., M.Si
Mata Kuliah: Ekonomi Moneter
UNIVERSITAS: Universitas Negeri Jakarta
Tahun: 2025
PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir, pola konsumsi rumah tangga telah menunjukkan pergeseran yang semakin kuat ke arah konsumsi berbasis utang. Rumah tangga tidak lagi sepenuhnya bergantung pada pendapatan yang tersedia, melainkan memanfaatkan instrumen pembiayaan seperti kartu kredit, kredit tanpa agunan, hingga layanan buy now, pay later (BNPL) atau paylater. Perubahan ini mencerminkan transformasi perilaku ekonomi yang membawa implikasi langsung terhadap stabilitas makroekonomi dan efektivitas kebijakan moneter.
Konsumsi yang semakin didorong oleh pembiayaan kredit membuat kebijakan suku bunga menjadi lebih sensitif dalam memengaruhi aktivitas ekonomi. Dengan demikian, perubahan pola konsumsi berbasis utang tidak dapat dilepaskan dari peran bank sentral dalam menjaga keseimbangan antara pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
ISI
Perubahan Pola Konsumsi Berbasis Utang
Perkembangan teknologi keuangan telah mempercepat perubahan pola konsumsi melalui kemudahan akses kredit digital, khususnya layanan paylater. Kemudahan akses kredit digital seperti paylater mendorong peningkatan konsumsi jangka pendek, namun sering kali tidak disertai dengan perencanaan keuangan yang berkelanjutan. Perubahan ini menunjukkan bahwa konsumsi tidak lagi sepenuhnya mencerminkan kemampuan finansial aktual, tetapi juga ekspektasi rumah tangga terhadap pendapatan di masa depan.
Data Utang Paylater sebagai Bukti Konsumsi Berbasis Utang
Bukti data ekonomi menunjukkan bahwa utang paylater di Indonesia benar-benar tumbuh besar dalam konteks konsumsi masyarakat. Menurut OJK, hingga pertengahan 2025, total utang paylater di Indonesia mencapai sekitar Rp 31,55 triliun, menunjukkan bahwa layanan kredit konsumsi digital digunakan dalam jumlah besar oleh masyarakat sebagai bagian dari perilaku konsumsi.
Data lain menunjukkan bahwa utang paylater di perbankan mencapai lebih dari Rp 24 triliun dengan hampir 30 juta akun pengguna, menguatkan fakta bahwa paylater menjadi alat konsumsi yang dipilih oleh banyak rumah tangga. Kondisi ini memperlihatkan bahwa pinjaman paylater bukan sekadar angka kecil atau niche, tetapi sudah menjadi bagian signifikan dari pola konsumsi rumah tangga Indonesia.
Utang Rumah Tangga dan Respons terhadap Kebijakan Moneter
Struktur utang rumah tangga memengaruhi cara konsumsi merespons kebijakan moneter. Rumah tangga dengan tingkat utang tinggi cenderung lebih rentan terhadap perubahan suku bunga. Rumah tangga dengan rasio utang terhadap pendapatan yang tinggi lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga bank sentral, sehingga kenaikan suku bunga mendorong penurunan konsumsi yang lebih tajam dibandingkan rumah tangga dengan tingkat utang yang lebih rendah.
Kondisi ini mempertegas bahwa utang rumah tangga berperan sebagai saluran utama dalam transmisi kebijakan moneter ke sektor riil.
Kenaikan Suku Bunga dan Utang Berbunga Variabel
Dampak kebijakan moneter menjadi semakin kuat pada rumah tangga yang memiliki utang dengan tingkat bunga variabel. Kenaikan suku bunga terbukti menekan konsumsi, terutama pada kelompok masyarakat yang memiliki kewajiban utang dengan tingkat bunga yang dapat berubah. Hal ini menyebabkan kebijakan moneter tidak berdampak seragam, melainkan sangat bergantung pada struktur utang rumah tangga.
Implikasi terhadap Kebijakan Moneter
Meningkatnya konsumsi berbasis utang mengubah cara kebijakan moneter bekerja dalam perekonomian. Tingginya tingkat utang rumah tangga memperkuat dampak pengetatan kebijakan moneter terhadap konsumsi masyarakat. Dengan demikian, kebijakan suku bunga menjadi instrumen yang lebih kuat sekaligus lebih berisiko jika tidak diimbangi dengan kebijakan pendukung lainnya.
Rekomendasi Kebijakan dalam Menghadapi Konsumsi Berbasis Utang
1. Penguatan Kebijakan Makroprudensial
Kebijakan makroprudensial diperlukan untuk menahan pertumbuhan utang rumah tangga yang berlebihan dan mengurangi risiko sistemik dalam perekonomian.
2. Pengawasan Kredit Konsumsi Digital
Pertumbuhan pesat kredit konsumsi digital memerlukan pengawasan yang memadai agar tidak mengganggu stabilitas keuangan dan melemahkan efektivitas kebijakan moneter.
3. Pendekatan Kebijakan Moneter Berbasis Distribusi
Dampak kebijakan moneter berbeda antar rumah tangga, tergantung pada posisi neraca keuangan dan struktur utang yang dimiliki.
4. Penguatan Literasi Keuangan
Peningkatan literasi keuangan membantu masyarakat mengambil keputusan konsumsi dan utang secara lebih rasional dan berkelanjutan.
PENUTUP
Data dan penelitian menunjukkan bahwa utang berbasis BNPL atau paylater benar-benar menjadi alat konsumsi masyarakat, bukan sekadar opsi pembayaran. Nilai total utang paylater yang mencapai puluhan triliun rupiah menegaskan bahwa bentuk utang ini memiliki dampak nyata pada perilaku konsumsi dan pada respons kebijakan moneter.
Dalam menghadapi kondisi ini, bank sentral dan regulator perlu menyusun strategi kebijakan yang tidak hanya berbasis suku bunga, tetapi juga makroprudensial, regulasi fintech, dan program literasi keuangan untuk menjaga stabilitas ekonomi sekaligus keberlanjutan konsumsi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Otoritas Jasa Keuangan. (2025). Statistik Pembiayaan Konsumen Digital. Jakarta: OJK.
Bank Indonesia. (2025). Laporan Stabilitas Sistem Keuangan. Jakarta: Bank Indonesia.
Nur Mahdania. (2025). Perubahan Pola Konsumsi Berbasis Utang. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.










Komentar