Tasikmalaya, 29 Oktober 2025 — Pemerintah desa kini menjadi garda terdepan pelayanan publik. Sebagai representasi pemerintahan paling dekat dengan masyarakat, desa memegang peran vital dalam menjalankan program pembangunan nasional. Dukungan dana desa dari pemerintah pusat menjadi penggerak utama bagi kemajuan berbagai sektor di tingkat lokal. Namun, keberhasilan itu tentu tak lepas dari tata kelola pemerintahan desa yang baik dan profesional—yang tidak hanya bergantung pada kepala desa, tetapi juga pada perangkat kunci seperti sekretaris desa (sekdes).
Di tengah kompleksitas tugas dan tanggung jawab pemerintahan desa, Jeni Apriansyah, S.Sos., Sekretaris Desa Sepatnunggal, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, menjadi sosok yang menonjol karena dedikasi dan konsistensinya. Selama hampir tujuh tahun mengemban amanah sebagai sekdes, Jeni dikenal sebagai figur yang teliti, disiplin, dan teguh menjaga prinsip transparansi administrasi desa.
“Saya hanya ingin menjadi bagian kecil yang bermanfaat bagi masyarakat desa. Dedikasi saya melengkapi keputusan dan kebijakan kepala desa dalam tatanan administrasi,” tutur Jeni dengan nada rendah hati.
Sebelum menjabat sekdes, Jeni memulai kariernya di pemerintahan desa sebagai Kepala Seksi Pemerintahan. Pengalaman itu membentuk karakter kepemimpinannya yang matang dan berorientasi pelayanan. Ia memahami betul pentingnya sistem administrasi yang rapi, laporan keuangan yang akuntabel, serta koordinasi antarlembaga desa yang solid.
Sebagai “panglima administrasi”, Jeni tidak hanya mengurusi dokumen, melainkan memastikan seluruh proses pemerintahan berjalan sesuai aturan. Ia menjadi penghubung antara kepala desa, perangkat desa, dan masyarakat. Ketika kebijakan harus diterjemahkan menjadi tindakan administratif, tangan dingin Jeni selalu hadir menjaga keseimbangan.
Suami dari Nanin Yulia ini juga dikenal dekat dengan masyarakat. Ia memahami dinamika sosial dan kemajemukan warga Sepatnunggal. Meski dihadapkan pada berbagai polemik di lapangan, Jeni tetap tenang dan mengedepankan komunikasi sebagai jalan penyelesaian.
Harapannya sederhana namun besar: menjadikan Desa Sepatnunggal sebagai desa yang maju, mandiri, dan memiliki ekonomi pertanian berkelanjutan. Ia percaya kemajuan desa tidak hanya diukur dari pembangunan fisik, tetapi juga dari tumbuhnya kesadaran kolektif masyarakat dalam mengelola potensi wilayahnya.

“Mohon doa dan dukungan, semoga saya mampu mengemban tugas berat namun indah ini. Kami bukan apa-apa tanpa kepentingan masyarakat,” ujarnya menutup perbincangan.
Dedikasi seperti yang ditunjukkan oleh Jeni Apriansyah menjadi cermin semangat baru bagi aparatur desa di seluruh Indonesia—bahwa membangun desa bukan hanya soal kebijakan, melainkan juga tentang keikhlasan melayani.(Ipung)













Komentar