Penggunaan Gas Airmata di Stadion Kanjuruhan Menuai Kritik, Gus Huda: PSSI dan Polri Harus Bertanggungjawab

Kota Bekasi, MPN
Laga derby antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya yang berlangsung Sabtu (1/10) di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, menyisakan duka bagi dunia sepakbola Tanah Air. Tercatat 127 orang meninggal dunia akibat kerusuhan yang terjadi setelah pertandingan berakhir dengan skor 3:2 untuk kemenangan Persebaya Surabaya.

Pasca-kerusuhan tersebut, banyak pihak yang lantas menyoroti penggunaan gas airmata oleh aparat kepolisian saat membubarkan suporter. Penggunaan gas airmata ini justru dinilai menambah kepanikan dalam kerusuhan tersebut.

Kritik tajam dilontarkan Huda Sulistio selaku Ketua DPP Himpunan Pengusaha Kosgoro 1957. Menurut dia, kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan telah melahirkan duka mendalam bagi dunia persepakbolaan Indonesia.

“Sepakbola Indonesia kini berduka. Semangat membangun prestasi olahraga yang digaungkan para petinggi olahraga seketika menjadi sebuah catatan buruk yang pastinya akan sulit terhapus begitu saja,” ungkap Huda Sulistio saat memberikan komentarnya, Minggu (2/10).

Lebih lanjut, lelaki yang akrab disapa Gus Huda ini menyesalkan adanya penggunaan gas airmata oleh aparat kepolisian saat membubarkan suporter di dalam Stadion Kanjuruhan. “Sudah pasti akibat tembakan gas airmata dari pihak kepolisian, banyak penonton yang sulit bernapas dan pingsan, lalu kkorban terinjak-injak di sekitar Stadion Kanjuruhan,” tegas Gus Huda yang juga menjabat Ketua Umum Perkumpulan Pedangan Kaki Lima dan Angkutan Barang (PPKL-AB) Se-Indonesia ini.

Gus Huda kembali mengingatkan regulasi FIFA terkait keselamatan dan keamanan stadion yang melarang penggunaan gas airmata. “Itu tercantum dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations pada pasal 19 huruf b yang menyebutkan bahwa sama sekali tidak diperbolehkan mempergunakan senjata api atau gas pengendali massa. Masa sih PSSI dan Polri tidak mengetahui aturan tersebut,” ungkapnya.

Huda lalu berpendapat terkait jatuhnya banyak korban dalam kerusuhan pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya merupakan tanggungjawab PSSI dan Polri. “Tidak ada sepakbola seharga nyawa manusia karena nyawa manusia lebih berarti daripada pertandingan sepakbola mana pun,” imbuh dia.

Kejadian ini, menurut Huda, menjadi momentum bagi PSSI dan Polri dalam melakukan evaluasi kembali terkait sistem keselamatan dan keamanan stadion olahraga. “Tinjau kembali keberadaan PSSI sebagai lembaga persepakbolaan satu-satunya di Indonesia, apakah masih layak atau tidak? Kalau merasa masih layak, ya haruw ikuti seluruh regulasi FIFA dong,” pungkasnya.

Tak lupa, Huda lalu menyampaikan ucapan duka mendalam kepada seluruh keluarga korban. “Seluruh rakyat Indonesia, terutama masyarakat pecinta olahraga sepakbola tentu berharap tragedi seperti ini merupakan yang terakhir kalinya dan tak akan terulang lagi di Tanah Air,” pungkasnya. (Mul)


Klik Logo Diatas
Streaming 100.3FM Radio Elgangga

Siapakah Calon Walikota Bekasi 2024? Polling Diselenggarakan Oleh mediapatriot.co.id

View Results

Loading ... Loading ...


Baca Juga Berita Terbaru Hari Ini Seputar Politik, Pendidikan, Ekonomi, Bisnis, Sosial, Budaya, Pertahanan, Keamanan, Luar Negeri dan Dalam Negeri



Promosi Produk Harga Murah dengan Diskon Besar Hanya di Media kami Hubungi Bagian Promosi & Iklan mediapatriot.co.id KLIK DISINI


Posting Terkait

Jangan Lewatkan