BAB 2
Membenci Calon Istri (Masa Kecil Sultan Ciganjur)
Ade kecil tidak pernah menyangka bahwa seorang bocah perempuan yang paling ia benci, suatu hari akan menjadi pendamping hidupnya. Bahkan nama gadis itu saja sudah membuatnya jengkelβbukan karena apa-apa, tapi karena satu peristiwa kecil yang menancap di benaknya begitu dalam: kaleci yang diacak-acak.
Di kampung, kaleci bukan sekadar permainan. Itu adalah harga diri. Pertandingan antara anak laki-laki yang saling menunjukkan keterampilan menembak kelereng dari jarak jauh. Ade, dengan tangan kecilnya yang gesit, adalah salah satu jagoan kaleci di lingkungan itu.
βWaktu itu aku baru saja menang main kaleci. Kelerengku banyak. Rasanya jadi raja,β ujar Ade dalam satu wawancara tertulis yang ia tulis sendiri.
Tapi keceriaan itu sirna seketika. Seorang bocah perempuan tiba-tiba datang, menghampiri arena permainan dengan ekspresi kesal. Tanpa bicara sepatah kata pun, ia menginjak, menyapu, dan membuat kelereng itu berserakan.
βSiapa kamu?!β Ade berteriak waktu itu. Tapi si gadis hanya melirik sekilas dan pergi begitu saja.
Itulah pertama kalinya Ade merasa benar-benar marah kepada perempuan. Dan nama gadis itu adalah Mariyah.
Ade membawa kemarahan itu bertahun-tahun. Setiap kali melihat Mariyah, hatinya mendidih. Tapi ia tak pernah tahu alasan di balik tindakan itu. Sampai suatu hari, belasan tahun kemudian, ketika waktu mulai dewasa dan mereka telah saling mengenal lebih jauh, Mariyah berkata dengan suara lirih, βWaktu itu aku sedang marah… bukan sama kamu. Tapi ke adikku, Diwa. Aku enggak tahu harus nyalurin ke mana. Maaf ya.β
βKata maaf itu seperti membongkar tembok waktu. Aku yang tadinya membenci, tiba-tiba merasa… kasihan.β β Catatan harian Ade.
Hubungan mereka mulai berubah perlahan. Dari saling cuek, menjadi teman masa remaja. Lalu takdir berbicara lebih jauh. Pada tanggal 10 Agustus 1997, Ade resmi menikah dengan Mariyah, perempuan yang dulu pernah ia benci karena kaleci. Mahar yang diberikan bukan main-main: 30 gram emas.
Pernikahan mereka tidak hanya menjadi penyatuan dua hati, tapi juga dua sejarah kecil yang membentuk arah masa depan. Ade, yang kelak dijuluki Sultan Ciganjur, tidak hanya sukses di dunia media dan entertainment, tetapi juga menjadi suami setia dan ayah dari anak-anak yang cerdas dan penuh harapan.
Semua berawal dari permainan kaleci dan luka kecil di masa kanak-kanak. Siapa sangka, musuh kecil itulah cinta sejati yang selama ini disiapkan Tuhan.
Begitulah takdir bekerja. Kadang lewat kemarahan masa kecil, Tuhan sedang menyembunyikan cinta besar untuk masa depan.
Catatan Penulis:
Semua nama dalam kisah ini telah disamarkan demi menjaga privasi pribadi dan keluarga tokoh utama. Nama βMariyahβ digunakan sebagai bentuk perlindungan identitas dan untuk kebutuhan alur cerita di platform publik. Namun kisah ini berdasarkan peristiwa nyata yang membekas dan memberi pelajaran tentang cinta, luka masa kecil, dan takdir yang bekerja di luar dugaan.