Awal Agustus 2025, jagat kuliner dunia dihebohkan oleh kabar dari Amerika Serikat. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengumumkan adanya temuan zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137) dalam sejumlah produk udang beku asal Indonesia. Kabar itu cepat menyebar, memunculkan tanya: bagaimana mungkin udang yang dibesarkan di tambak tenang bisa terpapar zat radioaktif?
Di dalam negeri, pemerintah langsung bergerak. Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan bahwa ekspor udang Indonesia ke AS tetap aman. Dari ribuan kontainer yang dikirim, hanya empat kontainer yang terindikasi bermasalah. “Selebihnya berjalan normal,” ujarnya. Penjelasan ini menenangkan, karena udang adalah komoditas ekspor unggulan yang menopang devisa sekaligus kehidupan jutaan nelayan dan petambak.
Penyelidikan Lintas Lembaga
Tak ingin menunda, pemerintah membentuk tim lintas lembaga. Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir), ORTN BRIN, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan segera menyelidiki sumber kontaminasi. Hasil awal cukup mengejutkan: dugaan kuat mengarah bukan ke tambak atau laut, melainkan ke aktivitas industri logam di sekitar pabrik pengolahan. Limbah besi tua atau scrap metal yang tercemar Cs-137 diduga ikut masuk ke rantai produksi—entah melalui peralatan, bahan tambahan, atau media lain.
Untuk memperkuat investigasi, IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional) ikut turun tangan. Kolaborasi ini penting, sebab isu radioaktif selalu menjadi perhatian dunia. Hasil pengukuran menunjukkan level Cs-137 sekitar 68 Bq/kg. Angka ini sebenarnya jauh di bawah batas aman internasional (1.200 Bq/kg menurut standar Codex Alimentarius). Meski begitu, FDA tetap memilih jalan aman dengan menarik (recall) produk dari pasar.
Apa Itu Cs-137?
Sedikit teori diperlukan untuk memahami isu ini. Cesium-137 adalah isotop radioaktif yang terbentuk dari reaksi fisi nuklir, misalnya pada reaktor atau ledakan nuklir. Ia memiliki waktu paruh sekitar 30 tahun, artinya butuh waktu lama untuk benar-benar hilang dari lingkungan.
Dalam jumlah besar, Cs-137 bisa berbahaya bagi tubuh manusia karena sifatnya yang bisa menggantikan kalium, masuk ke jaringan otot, dan meningkatkan risiko kanker jika terpapar terus-menerus.
Namun, dalam kasus udang Indonesia, kadar yang ditemukan masih sangat rendah. Menurut peneliti pangan dan radiasi, Dr. Rina Kusuma:
“Paparan pada level itu tidak menimbulkan bahaya jangka pendek. Tapi pengawasan tetap perlu, karena akumulasi dalam jangka panjang bisa menimbulkan risiko.”
Dampak di Pasar Amerika
Recall yang dilakukan FDA berdampak luas. Produk udang dengan merek Great Value (Walmart), Kroger Mercado, hingga AquaStar ikut ditarik dari rak supermarket. Puluhan ribu kantong udang beku dikembalikan. Amerika bahkan menerbitkan import alert khusus terhadap perusahaan eksportir terkait, BMS Foods. Artinya, selama investigasi belum tuntas, pengiriman baru dari perusahaan ini tidak bisa masuk pasar AS.
Di Senat Amerika, isu ini juga menjadi bahan diskusi panas. Seorang senator bahkan bersuara keras agar pengawasan impor makanan laut lebih ketat, meski dengan gaya agak satir:
“Kalau makan udang radioaktif, mungkin telinga Anda akan tumbuh ekstra.”
Meski terdengar berlebihan, pernyataan ini menunjukkan betapa seriusnya negara tujuan ekspor dalam mengawasi produk pangan.
Belajar dari Kasus Ini
Bagi Indonesia, kasus ini memberi sejumlah pelajaran penting:
- Ketertelusuran produk sangat krusial. Dengan sistem yang rapi, sumber masalah bisa cepat diidentifikasi dan dicegah penyebarannya.
- Industri harus makin berhati-hati. Pabrik pengolahan harus memastikan peralatan dan bahan pendukung bebas dari risiko kontaminasi.
- Kolaborasi internasional wajib dijaga. Dengan melibatkan IAEA dan FDA, Indonesia menunjukkan keterbukaan dan komitmen menjaga kepercayaan global.
Bagaimana dengan masyarakat Indonesia? Kabar baiknya, produk udang untuk pasar lokal aman dikonsumsi. Kontaminasi hanya ditemukan pada batch tertentu yang ditujukan untuk ekspor. Pemerintah kini memperketat uji radiasi pada semua lini—mulai dari tambak, pengolahan, hingga logistik. Kawasan industri logam juga diawasi ketat, agar scrap metal tercemar radioaktif tidak lagi masuk ke rantai pasok.
Kasus Cs-137 pada udang beku memang sempat menghebohkan, tetapi sekaligus menunjukkan kesiapan Indonesia menghadapi tantangan global. Dengan langkah cepat, transparansi informasi, dan kerja sama lintas lembaga, kepercayaan internasional tetap bisa dijaga.
Di balik riuhnya pemberitaan, ada pesan positif: Indonesia belajar untuk lebih sigap, lebih transparan, dan lebih peduli terhadap keamanan pangan. Udang Indonesia tetap menjadi kebanggaan dan primadona di meja makan dunia, dengan catatan bahwa setiap pihak—dari petambak hingga regulator—harus bersama-sama menjaga mutu dan keamanan produk.
Daftar Pustaka
- Associated Press. (2025, 22 Agustus). More frozen shrimp recalled for possible radioactive contamination. AP News. Diakses dari apnews.com
- U.S. Food and Drug Administration (FDA). (2025, 21 Agustus). Southwind Foods LLC recalls frozen shrimp because of possible health risk. Diakses dari fda.gov
- Times of India. (2025, 2 September). US FDA extends radioactive shrimp recall: More brands added to warning list. Diakses dari timesofindia.indiatimes.com
Komentar