TEGAL, Media Patriot Nasional – Suasana Pantai Alam Indah (PAI), ikon wisata Kota Tegal, akhir pekan ini menjadi berbeda. Komunitas Kampung Seni Tegal kembali menghadirkan pertunjukan budaya bertajuk “Sampak Tegal di Kampung Seni” yang menarik perhatian publik.

Pagelaran tersebut tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi ruang refleksi bagi masyarakat tentang tradisi lokal yang masih bertahan di tengah gempuran modernitas. Ketua panitia sekaligus pengelola Kampung Seni Tegal, Saiful Mukmin, menjelaskan bahwa acara kali ini sengaja mengangkat tradisi Tumplek Konjen, sebuah kearifan lokal yang hidup di masyarakat pedesaan sekitar Tegal.
“Tumplek Konjen itu maknanya apabila ada pengantin yang merupakan anak terakhir (bontot) menemukan jodohnya yang juga sama-sama bontot, maka acara pernikahan wajib menggelar ritual ini. Bentuknya berupa saweran dari para tamu undangan yang hadir. Uang saweran itu dimaksudkan sebagai tambahan modal usaha bagi pasangan pengantin dalam mengarungi kehidupan rumah tangga,” ujar Saiful saat berbincang sebelum pentas dimulai.
Makna Saweran sebagai Modal Awal
Tradisi Tumplek Konjen bukan sekadar prosesi simbolis, melainkan bentuk nyata gotong royong masyarakat desa. Dalam praktiknya, para tamu yang hadir di pesta pernikahan memberikan saweran seikhlasnya. Uang yang terkumpul dipersembahkan kepada kedua mempelai sebagai bekal awal membangun rumah tangga.
Abis Sabariah, salah seorang pendukung pagelaran, menambahkan bahwa tradisi ini tidak hanya berlaku bagi pasangan sesama anak bontot. “Saweran ini juga bisa diperuntukkan bagi pasangan pengantin yang lahir sulung dan berjodoh dengan gadis bungsu. Jadi sifatnya lebih luas, intinya membantu pasangan pengantin memulai kehidupan dengan dukungan moral sekaligus materi,” katanya.
Menurut Abis, tradisi tersebut telah berlangsung turun-temurun. “Sejak saya kecil, Tumplek Konjen selalu ada di kampung. Tidak ada batasan jumlah saweran, semuanya seikhlas hati. Hasilnya disebut mawiti, yakni modal awal untuk membangun ekonomi keluarga,” tuturnya.
Ruang Apresiasi Budaya
Kampung Seni Tegal yang berdiri di kawasan wisata Pantai Alam Indah sejak puluhan tahun lalu memang dikenal konsisten menghadirkan berbagai karya seni tradisi. Pagelaran Sampak Tegal kali ini menjadi bukti nyata komitmen komunitas untuk melestarikan nilai budaya lokal.
Saiful Mukmin menegaskan, pihaknya ingin menjadikan Kampung Seni bukan hanya sebagai pusat hiburan, tetapi juga sebagai ruang apresiasi budaya. “Generasi muda perlu dikenalkan dengan tradisi ini, supaya tidak hilang ditelan zaman. Seni bukan sekadar tontonan, melainkan juga tuntunan untuk memperkuat identitas lokal,” katanya.
Menjaga Kearifan Lokal di Kota Bahari
Kota Tegal yang dikenal sebagai Kota Bahari, selama ini menjadi persinggahan berbagai budaya. Namun, tradisi lokal seperti Tumplek Konjen menunjukkan bahwa kearifan desa tetap mampu bertahan. Kehadiran acara di Kampung Seni menjadi pengingat bahwa nilai-nilai gotong royong masih relevan dalam kehidupan modern.
“Tradisi adalah akar kita. Kalau akar hilang, pohon akan mudah tumbang. Dengan menjaga tradisi seperti ini, kita menjaga jati diri masyarakat Tegal,” pungkas Saiful.
Dengan semaraknya pagelaran Sampak Tegal di Kampung Seni, Pantai Alam Indah tidak hanya menawarkan panorama laut, tetapi juga kekayaan budaya yang patut dibanggakan.(NurDibyo)












