Penulis: Zidan Tardian Putra
Dosen Pengampu: Tania Ardiani Saleh, Dra., M.S.
Abstrak
Perkembangan digitalisasi membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Salah satu fenomena digital yang kini marak adalah konsumsi konten brainrot, yaitu video pendek absurd yang bersifat repetitif dan menghibur secara instan. Meskipun terlihat sepele, konten brainrot memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan kognitif dan kesehatan mental anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh brainrot terhadap kesehatan mental anak, meliputi aspek konsentrasi, emosi, pola tidur, serta kecenderungan kecanduan. Kajian literatur dan analisis fenomena menunjukkan bahwa brainrot dapat menurunkan kemampuan konsentrasi, membuat emosi anak tidak stabil, meningkatkan kecemasan (FOMO), menyebabkan gangguan tidur, serta menimbulkan kecanduan dopamin. Artikel ini juga menawarkan langkah-langkah preventif yang dapat dilakukan orang tua, seperti pengawasan digital, komunikasi terbuka, pembatasan konten, dorongan aktivitas non-gadget, serta keteladanan dari orang tua.
Pendahuluan
Era digital membawa dampak besar bagi semua kalangan, termasuk anak-anak. Media sosial kini menjadi salah satu platform utama yang memengaruhi perilaku, pola pikir, bahkan kesehatan mental mereka. Dengan algoritma yang memungkinkan anak mengakses berbagai jenis konten tanpa batas, kontrol orang tua menjadi semakin penting.
Fenomena brainrot muncul sebagai salah satu bentuk konten yang populer di kalangan anak-anak dan remaja. Istilah ini secara harfiah berarti “pembusukan otak” dan digunakan untuk menggambarkan kondisi penurunan fungsi kognitif akibat konsumsi berlebihan video pendek absurd. Konten ini umumnya bersifat repetitif, instan, dan menghadirkan karakter fiksi yang disebut anomali.
Meski terlihat sekadar hiburan, konsumsi brainrot secara berlebihan dapat menimbulkan masalah serius, termasuk menurunnya konsentrasi, ketidakstabilan emosi, gangguan tidur, hingga munculnya kecemasan berlebihan karena takut tertinggal tren (FOMO). Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh brainrot pada kesehatan mental anak serta menawarkan strategi pencegahan yang dapat dilakukan orang tua.
Dampak Brainrot pada Kesehatan Mental Anak
- Penurunan Konsentrasi
Algoritma media sosial merancang konten berdurasi singkat (15ā60 detik) untuk mempertahankan perhatian pengguna. Akibatnya, anak terbiasa menerima informasi cepat tanpa proses berpikir mendalam. Hal ini melemahkan attention span sehingga mereka mudah bosan dan kesulitan fokus dalam kegiatan akademik.
- Emosi yang Tidak Stabil
Ketika anak terbiasa mengonsumsi brainrot, kecenderungan kecanduan meningkat. Jika akses dihentikan, anak sering menunjukkan tantrum atau ledakan emosi. Kondisi ini menandakan adanya gangguan regulasi emosi yang berdampak pada hubungan sosial maupun akademis.
- Meningkatkan Kecemasan dan FOMO
Tren brainrot terus berganti. Anak yang terlibat di dalamnya sering merasa harus selalu online agar tidak tertinggal. Rasa takut ketinggalan tren (Fear of Missing Out) memicu kecemasan, stres, hingga menurunkan rasa percaya diri.
- Gangguan Pola Tidur
Kebiasaan scrolling konten pada malam hari berdampak pada kualitas tidur anak. Paparan cahaya biru menekan hormon melatonin yang berfungsi mengatur tidur. Kurang tidur diketahui sebagai faktor risiko utama munculnya depresi, kecemasan, dan emosi yang labil.
- Kecanduan Dopamin
Setiap konten yang muncul memberikan suntikan dopamin sesaat. Otak anak menjadi terbiasa dengan stimulasi cepat ini sehingga memunculkan kecanduan. Ketika tidak ada rangsangan digital, anak merasa kosong, bosan, bahkan gelisah.
Strategi Mengurangi Dampak Brainrot
- Gunakan fitur pengawasan orang tua
Mengontrol durasi, jenis, dan waktu penggunaan gadget dengan fitur parental control dapat membantu membatasi konsumsi brainrot. - Bangun komunikasi terbuka
Diskusi tentang tren yang sedang mereka ikuti lebih efektif daripada melarang secara sepihak. Anak merasa dihargai sehingga lebih mudah diarahkan. - Terapkan batasan konten dan screen time
Misalnya, tidak ada gadget saat makan, belajar, atau sebelum tidur. Area bebas gadget seperti kamar tidur juga sangat dianjurkan. - Dorong aktivitas non-gadget
Olahraga, seni, membaca, atau bermain di alam membantu menyeimbangkan kebutuhan dopamin alami anak. - Jadi teladan yang baik
Orang tua perlu memberi contoh dengan mengatur screen time mereka sendiri. Konsistensi perilaku orang tua menjadi kunci keberhasilan.
Kesimpulan
Fenomena brainrot bukan sekadar tren hiburan, melainkan ancaman nyata terhadap kesehatan mental anak. Dampak negatif yang muncul meliputi penurunan konsentrasi, ketidakstabilan emosi, meningkatnya kecemasan (FOMO), gangguan tidur, hingga kecanduan dopamin. Oleh karena itu, orang tua perlu mengambil langkah preventif melalui pengawasan, komunikasi terbuka, pembatasan konten, dorongan kegiatan positif, serta menjadi teladan dalam penggunaan gadget. Dengan pendekatan yang bijak, dampak buruk brainrot dapat diminimalisasi sehingga anak tetap tumbuh sehat secara mental di era digital.
Daftar Pustaka
Aribowo, P., & Bagaskara, M. I. (2025). Dampak Penggunaan Media Sosial “Brain Rot” terhadap Kesehatan Mental Remaja. Jurnal Sosial Teknologi, 5(3), 350ā357. https://doi.org/10.59188/jurnalsostech.v5i3.32020
Bayu Suseno, S.Psi., M.Psi., Psikolog. (2024). Dosen Psikologi UMS: Waspadai Dampak āBrain Rotā pada Kesehatan Mental di Era Digital. Universitas Muhammadiyah Surakarta. https://news.ums.ac.id/id/12/2024/dosen-psikologi-ums-waspadai-dampak-brain-rot-pada-kesehatan-mental-di-era-digital/
Situmorang, B. (2025). Brain Rot dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental. Green Network Indonesia. https://greennetwork.id/unggulan/brain-rot-dan-dampaknya-terhadap-kesehatan-mental/