BOJONEGORO — Suasana meriah konser Pesta Rakyat Jawa Timur di Padangan, Bojonegoro, Jumat (3/10/2025) malam, berubah menjadi kepanikan. Di tengah penampilan grup musik Guyon Waton dan Jono Joni yang menarik ribuan penonton, sejumlah pengunjung kehilangan ponsel dan dompet. Polisi menduga aksi pencopetan dilakukan secara terorganisasi dengan menggunakan modus lama: “memepet korban” di tengah kerumunan.
Keterangan awal yang dihimpun dari sejumlah saksi dan unggahan warganet menunjukkan, peristiwa bermula saat konser memasuki lagu-lagu puncak. Di antara kerumunan yang padat, muncul kepanikan setelah terdengar suara petasan atau letupan keras. Banyak penonton berlarian, sementara di saat bersamaan sejumlah warga baru menyadari barang berharganya raib.
Akun media sosial @zizin_99 menyebut kejadian ini mirip dengan pola yang pernah terjadi di konser lain. “Pelaku biasanya bikin gaduh dulu biar orang panik, baru mulai nyopet,” tulisnya. Kesaksian ini diperkuat oleh unggahan @rorona_eko, yang menulis bahwa kronologi di Padangan kali ini identik dengan insiden pada konser Didi Kempot beberapa tahun silam di lokasi yang sama.
“Kronologinya sama, tiba-tiba ada petasan nyala, orang-orang panik, terus baru sadar HP dan dompet ilang,” tulisnya.
Dari kesaksian tersebut, muncul dugaan kuat bahwa aksi tersebut dilakukan oleh komplotan yang memiliki peran masing-masing. Satu kelompok bertugas memicu kepanikan dengan menciptakan suara ledakan atau dorongan dalam kerumunan, sedangkan kelompok lain memanfaatkan momen itu untuk mendekati korban dan mengambil barang berharga.
Kepolisian setempat hingga Sabtu pagi masih menghimpun laporan kehilangan dari masyarakat dan melakukan identifikasi lewat rekaman kamera pengawas di sekitar lokasi acara. “Kami masih memeriksa sejumlah saksi dan menelusuri pola pergerakan pelaku di area konser,” ujar seorang petugas yang enggan disebut namanya.
Peristiwa ini menambah daftar panjang kasus pencopetan di konser musik terbuka yang dihadiri massa besar. Para pengunjung diimbau untuk lebih waspada, terutama saat berada dalam kerumunan padat. Panitia penyelenggara juga diharapkan menambah pengamanan dan memastikan koordinasi yang lebih ketat dengan aparat kepolisian.
Kehadiran hiburan rakyat seharusnya menjadi ruang ekspresi dan kegembiraan bersama. Namun tanpa pengawasan dan kewaspadaan, ruang itu mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang mencari kesempatan di tengah keramaian.
Dengan meningkatnya frekuensi acara musik di berbagai daerah, kewaspadaan kolektif menjadi penting agar panggung hiburan tetap aman, tertib, dan menjadi tempat warga menikmati kebersamaan—bukan justru kehilangan barang berharga di tengah keriuhan.(Nr)