TRENGGALEK — Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SMP Negeri 5 Trenggalek menuai kritik dari sejumlah wali murid. Pada Jumat (3/10/2025), distribusi makanan dinilai terlambat hingga mengganggu jadwal kepulangan siswa.
Endah, salah satu wali murid, menyebut seharusnya makanan tiba sekitar pukul 09.00 WIB. Namun, hingga waktu pulang sekolah, kiriman belum juga datang.
“Anaknya seharusnya sudah pulang, tapi pihak sekolah menahan dulu karena menunggu makan gratisnya. Wali murid juga ikut menunggu di pinggir jalan dalam kondisi tidak jelas,” ujar Endah dengan nada kecewa.
Akibat keterlambatan itu, sejumlah siswa diminta tetap berada di sekolah hingga makanan datang, bahkan menjelang waktu salat Jumat. Wali murid menilai kondisi tersebut tidak semestinya terjadi pada program nasional yang bertujuan meningkatkan gizi anak sekolah.
Dalam video yang beredar, tampak puluhan orang tua berdiri di bawah terik matahari menunggu anak-anak mereka keluar dari sekolah. “Kasihan orang tua, pada menanti. Anak-anaknya suruh jumatan, tapi disuruh nunggu MBG-nya,” kata perekam video.
Pihak dapur mitra Yayasan Peduli Indonesia di Desa Karangsoko, melalui pengelolanya, Ibu Ana, mengakui adanya keterlambatan. Menurutnya, mobil pengantar sempat digunakan untuk mengambil wadah makanan dari lokasi lain.
“Masih perlu evaluasi lagi, baru dua hari berjalan, jadi masih belum terbiasa, masih belajar,” ujar Ana.
Namun, alasan tersebut justru memunculkan pertanyaan soal profesionalisme dapur penyedia makanan. Penggunaan kendaraan yang tidak efisien dinilai menunjukkan lemahnya manajemen dan kesiapan operasional.
Program MBG sendiri merupakan kebijakan pemerintah pusat untuk memastikan anak sekolah mendapatkan asupan gizi yang cukup dan teratur. Keterlambatan distribusi dinilai mencederai tujuan utama program tersebut.
“Program ini bagus, tapi kalau dapurnya tidak siap dan tidak disiplin, justru merugikan anak-anak. Mereka yang jadi korban,” kata seorang wali murid lainnya.
Para orang tua berharap pihak dapur segera berbenah agar distribusi berikutnya lebih tepat waktu dan tidak mengganggu aktivitas belajar maupun ibadah siswa.
“Kalau ini terus terjadi, program yang seharusnya menyehatkan malah jadi masalah baru,” pungkas salah satu wali murid.
(SC)











