Jakarta, MediaPatriot.co.id – 1 November 2025 — Pura Aditya Jaya Rawamangun menjadi saksi berlangsungnya acara 2R: Ruang Riung – Dialog Seni Kontemporer, yang menghadirkan suasana penuh makna tentang keberagaman, kebijaksanaan, dan kolaborasi lintas agama. Kegiatan ini menjadi ruang perjumpaan antara dunia seni dan dialog sosial, menghadirkan tokoh-tokoh lintas lembaga keagamaan dan pendidikan yang menekankan pentingnya harmoni dalam perbedaan.
Acara ini dihadiri oleh I Ketut Astawa selaku Pengurus Pura Aditya Jaya, D. Suresh Kumar, S.Ag., M.Si. selaku Ketua Lembaga Kajian dan Penelitian Peradah (LKPP), Dr. Ni Gusti Ayu Ketut Kurniasari selaku Ketua STAH Dharma Nusantara Jakarta, Bernadeta Valentina selaku Program Senior Officer Indika Foundation, serta Dr. Ida Made Pidada Manuaba, S.Ag., M.Si. selaku Sekretaris Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI.
Ruang Diskusi Lintas Agama dan Seni
Dalam sambutannya, D. Suresh Kumar menilai bahwa Ruang Riung merupakan wadah unik yang mempertemukan pemikiran dan karya seni dalam semangat kolaborasi lintas iman.
“Acara ini luar biasa karena menghadirkan sinergi lintas agama. Saya sempat berpikir Ruang Riung itu seperti warung, ternyata maknanya adalah ruang diskusi bersama. Di sini kita menyelesaikan permasalahan dengan arif dan bijaksana melalui karya,” ujarnya sambil tersenyum.
Ia juga mengungkapkan apresiasinya kepada Indika Foundation yang telah mempercayakan LKPP untuk terlibat dalam dialog dan kolaborasi lintas komunitas ini.
“Semoga kegiatan seperti ini tidak berhenti di Jakarta saja, tapi bisa menjangkau daerah lain seperti Sumatera Utara, yang sangat membutuhkan ruang dialog untuk merekatkan perbedaan,” tambahnya.
Gagasan dan Kebijaksanaan dari Ruang Putih
Sementara itu, Dr. Ida Made Pidada Manuaba mewakili Dirjen Bimas Hindu menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menumbuhkan ide dan gagasan dari ruang dialog.
“Kita jarang mengasah ruang putih, yaitu kebijaksanaan dan hati nurani. Pikiran yang diungkapkan dan didiskusikan akan melahirkan ide yang bisa diimplementasikan untuk kemaslahatan bersama,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa ruang perjumpaan seperti Ruang Riung penting untuk menjaga harmoni sosial.
“Orang yang jarang hadir dalam ruang dialog cenderung mengalami disharmoni. Karena itu, generasi muda harus sering bergaul dan membangun jejaring. Ciri orang cerdas adalah yang mampu bergaul dan berjejaring dari tingkat bawah hingga nasional,” pesannya.

Seni sebagai Jembatan Harmoni
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Ni Gusti Ayu Ketut Kurniasari menekankan bahwa seni dan dialog adalah dua kekuatan yang mampu menyatukan perbedaan.
“Ruang Riung harus menjadi semangat yang menular — sebuah virus positif bagi anak muda untuk melihat perbedaan sebagai keindahan. Muara dari semua ini adalah membangun jembatan harmonis antarumat,” ujarnya.
Ia berharap Ruang Riung dapat terus menjadi wadah bagi generasi muda untuk belajar memahami, menghargai, dan berempati terhadap sesama melalui dialog yang terbuka dan harmonis.
Makna yang Menyatukan
Acara Ruang Riung: Dialog Seni Kontemporer bukan sekadar pameran karya seni, melainkan juga ruang refleksi dan perjumpaan lintas iman yang meneguhkan pentingnya kebersamaan dalam keberagaman. Melalui kolaborasi seni dan gagasan, kegiatan ini diharapkan menjadi langkah nyata menuju masyarakat yang lebih inklusif, bijaksana, dan berkeadaban.
(Red Irwan)










