mediapatriot.co.id | Yogyakarta | – Jogja Cultural Wellness Festival 2025 resmi dibuka pada 1 November 2025 di Yogyakarta. Ajang budaya dan kesehatan berskala nasional ini kembali digelar dengan konsep yang lebih luas, lebih kreatif, dan lebih inklusif dibanding tahun-tahun sebelumnya. Acara pembukaan berlangsung meriah dengan menghadirkan seniman, praktisi kesehatan, tokoh masyarakat, komunitas budaya, pelajar, hingga wisatawan dari berbagai daerah. Festival yang memadukan unsur budaya, spiritualitas, kesehatan fisik, dan kesehatan mental ini menjadi salah satu event paling dinantikan di Yogyakarta menjelang akhir tahun.


Pembukaan festival dilaksanakan di Alun-Alun Utara Yogyakarta dan dibuka oleh perwakilan Dinas Pariwisata DIY serta sejumlah tokoh budaya. Dalam sambutannya, panitia menegaskan bahwa festival tahun ini mengangkat tema “Harmoni Tubuh dan Budaya,” sebuah tema yang menekankan pentingnya keseimbangan antara gaya hidup modern dengan nilai-nilai kearifan lokal. Menurut panitia, tema tersebut dipilih sebagai respons terhadap kebutuhan masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya kesehatan holistik, terutama pascapandemi.
Jogja Cultural Wellness Festival 2025 menampilkan lebih dari 100 rangkaian kegiatan, mulai dari pertunjukan seni tradisi, pameran kerajinan, parade budaya, healing session, meditasi massal, workshop herbal Nusantara, hingga kelas kebugaran modern seperti yoga, pilates, dan tai chi. Festival ini juga menghadirkan puluhan stand UMKM yang menampilkan produk-produk lokal khas Yogyakarta seperti jamu, essential oil, teh rempah, kain tradisional, kerajinan kayu, serta makanan sehat yang diproduksi secara organik oleh komunitas petani setempat.
Salah satu daya tarik utama festival tahun ini adalah hadirnya “Zona Kesehatan Tradisional Nusantara,” sebuah area khusus yang menampilkan terapi kesehatan warisan leluhur dari berbagai daerah di Indonesia. Pengunjung dapat mencoba terapi pijat Jawa, kerokan tradisional, gurah, bekam, hingga ramuan herbal khas Keraton. Para terapis yang hadir berasal dari perguruan, sanggar, hingga pesantren yang selama ini melestarikan pengobatan tradisional.
Tidak kalah menarik, festival ini juga menghadirkan “Panggung Seni Budaya” yang menampilkan berbagai pertunjukan seperti tari klasik Jawa, gamelan, wayang kontemporer, musik etnik, puisi budaya, hingga kolaborasi seni lintas daerah. Panggung tersebut selalu dipadati pengunjung karena menjadi ruang apresiasi yang menghadirkan suasana khas Jogja yang hangat, ramah, dan sarat nilai budaya.
Jogja Cultural Wellness Festival 2025 juga mendapat perhatian khusus dari wisatawan mancanegara. Banyak turis asal Eropa, Jepang, dan Australia yang datang khusus untuk mengikuti sesi meditasi, workshop jamu, serta pertunjukan budaya. Panitia menyebutkan bahwa jumlah wisatawan luar negeri tahun ini naik hampir 30 persen dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan ini dikaitkan dengan promosi digital yang masif, terutama melalui TikTok dan Instagram, yang banyak menampilkan konten healing, budaya lokal, dan panorama Yogyakarta.
Pada sesi diskusi budaya yang diadakan pada hari pembukaan, sejumlah narasumber membahas pentingnya pelestarian budaya di tengah pertumbuhan ekonomi digital. Para pembicara sepakat bahwa industri pariwisata tidak hanya bertumpu pada destinasi fisik, tetapi juga pada nilai budaya, gaya hidup sehat, dan pengalaman otentik yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Festival ini dianggap sebagai upaya nyata untuk menjaga agar kebudayaan tidak hanya dipertontonkan, tetapi juga dilestarikan melalui praktik sehari-hari.
Selain itu, Festival Wellness 2025 juga menggandeng komunitas kreatif muda. Panitia menyediakan ruang bagi anak muda Yogyakarta untuk memamerkan karya seni digital, musik indie, produk kriya, serta inovasi di bidang wellness dan kesehatan mental. Program tersebut mendapat sambutan positif karena memberikan panggung bagi generasi muda untuk berkarya dan berkontribusi dalam pelestarian budaya.
Dalam hal kesehatan mental, festival mengadakan sesi “Mindfulness for Millennials” yang menghadirkan psikolog muda, aktivis pendidikan, dan praktisi meditasi. Sesi ini banyak menarik pelajar dan mahasiswa, terutama karena membahas tekanan mental di era digital, kecemasan akademik, serta cara menemukan keseimbangan hidup melalui praktik mindfulness dan budaya Nusantara.
Demi mendukung promosi pariwisata, Dinas Pariwisata DIY juga mengadakan familiarization trip (famtrip) untuk wartawan, influencer, dan fotografer. Mereka diajak mengunjungi sejumlah titik budaya seperti kawasan Keraton, Tamansari, Kotagede, dan Sentra Jamu Tradisional. Upaya ini dilakukan agar publikasi festival lebih luas dan dapat menjangkau berbagai platform digital.
Panitia menyampaikan bahwa Jogja Cultural Wellness Festival 2025 diselenggarakan selama satu bulan penuh, yaitu mulai 1 November hingga 30 November 2025. Seluruh kegiatan dapat diikuti secara gratis maupun berbayar, tergantung jenis acara dan kapasitas peserta. Antusiasme masyarakat terlihat dari ramainya pengunjung pada hari pertama pembukaan, baik dari warga lokal maupun wisatawan luar daerah.
Dalam penutupan hari pertama, panitia menyampaikan bahwa festival ini bukan hanya ajang hiburan, tetapi juga sarana edukasi dan refleksi budaya. Melalui perpaduan antara seni, tradisi, dan kesehatan, masyarakat diharapkan dapat memahami bahwa warisan budaya tidak hanya dapat dinikmati, tetapi juga memberikan manfaat bagi kesehatan fisik dan mental.
Jogja Cultural Wellness Festival 2025 diproyeksikan menjadi salah satu festival wellness terbesar di Indonesia, dengan target kunjungan hingga 100 ribu pengunjung selama sebulan penyelenggaraan. Dengan dukungan pemerintah daerah, komunitas budaya, seniman lokal, serta pelaku UMKM, festival ini diharapkan membawa dampak positif terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Yogyakarta.(Herdy S/Redaksi)


















Komentar