Kisah Heroik Mas Baron, IT Pertamina yang Mengorbankan Keselamatan untuk Menyalakan Komunikasi di Rantau Field
Sabtu | 27 Desember 2025 | Pukul | 10:00 | WIB
Mediapatriot.co.id | Aceh Tamiang | Berita Terkini — Di tengah lumpur, arus deras, dan lumpuhnya akses komunikasi akibat banjir bandang, sebuah tindakan sunyi namun menentukan lahir dari keberanian seorang pekerja energi.
Edi Syahroni—akrab disapa Mas Baron—menjadi simbol dedikasi tanpa pamrih ketika ia berenang menembus banjir setinggi hampir tiga meter demi menghidupkan kembali komunikasi vital di Pertamina EP (PEP) Rantau Field, Aceh Tamiang. 
Banjir bandang yang melanda wilayah ini pada akhir November 2025 bukan sekadar bencana hidrometeorologi.
Ia melumpuhkan jalur logistik, memutus jaringan komunikasi, dan mengisolasi ratusan warga serta fasilitas strategis nasional.
Dalam situasi genting itulah, komunikasi menjadi “urat nadi” bagi distribusi bantuan, koordinasi evakuasi, dan pengambilan keputusan krisis.
Mas Baron, yang sehari-hari bertugas di bidang teknologi informasi
Pertamina EP Pangkalan Susu Field, mendapat informasi mengenai kondisi darurat di Aceh Tamiang dari berbagai laporan lapangan dan media sosial.
Tanpa ragu, ia bergerak bersama tim setelah mendapat arahan langsung dari Field Manager PEP Pangkalan Susu, Edwin Susanto, serta IT Officer Pangkalan Susu, Joko Nazaruddin.
Tim berangkat membawa perangkat vital: Starlink, laptop, serta bantuan logistik, menempuh jalur laut menggunakan kapal LCT dari Dermaga Pertamina EP Pangkalan Susu dan bersandar di Dermaga Serang Jaya, Aceh Tamiang—wilayah yang sudah terendam banjir luas. 
“Pada hari kedua banjir bandang, Jumat (28/11), kami mendapat perintah untuk membawa Starlink ke PEP Rantau Field. Akses darat nyaris lumpuh total,” ujar Mas Baron
mengenang momen krusial tersebut, Senin (26/12/2025).
Perjalanan menuju Rantau Field memperlihatkan wajah bencana yang sesungguhnya.
Rumah-rumah runtuh, bangunan saling bertumpukan, dan warga terpaksa meninggalkan desa yang hancur diterjang air.
Di tengah perjalanan, Mas Baron dan tim bertemu tiga personel keamanan PEP Rantau Field yang kemudian membantu menunjukkan jalur alternatif melewati kawasan Lumpuran.
Namun rintangan terbesar justru datang di titik terakhir.
Jalan menuju kompleks Rantau Field sepenuhnya tenggelam.
Tidak ada pilihan lain selain berenang membawa perangkat komunikasi di tengah banjir setinggi sekitar tiga meter.
“Dari Gudang Handak kami berenang membawa Starlink dan laptop.
Targetnya satu: komunikasi harus hidup kembali di Rantau Field,” tutur Mas Baron.
Dengan arus yang kuat dan jarak ratusan meter, Mas Baron dan tim harus beberapa kali berhenti untuk beristirahat sebelum melanjutkan renang.
Upaya ini akhirnya membuahkan hasil. Pada Sabtu (29/11), mereka tiba di Kompleks PEP Rantau Field dan langsung menuju Gedung Crisis Center.
Tanpa menunda, Mas Baron memasang perangkat Starlink. Tak lama kemudian, jaringan komunikasi kembali aktif—sebuah momen krusial yang mengubah jalannya penanganan bencana.
General Manager Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 1, Hari Widodo, menyampaikan apresiasi tinggi atas keberanian dan dedikasi Mas Baron beserta tim.
“Saya terakhir berkomunikasi dengan tim Rantau Field pada Kamis (27/11). Setelah itu komunikasi terputus.
Begitu akses kembali normal, saya tahu upaya luar biasa telah dilakukan. Ini membuat kami tenang dan bisa segera mempercepat distribusi bantuan dan evakuasi,” ujarnya.
Menurut Hari Widodo, tindakan Mas Baron bukan sekadar aksi heroik personal, melainkan bagian penting dari sistem respons darurat perusahaan dalam menjaga keselamatan manusia dan keberlangsungan operasional strategis.
“Keberhasilan menormalkan komunikasi berdampak langsung pada kecepatan distribusi sembako, koordinasi evakuasi, dan pengambilan keputusan.
Ini bukti bahwa di balik teknologi, ada manusia yang rela mempertaruhkan keselamatan demi kepentingan yang lebih besar,” tegasnya.
Kisah Mas Baron menjadi refleksi bahwa profesionalisme sejati tidak hanya diukur dari jabatan atau rutinitas kerja, melainkan dari keberanian mengambil tanggung jawab di saat paling genting.
Di tengah derasnya banjir Aceh Tamiang, ia memilih untuk tidak menunggu aman—melainkan bergerak agar banyak nyawa bisa diselamatkan.
Dalam sunyi air bah, Mas Baron berenang bukan sekadar membawa perangkat teknologi, tetapi juga harapan, konektivitas, dan kemanusiaan.
Narahubung
Yulia Rintawati
Senior Officer External Communication
PT Pertamina Hulu Rokan Regional 1
+62 82132004260
(Redaksi | Mediapatriot.co.id)










Komentar