SUMEDANG – Patriot Indonesia.
Warga masyarakat Dusun Marasa, Desa Cisalak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang kompak menggelar aksi gotong royong demi membuka kembali akses jalan yang terputus akibat longsor. Jalur utama yang menghubungkan permukiman warga dengan desa tetangga itu tertutup material tanah, bebatuan, dan pepohonan sejak beberapa hari lalu.


Meski kondisi medan cukup berat, masyarakat tetap bahu membahu dengan alat seadanya. Mereka mengandalkan cangkul, sekop, dan golok untuk menyingkirkan material yang menutupi jalan. Semangat kebersamaan inilah yang membuat akses perlahan terbuka, meski hingga kini belum ada uluran tangan dari pihak terkait.
Longsor Putus Akses Jalan
Peristiwa longsor di Dusun Marasa terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah Sumedang Utara dan Cisarua selama berjam-jam. Kontur tanah yang labil serta lereng perbukitan membuat area tersebut rentan longsor. Akibatnya, jalan penghubung yang biasa dilalui warga untuk menuju pasar, sekolah, dan fasilitas kesehatan lumpuh total.
Material longsor berupa tanah liat bercampur bebatuan besar menutup badan jalan sepanjang puluhan meter. Bahkan, beberapa batang pohon ikut tumbang menimpa jalur tersebut. Kondisi ini membuat kendaraan bermotor tidak dapat melintas, sehingga warga harus mencari jalan alternatif yang lebih jauh.
“Kalau lewat jalan lain bisa sampai 5 kilometer lebih memutar. Itu pun jalannya licin dan sempit. Jadi, kami berinisiatif gotong royong saja, daripada menunggu lama,” kata Dadan (45), salah satu tokoh masyarakat Dusun Marasa.
Gotong Royong: Tradisi yang Hidup
Keterlambatan penanganan membuat warga Dusun Marasa tidak tinggal diam. Mereka sepakat melakukan kerja bakti membersihkan jalan. Gotong royong dilakukan pagi hingga sore hari, bergiliran sesuai kemampuan masing-masing.
Kaum bapak turun tangan dengan alat berat seadanya, sementara para ibu menyiapkan konsumsi untuk para pekerja. Anak-anak muda ikut serta mengangkat batu dan membantu memindahkan ranting pohon. Suasana kebersamaan ini menunjukkan bahwa semangat gotong royong masih sangat kuat di tengah masyarakat pedesaan.
“Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi? Jalan ini kan kebutuhan sehari-hari. Anak-anak sekolah, orang jualan ke pasar, semua butuh lewat sini,” ujar Yayah (38), warga yang turut serta.
Jalan Vital untuk Kegiatan Ekonomi
Bagi warga Dusun Marasa, akses jalan ini bukan sekadar jalur penghubung, melainkan nadi kehidupan. Setiap hari, puluhan petani melewati jalan tersebut untuk mengangkut hasil panen. Begitu pula para pedagang kecil yang membawa barang dagangan ke pasar kecamatan.
Sejak jalan tertutup longsor, kegiatan ekonomi warga terganggu. Harga ongkos angkut meningkat, sementara hasil panen terancam membusuk karena terlambat sampai ke pasar.
“Kami biasa bawa sayuran ke pasar Slawi. Kalau jalannya tertutup begini, sayur cepat layu, rugi di kami, rugi juga di pembeli,” keluh Iwan (29), seorang petani muda.
Belum Ada Bantuan dari Pihak Terkait
Warga mengaku kecewa karena hingga beberapa hari pascalongsor, belum ada penanganan resmi dari pemerintah maupun dinas terkait. Padahal, mereka sudah melaporkan kejadian ini kepada aparat desa.
“Kami sudah lapor ke desa, desa juga katanya sudah lapor ke kecamatan. Tapi sampai sekarang belum ada alat berat yang turun. Jadi sementara kami bereskan sendiri,” jelas Ujang (52).
Menurut warga, jika alat berat segera diturunkan, pembersihan jalan bisa selesai lebih cepat. Namun karena keterbatasan, upaya gotong royong hanya mampu membuka jalur kecil untuk pejalan kaki dan sepeda motor.
Kondisi Geografis Cisarua yang Rawan
Kecamatan Cisarua, tempat Dusun Marasa berada, memang termasuk daerah rawan longsor di Sumedang. Dengan kondisi perbukitan, lereng curam, serta intensitas hujan tinggi, risiko bencana tanah longsor kerap mengintai.
Data dari BPBD Sumedang menunjukkan bahwa wilayah Cisarua dan sekitarnya masuk zona merah rawan longsor. Beberapa titik rawan sudah dipetakan, namun penanganan infrastruktur masih terbatas.
Kondisi inilah yang membuat warga berharap ada perhatian lebih serius dari pemerintah. Tanpa dukungan teknis dan perbaikan infrastruktur, longsor serupa bisa terjadi kembali sewaktu-waktu.
Semangat Pantang Menyerah
Meski lelah, semangat warga Dusun Marasa tetap berkobar. Mereka menyadari bahwa menunggu terlalu lama justru akan merugikan. Karena itu, kerja bakti terus dilakukan setiap hari hingga akses benar-benar pulih.
“Kami ingin jalan ini cepat bisa dilewati mobil lagi. Kalau hanya motor, masih repot untuk angkut hasil tani. Mudah-mudahan ada bantuan segera datang,” kata Asep (40) sambil menghela napas.
Sementara itu, anak-anak tetap berangkat sekolah dengan berjalan kaki melewati jalur yang baru dibuka. Beberapa orang tua bahkan rela mengantar dengan menyeberangi material longsor demi memastikan keselamatan anak-anaknya.
Harapan Warga pada Pemerintah
Warga Dusun Marasa berharap pemerintah kabupaten maupun provinsi segera turun tangan. Bukan hanya untuk membuka jalan yang tertutup, tetapi juga melakukan langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang.
Mereka meminta adanya pembangunan talud penahan tanah, drainase yang lebih baik, serta reboisasi di lahan kritis sekitar lereng. Selain itu, warga juga berharap pemerintah memberikan edukasi mitigasi bencana agar masyarakat lebih siap menghadapi kondisi darurat.
“Kami tidak minta banyak, cukup ada kepedulian nyata. Kalau akses jalan lancar, ekonomi kami juga jalan, anak-anak sekolah pun tidak terganggu,” tegas Entis (55), tokoh adat setempat.
Penutup: Gotong Royong Sebagai Modal Sosial
Kejadian longsor di Dusun Marasa, Desa Cisalak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, sekali lagi menunjukkan pentingnya gotong royong sebagai modal sosial masyarakat. Di tengah keterbatasan, warga tidak menyerah dan memilih bergerak bersama membuka jalan yang tertutup.
Meski kecewa dengan lambannya bantuan pihak terkait, warga tetap mengedepankan kekompakan demi kepentingan bersama. Kisah ini menjadi cerminan betapa kuatnya nilai kebersamaan di pedesaan, sekaligus menjadi pengingat bagi pemerintah agar lebih sigap dalam menangani bencana alam.
Dengan kerja keras, doa, dan harapan, warga Dusun Marasa yakin jalan mereka akan kembali normal, dan kehidupan sehari-hari pun bisa pulih seperti sedia kala.(N Harun)










