MEDIAPATRIOT.CO.ID – Jakarta, Setara adalah duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Tidak ada perbedaan dan perlakuan-perlakuan khusus setiap anak bangsa didalam berbangsa dan bernegara maupun beragama dan mengaplikasikan undang-undang dasar 1945 ungkap Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid Soko Tunggal, Jakarta Timur DR. KH NURIL ARIFIN HUSEIN, MBA ( Gus Nuril ) dalam acara diskusi “Daya Tahan Spiritualitas Bangsa Menghadapi Siasat Politik Identitas, Serangan Covid-19, dan Ancaman Resesi Ekonomi Global” di Wisma Sangha Theravada Indonesia Pondok Labu Jakarta Selatan, Kamis (5/1/23).
Ketua Umum dan Pendiri Patriot Garuda Nusantara (PGN) menambahkan perlindungan kepada semua elemen bangsa untuk melaksanakan ibadah dan kepercayaan berdasarkan agamanya masing-masing. Sekarang ini kan masih tercermin meskipun semua orang ngomong soal toleransi, kesamaan tapi kesannya masih dari Harapan.
Sistem seperti misalnya FKUB kepengurusannya yang Islam banyak maka banyak personilnya, itu bukan toleransi itu bukan kesetaraan. Ini bukan partai politik, jadi harus dengan nurani bukan dengan akal dan pikiran beber Gus Nuril sapaan akrabnya.
Dengan Nurani bagaimana menempatkan manusia yang merupakan cerminan dari Nur Allah kalau dalam konsep Islam menjadi Nur Muhammad kemudian menjadi nyawa semua mahluk yang ada di dunia ini. Jadi manusia ini adalah bait Allah yang sesungguhnya. Bukan Mesjid, Gereja, Vihara bukan itu. Maka menghargai agama, menghargai bait Allah, menghargai kemanusiaan. Maka setiap agama itu berdasarkan kasih. Agama sudah berjalan dan sudah lahir ribuan tahun yang lalu. Sekarang ini bagaimana nilai-nilai keindahan agama diwujudkan didalam meninggikan derajat sesama manusia yang merupakan bait Allah itu, jelas Gus Nuril.
Politik identitas muncul karena pemimpin dan penganut agama semua pengecut. Kalau yakin agamanya ada surga disitu lawan dong karena itu merupakan ketidakadilan. Politik identitas ini ketidakmampuan negeri ini didalam mengaplikasikan kondisi yang dicita-citakan oleh kemerdekaan seluruh bangsa Indonesia. Kemerdekaan karena Rahmat Allah. Rahmat Allah itu untuk semua bukan untuk satu agama saja. Rahmat itu bahasa Arab, itu bahasa Indonesianya sayang. Maka semua agama berdasarkan sayang. Kalau berani lawan politik identitas, pungkas Gus Nuril.
(red Irwan)
