TEGAL – Fajar baru saja menyentuh pucuk bambu di tepian Sungai Gung, Jumat Pahing (17/10/2025) subuh, ketika warga Desa Kaligayam, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, dikejutkan oleh pemandangan memilukan. Sesosok tubuh remaja tampak mengapung di antara arus yang tenang. Ia adalah Septian Wahyu Ramadhani (16), warga Jl. Bawal Batu Buntu No. 41, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, yang sehari sebelumnya dikabarkan tenggelam bersama temannya.

Air sungai yang semula menjadi latar sebuah konten video, berubah menjadi saksi bisu betapa rapuhnya batas antara canda dan tragedi. Septian dan sahabatnya, Nata Qolbi Hidayat, warga Jl. Flores Baru 3 No. 10, Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, disebut melompat dari atas Jembatan Langon untuk membuat video. Tak ada yang menyangka, lompatan itu menjadi yang terakhir bagi keduanya.
Sejak Kamis petang, tim gabungan dari PMI Kabupaten Tegal, Basarnas USS Pemalang, BPBD Kota dan Kabupaten Tegal, Koramil, Polsek Talang, serta MDMC terus melakukan pencarian hingga larut malam. Cahaya senter berpendar di permukaan air, mencari jejak dua remaja yang belum genap menginjak usia dewasa.
Pagi berikutnya, pencarian membuahkan hasil. Septian ditemukan tak bernyawa, mengapung tak jauh dari lokasi pertama ia melompat. Tubuhnya diangkat dengan hati-hati oleh warga dan petugas.
Namun duka belum berakhir. Rekannya, Nata Qolbi, hingga kini masih belum ditemukan. Tim SAR gabungan kembali turun ke sungai, menyisir setiap sudut arus deras, berharap keajaiban datang dari riak air yang membisu.
“Airnya tampak tenang, tapi di bawah itu pusaran,” ujar salah satu anggota tim SAR yang ikut dalam pencarian. “Kami hanya ingin membawa semua korban pulang.”
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa keberanian di depan kamera tak selalu berakhir dengan tawa. Di balik sebelas detik video yang viral, tersimpan kehilangan yang tak tergantikan.
Hingga Jumat pagi, suasana di sekitar lokasi masih dipadati warga yang menyaksikan proses pencarian. Tim SAR terus menyisir aliran sungai menggunakan perahu karet, sementara relawan berjaga di titik-titik rawan.
Identitas Korban
- Nama: Nata Qolbi
Alamat: Jl. Flores Baru 3 No.10 RT 04 RW 11, Panggung
Ayah: Miftahul Hidayat
Ibu: Diah Anggraeni - Nama: Septian Wahyu Ramadhani
Alamat: Jl. Bawal Batu Buntu No.41 RT 2 RW 2, Tegalsari
Ayah: Dwi Apriadi
Ibu: Retnani Widiyastuti
Keterangan tambahan datang dari Budisantoso, warga Kemantran yang sedang memancing di sekitar lokasi. Ia mengatakan, saat musim kering, dasar sungai di bawah Jembatan Ketiwon dipenuhi tunggak dan rancang bambu.
“Saya menduga saat mereka terjun, tubuhnya tidak langsung menyentuh dasar sungai, tapi mengenai kayu atau bambu hingga kram dan terluka dalam,” ujarnya.
Pendapat itu diperkuat oleh Iwang Nirwana, panitia pengarah pertunjukan “Pusaran Kahanan” yang semula menempatkan dua remaja tersebut sebagai pembaca puisi.
“Saya harus menyiapkan pembaca puisi pengganti. Mereka bukan tidak bisa berenang, justru keduanya atlet renang di Popda tahun ini. Dalam video yang viral, suara orang yang berkata ‘nggak bisa renang’ itu adalah pembuat video yang panik karena melihat mereka tak kunjung menepi,” jelas Iwang.
Peristiwa di Sungai Ketiwon meninggalkan pesan mendalam: bahwa keindahan konten digital seharusnya tidak mengorbankan nyawa.
Laporan: NurDibyo MediaPatriot.co.id Kota Tegal


















